Monday, October 10, 2011

Mencela atau Mencaci



عن عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ }سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ}
Dari Abdullah, “Sesungguhnya Nabi Muhammad bersabda; Mencela orang Muslim itu adalah ke-fasik-an dan membunuhnya adalah ke-kufur-an”
(HR.Bukhari, Kitab al-Iman,Bab Sibabul Muslim Fusuk)

وَقَالَ إِبْرَاهِيم الْحَرْبِيّ : السِّبَاب أَشَدّ مِنْ السَّبّ، وَهُوَ أَنْ يَقُول الرَّجُل مَا فِيهِ وَمَا لَيْسَ فِيهِ يُرِيد بِذَلِكَ عَيْبه.
 

Berkata Ibrahim al-Harbiy; As-Sibab itu lebih dari sekedar mencaci, yaitu seseorang mengatakan apa-apa yang ada pada dirinya atau tidak ada demi menghinakannya”.

الْفِسْق فِي اللُّغَة الْخُرُوج، وَفِي الشَّرْع: الْخُرُوج عَنْ طَاعَة اللَّه وَرَسُوله، وَهُوَ فِي عُرْف الشَّرْع أَشَدّ مِنْ الْعِصْيَان،

Pengertian Fusuk dalam bahasa Arab; keluar dan dalam istilah syariat; keluar dari keta’atan kepada Allah dan Rasulnya, dan biasanya digunakan dalam istilah Agama untuk mengungkapkan suatu perbuatan yang lebih berat dari kemaksiatan. 


قَالَ اللَّه تَعَالَى (وَكَرَّهَ إِلَيْكُمْ الْكُفْر وَالْفُسُوق وَالْعِصْيَان) الحجرات 7
لَكِنْ لَمَّا كَانَ الْقِتَال أَشَدّ مِنْ السِّبَاب عَبَّرَ عَنْهُ بِلَفْظِ أَشَدّ مِنْ لَفْظ الْفِسْق وَهُوَ الْكُفْر، وَلَمْ يُرِدْ حَقِيقَة الْكُفْر الَّتِي هِيَ الْخُرُوج عَنْ الْمِلَّة، بَلْ أَطْلَقَ عَلَيْهِ الْكُفْر مُبَالَغَة فِي التَّحْذِير

Karena membunuh itu lebih berat dari mencaci maka digunakan lafadz kufur, namun bukan arti secara hakiki kufur yang keluar dari Agama Islam, tetapi digunakan lafadz kufur itu sebagai ungkapan peringatan yang keras


Hukum Menyebutkan aib orang 

 
َأَصَحّ مَا قِيلَ فِي ذَلِكَ أَنَّ أَمْوَات الْكُفَّار وَالْفُسَّاق يَجُوز ذِكْر مَسَاوِيهِمْ لِلتَّحْذِيرِ مِنْهُمْ وَالتَّنْفِير عَنْهُمْ . وَقَدْ أَجْمَعَ الْعُلَمَاء عَلَى جَوَاز جَرْح الْمَجْرُوحِينَ مِنْ الرُّوَاة أَحْيَاء وَأَمْوَاتًا.
Pendapat yang lebih kuat, orang yang telah wafat baik dari orang kafir dan ahli maksiat tidak mengapa disebutkan aib mereka sebagai peringatan dan pelajaran (agar dihindari )untuk mereka. Para ulama telah sepakat diperbolehkannya mencacatkan orang yang ‘cacat’ dalam rawi baik yang hidup atau telah meninggal dunia.


Imam Nawawi mengatakan; Diperbolehkan bagi seseorang untuk menyebutkan aib seseorang jika ;
Berguna untuk pelajaran atau peringatan
Perbuatannya itu dilakukan di muka umum
Perbuatannya itu membahayakan orang lain. 


وَقَالَ اِبْن بَطَّال: سَبّ الْأَمْوَات يَجْرِي مَجْرَى الْغِيبَة، وَإِنْ كَانَ فَاسِقًا مُعْلِنًا فَلَا غِيبَة لَهُ، فَكَذَلِكَ الْمَيِّت. وَقَدْ عَمِلَتْ عَائِشَة فَكَانَتْ تَلْعَنهُ وَهُوَ حَيّ، فَلَمَّا مَاتَ تَرَكَتْ ذَلِكَ وَنَهَتْ عَنْ لَعْنه.

Berkata Ibnu Batthal; Mencaci orang yang telah meninggal dunia seperti Ghibah, tetapi jika dia fasik yang melakukannya di muka umum maka tidak terhitung Ghibah.


Ada juga yang mengatakan; larangan mencaci orang itu hanya saat dia sebelum dikubur, sehingga menjadi pelajaran bagi yang masih hidup namun jika telah dikubur tidak diperbolehkan. Hal ini pernah dilakukan oleh Aisyah tetapi saat itu orang itu wafat beliau melarang untuk melaknatnya.


عنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسُبُّوا الْأَمْوَاتَ فَإِنَّهُمْ قَدْ أَفْضَوْا إِلَى مَا قَدَّمُوا.

 

Fathimah binti Qais 

أَخْبَرَنِي أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي الْجَهْمِ قَالَ
دَخَلْتُ أَنَا وَأَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَلَى فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍ ف: فَلَمَّا انْقَضَتْ عِدَّتِي خَطَبَنِي أَبُو جَهْمٍ وَمُعَاوِيَةُ قَالَتْ فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ أَمَّا مُعَاوِيَةُ فَرَجُلٌ لَا مَالَ لَهُ وَأَمَّا أَبُو جَهْمٍ فَرَجُلٌ شَدِيدٌ عَلَى النِّسَاءِ قَالَتْ فَخَطَبَنِي أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ فَتَزَوَّجَنِي فَبَارَكَ اللَّهُ لِي فِي أُسَامَةَ .(الترمذي)

Ketika selesai iddahnya, Fathimah memberitahukan kepada Rasul tentang Abu Jaham dan Muawiyah yang telah melamarnya, lalu Rasul bersabda: Muawiyah tidak memiliki harta sedang Abu Jaham keras terhadap wanita. Lalu aku dilamar oleh Usamah dan aku menikah dengannya lalu Allah memberikan keberkahan kepadaku dengan Usamah. (Thurmudzi) 


Rawi Hadits Abdullah bin Mas’ud bin Mughafil bin Habib al-Khudzali dan ibunya bernama Ummu Abdin Khudzaliyyah. Beliau memeluk Islam tahun ke-enam Hijriah. Abdullah adalah orang yang pertama yang membacakan al-Qur’an secara terang-terangan di Kota Mekkah. Diantara kemuliaannya beliau sempat mengikuti peperangan Badr dan Baiatur Ridwan.


Beliau termasuk ulama dari golongan sahabat khususnya dalam bidang al-Qur’an. Sepeninggalnya Nabi beliau menjadi penjaga baitul-mal di Kufah. Wafat tahun 30 H dalam usia 60 tahun.

No comments:

Post a Comment