Tuesday, December 13, 2011

Menempatkan Cinta dan Kasih Sayang Pada keluarga

Bissmillahirrohmaan irrohiim

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa - apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah  kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. QS. Al-Imran (3) : 14.

“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan”. QS. Al-Fajr (89) : 20.

Penampilan dan gaya adalah salah satu element penting dalam kehidupan kita, karena hanya dengan gaya dan penampilanlah seseorang tersebut dapat  menunjukkan kematangan dan keperibadiannya dalam mengisi dan menjalankan kehidupan sehari hari, dan dengan gaya dan penampilan yang diperlihatkan seseorang tersebut sebenarnya juga memperlihatkan apa yang tersirat didalam hatinya, setidak tidaknya telah tergambar dalam bentuk berpakaian, dan penampilannya, seseorang yang gaya dan penampilan sederhana, sopan dan indah dengan kreasi yang telah seseorang tunjukan tersebut seseorang tersebut telah menunjukan sebagai karakter yang baik, sekaligus menunjukkan peribadi yang baik pula, begitulah kebiasaan kita menilai gaya dan penampilan dalam bermasyarakat.

Dalam kita sibuk menjaga gaya dan penampilan, terkadang justru kita melupakan dan kurang memperhatikan bahwa dalam kita berpakaian, bergaya dan berpenampilan bukan hanya dipandang dan dinilai cantik dan hebat saja melainkan kita juga dapat memberikan contoh terbaik dengan penampilan dan pakaian atau busana taqwa agar benar benar kita dapat bukan hanya dinailai baik oleh manusia akan tetapi juga mencerminkan serta mendapat predikat baik dihadapan Allah SWT terhadap gaya, penampilan dan busana kita sehari hari.

Wahai saudaraku mari sejenak kita merenung apa yang telah Nabi kita Nabi Muhammad SAW sebutkan yang artinya : “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa paras mu, tetapi Allah melihat kepada hati dan amalan kamu.” (Hadis Riwayat Muslim)

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat”. QS. Al-A’raaf (7) : 26

Ketika saya sedang menyaksikan salah satu berita dimedia elektronik tentang pencarian dan penemuan berbagai jenazah akibat korban gempa, sungguh ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk merenung sejenak dan ketika itu pemandangan yang sangat mengerikan yang saya lihat mengingatkan akan kewajiban saya kepada istri dan anak anak saya, karena kematian bagi saya adalah pasti, dan suatu hari nanti saya pasti akan mati sebagai mana yang saya lihat diberbagai Mass Media Elektronik tersebut, tiada keraguan sedikitpun tentang terjadinya peristiwa kematian itu, walau seberapa besar usaha saya untuk menghindarinya, cepat atau lambat, tak peduli apakah saya sedang berada di tempat tidur, tak peduli apakah saya sedang berada dalam perjalanan, tak peduli apakah saya sedang berliburan dengan keluarga, dimanapun dan kapanpun kematian pasti akan menghampiri saya dan sayapun pasti meninggalkan dunia ini, karena kematian adalah kenyataan yang tidak dapat kita hindari.

Sesuai firman Allah dalam QS. Al-Anbiya (21) : 35. yang artinya “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.  Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) . Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan”.

Akan tetapi sebagai seorang kepala rumah tangga, sebagai seorang ayah dan sebagai hamba Allah yang lemah, saya sangat mencintai istri dan anak anak saya serta keluarga saya, saya sangat berprasangka bahwa sepeninggal saya mereka semua akan merana dan mereka semua akan merasa kehilangan, istri saya kehilangan saya, anak anak saya kehilangan saya, dan keluargapun merasa kehilangan saya, akan tetapi setidak tidaknya saya sebagai kepala rumah tangga, sebagai ayah dan sebagai bagian dari masyarakat, saya berusaha untuk selalu mengingatkan pada diri saya, pada istri dan anak anak saya serta pada keluarga dan lingkungan saya, agar kita semua beruntung sesuai janji Allah yang tertera dalam QS. Al-Ankabut (29) : 58. yang artinya “Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal”, saya berusaha selalu dan tidak henti hentinya serta berusaha untuk tidak bosan mengingatkan, menganjurkan serta menyediakan pada keluarga pakaian serta busana taqwa, kepada istri dan anak wanita saya tetap berusaha untuk menganjurkan serta menyediakan busana taqwa sesuai perintah Allah dalam QS. Al-Ahzab (33) : 59. yang artinya “Hai Nabi katakanlah kepada istri - istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri - istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang”.

Dalam keseharian saya berusaha untuk tetap menjaga nafkah yang saya berikan pada istri anak dan keluarga saya sebagaimana firman Allah dalam QS.Al-Baqarah (2) : 168. yang artinya “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah -langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.

QS. Al-Maidah (5) : 88. yang artinya “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”.

QS. An-Nahl (16) : 114. yang artinya “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”.

QS. Al-Baqarah (2) : 42. yang artinya “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui”.

Kira kira itulah makna cinta yang sangat mendalam yang saya curahkan kepada Istri, Anak anak dan keluarga, saudara serta handai taulan sekalian, agar manakala jasad saya dimasukkan dalam liang lahat serta ditimbun tanah juga keluarga, sahabat dan handai taulan menancapkan nisan yang telah diukir nama, tempat dan tanggal lahir saya serta tempat dan tanggal saya meninggal dunia, diatas undukan tanah kuburan saya, itulah kira kira makna cinta yang saya wariskan pada keluarga saya serta cara menempatkan kecintaan kepada dunia, sesuai dan sebagaimana yang telah Nabi Muhammad SAW contohkan dan tertera jelas dalam QS.At-Taubah (9) : 24. yang artinya “Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. " Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik”. Dan itulah sebuah nasehat, pelajaran dan keyakinan yang saya yakini akan kebenarannya, yang saya lakukan dan saya wariskan kepada keluarga yang saya pimpin, dengan harapan untuk menanamkan kembali keyakinan dan pemikiran baik kepada diri saya pribadi dan keluarga, saudara, kerabat serta handai taulan, bahwa suatu hari nanti kita semua pasti mati, maka sudah sepantasnya bagi kita semua sebagai seorang mukmin akan berusaha dan selalu menjalani hidup dengan akhlaq yang baik, dengan akhlak yang terpuji, sebagaimana yang diperintahkan Allah agar meraih keberuntungan, dengan setiap saat kita teringat akan dekatnya kematian, diharapkan juga dapat mendorong tekad serta bertekad untuk mendapatkan surga semakin menguat juga sebagai penasehat dan pendorong untuk senantiasa berusaha bertingkah laku sesuai dengan akhlaq sebagaimana tuntunan dan contoh yang telah Nabi Muhammad SAW, contohkan untuk kita semua dan mendorong semakin lama semakin baik pula tentunya.

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami, Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi rahmat, Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi, Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Mu Ya Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit, Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab hari kiamat nanti, Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa, Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah kami dari siksaan neraka yang menyala-nyala, Ya Allah Ya Tuhan kami berikanlah keberkahan bagi kami pada rizki yang telah Engkau berikan kepada kami dan ampunilah kami serta curahkanlah rahmat bagi kami, Ya Allah ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku ini”.

Segala puji bagi Mu Ya Allah Tuhan semesta alam, serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, beserta kepada seluruh keluarga dan shahabatnya.

Aamiin Yarobbal Alamiin

Wassalamu’alaikum Wr Wb


Mujiarto Karuk

Monday, December 12, 2011

Empat Huruf

Bismillahirrohmanirrohim,

Hidup yang kita jalani tidak bisa kita harapkan selalu berjalan sesuai dengan keinginan...ingin hati selalu mampu menghadirkan warna pelangi yang indah dan  berbagi indahnya untuk semua orang yg kita sayangi, tapi kenyataan kadang warna Pelangi pun berubah kelabu. Dalam hidup , selalu kita temui kerikil-kerikil kecil, yang menghadang langkah kita..diantara kerikil-kerikil itu adalah kesalahpahaman...yang berujung rasa sakit hati, benci,  bahkan dendam, mencari-cari kesempatan agar mampu menyakiti hati hati orang itu agar hati kita menjadi puas..benarkah hati dan perasaan kita menjadi puas? menjadi tenang? saya kira tidak...!

            Sering tersirat dalam pikiran saya, jika saya begitu membenci orang yang telah menyakiti hati secara luar biasa, mestinya rasa benci itu bisa saya lepaskan , bukannya menyimpan memori tentang orang tersebut dengan kuatnya.  Jadi kira-kira apa yang harus saya lakukan agar mampu terlepas dari kemarahan dendam dan sakit hati? ternyata obatnya hanya 4 huruf...yaitu M A A F !!! jika diperluas lagi 4 huruf ini diantaranya bisa menjadi memaafkan.
Sudah beberapa hari ini, pikiran saya berkutat dengan kata ini, bolak balik mencari dipelbagai sumber untuk menemukan maknanya..hingga akhirnya saya menemukan keindahan dari arti memaafkan. 

Tulisan dibawah ini saya kopas dari tulisannya Abu Naila (Daarut Tauhiid) 

Walaupun mudah diucapkan, memaafkan bukanlah perbuatan yang mudah dilakukan.  Ketika seseorang telah atau akan dicelakai, maka yang tertanam biasanya perasaan dendam dan ingin membalas.  Perasaan seperti itu adalah wajar dalam diri orang biasa.  Namun, sikap memaafkan hanya ada pada diri orang yang luar biasa.

Memaafkan butuh kematangan diri dan kecakapan spiritual.  Kematangan diri hanya bisa didapatkan melalui keterbukaan hati dan pikiran akan segala pengalaman hidup yang dialami.  Sementara kecakapan spiritual hanya bisa diperoleh ketika telah memiliki rasa penghambaan yang tinggi hanya kepada Allah SWT semata.

Bagi yang memaafkan kesalahan orang lain, Allah SWT menyediakan pahala utama sebagai balasan atas kemuliaan sikap mereka.  ''Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.'' (QS Asy-Syuura [42]:
43).

Dan bagi yang mempunyai keluhuran akhlak, mereka bukan hanya mampu memaafkan kesalahan orang lain, melainkan sekaligus membalas kesalahan tersebut dengan kebaikan yang tak pernah terbayangkan oleh sang pelaku.  Allah SWT berjanji hal tersebut justru dapat mempererat tali silaturahim dan membuat antara yang berselisih saling memikirkan seolah-olah mereka adalah sahabat yang sangat setia.

''Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.  Tolaklah (kejahatan itu)
dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.'' (QS Fushshilat [41]: 34).

Ada beberapa cara agar kita bisa menjadi pemaaf.  Pertama, memperbanyak silaturahim kepada tetangga, sanak kerabat, dan kawan-kawan.  

Sikap ini akan membuka hati terhadap segala karakter orang, sehingga kita pun tidak mudah marah atau tersinggung atas sikap orang lain.

Kedua, memperbanyak dzikir kepada Allah SWT di waktu pagi dan petang.
Berdzikir di waktu pagi akan menjernihkan hati dan pikiran kita sebelum beraktivitas.  Berdzikir di waktu petang akan kembali menjernihkan hati dan pikiran setelah kita sibuk seharian beraktivitas.

Ketiga, memperbanyak berdua-duaan (berkhalwat) dengan Allah SWT di waktu orang lain sedang terlelap tidur.  Ini akan menumbuhkan kesabaran serta rasa penghambaan dan pengharapan yang tinggi hanya kepada Allah SWT serta menjauhkan dari ketergantungan terhadap manusia.

''Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang- orang yang mempunyai keuntungan yang besar.'' (QS Fushshilat [41]: 35).

                                             *****
Penjelasan lain yang saya dapatkan adalah : salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan:

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al Qur’an, 7:199)

Dalam ayat lain Allah berfirman: "...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur'an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:

... dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)

Juga dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. "Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (Qur'an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, "...menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)

Nah selanjutnya kita tinggal berpikir.  Apakah kita yakin ingin terus menerus hidup dalam kemarahan, kebencian, ketaksukaan, kegelisahan, dan bermacam ketakenakan yang lain.  Atau kita ingin melapangkan dada menerima semuanya sebagai kemanusiaan seorang manusia, dan memilih jalan yang lebih indah yaitu memaafkan?



*Sengaja judulnya "empat Huruf" biar orang tertarik untuk membacanya....Maaf ^_^ *

Sunday, December 11, 2011

Si A sedang dalam perjalanan. Lama dah perjalanan dia. Dari satu destinasi ke destinasi dia mula kenal tentang kehidupan. Masih dalam ingatannya lagi bila dalam satu destinasi, dia mula kenal huruf ABC, nombor 123, mula kenal kawan dan mula kenal alam remaja. Ah, dia merasakan kehidupannya sangat bermakna bila dapat mengenali semuanya ini dalam perjalanannya.

Si A masih dalam perjalanan. Dia berjalan sambil memerhatikan ragam manusia di sisi nya, di hadapannya, di tepinya dan di belakangnya. Dia masih memerhatikan. Masih mentafsir setiap apa yang berlaku di sekelilingnya. Benarlah kata-kata seorang ulama', manusia yang bijak adalah manusia yang membetulkan kekurangan diri melalui kesalahan orang lain.

Si A teruskan perjalanannya. Tidak puas memerhati, ada kala, dia turut terhenti dan bertanya kepada si pelaku. "Kenapa engkau buat macam tu?" Setelah lama masa mendengar masalah si pelaku, lalu jiwanya gundah merasakan setiap yang diceritakan itu benar. Dia turut menyalahkan si pesalah. Namun, dia bertuah kerana perjalanan yang jauh itu menjadikan dia banyak berfikir. "Aku tidak boleh mengikut kata sebelah pihak sahaja, aku kene tanya pada pesalah itu juga, mungkin ada yang aku tak tahu. ". Untuk tindakan bijak, si A mesti bertanya agar dia tidak turut bergelumang dalam dosa berburuk sangka. Lalu benarlah apa yang dia sangka, rupanya ada cerita lain di sebalik itu. "Ah, mujur pengalaman sudah mengajar aku untuk bertindak mengikut rasional"


Si A tidak jemu dengan perjalanannya. Dia merasakan perjalanannya sangat mengujakan. Lalu dia tidak sabar untuk memulakan langkahnya semula setelah berhenti seketika memikirkan masalah yang dihadapi. Dia masih memerhatikan manusia berpusu-pusu berlari, tapi terhenti lama di satu tempat. Setelah lama manusia itu terhenti, barulah dia meneruskan perjalanan. Teringat satu pesanan sahabatnya, dalam perjuangan, jangan cepat-cepat marak apinya, takut nanti bila sudah habis minyak tanahnya, apinya akan malap sebelum tiba masanya. Berbeza dengan api yang sederhana, tapi terang dan cahayanya masih bertahan lama. Lauk pun tak cepat hangus, malah lebih sedap pulak dari api yang marak tadi yang hanya masak di luar tapi mentah di dalam. Ah, bahagianya ada pengalaman ini.

Si A tidak pernah mengalah, dia tetap bersemangat dengan perjalanannya. Masih teriang-iang di hati dan di kepalanya untuk menyerahkan kayu api yang dia cari ini untuk TUANnya. Dia rasa bahagia dalam mencari kayu apinya itu kerana dengan kayu apinya itulah dia dapat berjasa pada TUANnya. Dapat masakkan untuk TUANnya, malah dapat menggembirakan TUANnya. Tapi, dia melihat seorang manusia itu, mengutip kayu api yang basah untuk TUANnya. "Ish, sebagai seorang hamba, adakah wajar dia melakukan sedemikian. Kan seolah-olah tidak ikhlas nampaknya. Semoga kayu api aku semuanya dalam keadaan yang baik". Gurrrrrr. Bunyi guruh menandakan hujan akan turun pada bila-bila masa sahaja. Belum pun sempat si A hendak mencari tempat berteduh, kayu api nya telah basah kerana hujan turun. "Astagfirullah, macam mana dengan kayu aku ini" Lalu dia terfikir apa yang dia telah sangka-sangkakan pada seorang hamba tadi. Lalu dia beristigfar. Tidak sepatutnya dia menyangka bukan kerana sebuah hadis qudsi telah menyatakan bahawa ikhlas itu adalah rahsiaKU. Astagfirullah. Namun dia masih meneruskan perjalanan, tanpa disedari, cahaya matahari yang menyinar terang telah mengeringkan kayu apinya. "Mudah-mudahan kayu api ku ini akan terus dalam keadaan terpelihara sehingga aku sampai bertemu dengan TUANku.

Si A menerima pelajaran dari apa yang berlaku tadi. Lalu, dia semakin berhati-hati. Tiba-tiba dia terjumpa dengan seorang lelaki tua yang dalam keadaan dhaif, yang tidak punya apa-apa. Lalu dia menghulurkan bantuan. Dia terhenti sebentar dan mendengar kisah lelaki tua itu. Dia kata, dia sesat, dia ingin mencari jalan pulangnya tapi tidak bertemu. Lalu si A merasakan simpati. "Apa kata pakcik ikut sama dalam perjalanan saya, mana tahu, pakcik akan ingat sambil mengikut saya nanti" Lelaki tua itu berasa gembira sekali lalu dia mengikut si A dalam perjalanannya. Dalam perjalanan dia mengajarkan tentang kegunaan kayu api, dan apa yang boleh dibuat kayu api. Dia juga memberi sedikit kayu api untuk menghangatkan badan pakcik itu. Lelaki itu berasa bersyukur sangat lalu dia sangat berhajat untuk memberikan satu kunci rumah kepada si A. Pada mulanya si A keberatan tetapi setelah dipujuk-pujuk lalu dia menerima. "Engkau akan bertemu dengan sebuah rumah dalam perjalanan engkau nanti. Masuklah dan segala isi di dalamnya adalah milik engkau" Begitulah pakcik itu berkata. Di suatu hentian, pakcik itu berkata, "Pakcik dah ingat tempat ini, pakcik minta diri dahululah ye, satu hari nanti kita pasti akan bertemu semula. Semoga selamat dalam perjalanan" Lalu si A melambai-lambai tangan kepada pakcik itu tanda perpisahan.

Si A masih meneruskan perjalanan. Sambil dia tercari-cari alamat rumah yang dia katakan. Apakah isi di dalamnya?. Tiba-tiba, dia terhenti pada sebuah rumah agam yang besar. "Betul ini alamatnya. Tak ku sangka pakcik tadi kaya rupanya." Lalu si A mengetuk pintu, dan keluarlah seorang wanita yang cantik bak bidadari. "Siapakah tuan hamba ini dan atas urusan apakah tuan hamba bertandang ke rumah ayah hamba?". Lalu si A menyatakan peristiwa yang menimpanya. Wanita itu mendengar dengan khusyuk sambil ditemani dayang-dayangnya. Dan wanita itu tersenyum lalu si A terpaku dan melopong dengan keayuan bidadari dunia itu. "Benarlah cerita yang tuan hamba nyatakan dan hamba bersedia untuk memenuhi keperluan separuh tuan hamba. Lelaki yang tuan hamba bertemu itu telah mewasiatkan bahawa akan ada satu lelaki datang memegang kunci itu yang dia katakan bahawa lelaki itulah pembimbing hamba. Hamba harap tuan hamba sudi menerima hamba sebagai isteri tuan." Lalu terkejut mendengar perkataan wanita itu, dia meminta izin pada wanita itu untuk mengutus surat pada TUANnya agar mengizinkan dia untuk beristeri. "Harap tuan puteri dapat menerima permintaan hamba ini kerana hamba ini milik TUANku, dan hamba perlu menunggu surat balasan dariNYA". Lalu si A berutuslah surat pada TUANnya. Selang beberapa lama, dia mendapat surat balasan yang menyatakan bahwa dia dibenarkan untuk beristeri. Lalu, berlakulah ijab dan qobul. Si A bertambah gembira kerana ada pembantu di sampingnya dan isterinya juga telah mencukupkan keperluannya untuk memenuhi permintaan TUANnya di dalam surat itu agar membawa kayu api yang lebih banyak.

"Sayangku, aku ingin meneruskan perjalananku. Lalu aku ingin membawa adinda turut serta dalam perjalanan bertemu TUANku. Sudi kiranya bidadari ku hadir bersama bertemu dengan TUANku?". Lalu, satu senyuman yang sangat indah terukir di wajah isterinya, "Bukankah kedudukan isteri di sisi suaminya sentiasa? Dan aku akan sentiasa menurut kata kekanda" Lalu, bermulalah perjalanan sepasang suami isteri menuju ke tempat yang ingin dituju oleh suaminya. Dalam perjalanan, banyak suka duka yang mereka lalui. Sambil berjalan, mereka melihat pasangan-pasangan lain. Ada isterinya membentak-bentak mengheret suaminya ke jalan yang salah, lalu tersesat di dalam hutan, ada juga suaminya yang mabuk, lalu terhuyung hayang mengarahkan isterinya ke arah yang salah, dan ada juga kelihatan sepasang suami isteri yang kehadirannya menggamit masalahnya kepada pasangan yang lain. "Itulah kehidupan berumah tangga wahai isteriku. Dan aku ingin membawa engkau selamat sehingga bertemu TUAN kita di hujung jalan nanti. Aku harap agar engkau tidaklah mengikut contoh-contoh yang telah engkau lihat tadi." Si A berpesan pada isterinya lalu disambut oleh isterinya dengan jawapan, "Sesungguhnya kehidupanku dan perjalananku adalah untuk berbakti padamu, wahai suamiku" Lalu, mereka berpegangan tangan dan berjalan seiring bersama-sama.

"Aku luka, wahai isteriku. Pergilah bertemu dengan TUAN kita dan sampaikan pesananku yang aku akan sampai lewat" Dalam perjalanan, si A telah tercedera kerana tercucuk duri tajam yang berbisa dan dia terpaksa berhenti. "Tidak, aku tidak mahu meninggalkanmu, aku akan sentiasa di sisi engkau dan aku akan berusaha untuk mencari penawarnya" Lalu, menitis air mata si A kerana sesungguhnya dia memiliki isteri bukan sahaja bidadari dunia malah mempunyai keluhuran budi. Si A menyentuh wajah isterinya lalu dia tersenyum. Sepanjang si A dalam kesakitan, isterinya lah yang bertungkus lumus mencari penawarnya. Tidak sesekali pun terniat di hati si isteri untuk meninggalkan suaminya. Maka, segala usahanya telah membuahkan hasil, lalu, si A sembuh dan berupaya untuk meneruskan perjalanan. "Terima kasih isteriku"

"Makanan kita hampir habis. Takpalah, kita berteduh di sini dahulu dan kita bercucuk tanam. Boleh kiranya hasil tanaman kita nanti kita persembahkan pada TUAN kita nanti. Wah, banyaknya yang ingin kita persembahkan, kayu api, makanan, malah hasil tanaman. " Mereka berdua membina rumah, dan bercucuk tanam. Mereka melakukannya dengan penuh kasih sayang walaupun ada tanamannya itu mempunyai duri namun mereka masih memberikan kasih sayang kepada setiap tanaman tanpa mengurangkan sedikit pun. Namun setiap tanamannya mempunyai sukatan yang berbeza-beza dalam menggunakan air dan baja, lalu dengan kesesuaian tanaman itu, dia meletakkan secukupnya bagi setiap tanaman. Akhirnya menjadilah tanaman mereka. " Wah, bekalan kita sudah mencukupi, rasanya, elok kita memulakn perjalanan kita." Lalu, bermulalah perjalanan mereka semula sambil membawa hasil tanaman mereka dan kayu api. Tetapi perjalanan mereka tidak hanya dengan berjalan kaki sahaja. Mereka sudah mula membawa kenderaan bagi mengangkat semua hasil tanaman, kayu api dan semua bekalannya.

"Ah, isteriku, kita sudah hampir ke rumah TUAN kita. Aku harap agar TUAN kita akan gembira menerima apa yang kita bawa, dan semoga atas rahmatNYA, DIA sudi membenarkan kita berada di taman terindahNYA. " Dan mereka teruskan perjalanan dan tetap meneruskan perjalanan. Dan sesungguhnya penilaian TUANnya itu hanya mereka sahaja yang ketahui. Setelah apa yang mereka tempuh, semoga setiap surat-surat yang diutuskan dalam perjalanan mereka, TUAN mereka dapat menilainya dengan sebaiknya.

THE END

************ ********* ******


Begitulah yang ingin aku gambarkan perjalana kehidupan kita. Seperti pesan Rasulullah, kita umpama musafir, bila kita berhenti berehat, maka itulah dunia. Dan setelah penat hilang, kita akan teruskan perjalanan kita sehingga bertemu dengan Pemilik hati-hati, Allah swt.



Aku gambarkan si A itu adalah seorang manusia yang berusaha mencari amal ibadat (Kayu api). Dalam pencariannya, dia menemukan berbagai dan bermacam perangai manusia. Lalu dengan kebijaksanaan dia, dia bermuhasabah agar dia menjadi semakin baik. Dia berada dalam sangkaan manusia, dia berada dalam masalah manusia, dia juga diuji dengan keihklasan ibadat manusia. Lalu dipaparkan mengenai hadis qudsi bahawa ikhlas itu rahsia Allah. Biarlah kayu apinya basah sekalipun, namun atas bantuan cahaya matahari, kayu apinya tetap akan berguna buat dia. Tidak usahlah kita pertikaikan apa yang sekeliling kita lakukan kerana penilaian DIA adalah di luar sangkaan kita.

Kita selalu sahaja memikirkan tentang manusia-manusia sehingga di dalam pemikiran mereka bahawa diri sendirilah yang terbaik. Aku selalu mendengar kisah-kisah manusia yang sering kali mengandai-andaikan dan menimbang-nimbang amal ibadat sedangkan mereka tidak teringat khabar berita mengenai keikhlasan itu adalah rahsiaNYA dan hanya DIA sahaja yang berhak menilai dan memberi ganjaran sesuai dengan tingkatan iman masing-masing. Kita harus yakin, kayu api kita akan kering dan berguna untuk kita, maka, beramallah seikhlasnya dan berusahalah mencari keikhlasan itu.Moga Allah mendengar rintihan kita setiap hari.

Sehinggalah dia bertemu dengan seorang lelaki tua dan membantu lelaki tersebut mencari jalan. Dialah amal jariah si A. Dan tidak tersangka-sangka dia menerima hadiah yang sangat istimewa, seorang peneman yang setia di sisinya lantaran dari amal jariahnya yang ikhlas membantu manusia. Dia tidak pernah mengimpikan tetapi perjalanan hidupnya lah yang telah menemukan mereka lalu pertemuan itu mendapat berkah dari TUAN (ALLAH) apabila dia berutus surat (Istikharah) . Lelaki itu tidak berani berbuat sebarang tindakan tanpa pengetahuan dan pandangan dari TUANnya. Ah, indah sungguh perjalanan ini jika aturannya mengikut acuan yang telah ditentukan oleh Allah.

Kita sering lupa, destinasi hidup kita. Kita juga sering sahaja terkeliru tujuan hidup kita. Benar, ku selalu mendengar kisah-kisah manusia yang matlamatnya" aku ingin berkahwin dengan si polan bin si polan", "aku ingin meminang si pulanah binti si pulan". Malahan, ada juga yang menjadikan perkahwinan itulah satu tujuan hidupnya. Sebenarnya, jodoh itu adalah satu pemberian Allah dalam pencarian kita. Dia akan hadir, sama ada cepat atau lambat, bergantunglah pada Allah. Apa yang menjadi matlamat kita adalah menyembah Allah sesuai dengan firman Allah dalam surah al- an'am yang bermaksud "Dan Aku  tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Ku ". Beramallah, dan buatlah amal jariah, dan DIA akan mudahkan pertemuan kita dengan jodoh kita. Matlamat kita adalah bertemu dengan Allah swt beserta membawa amal kita untuk membantu kita. Berusahalah. Berusahalah

Juga, dalam perjalanan itulah, dia telah bercucuk tanam menghasilkan tanaman yang bagus sekali. Itulah anak-anak mereka yang mengiringi mereka untuk bertemu Tuhan sekalian alam. Dan sesungguhnya, anak yang soleh akan memberikan kegembiraan pada kita di akhirat nanti. Pengalaman yang banyak menjadikan ianya tukaran kepada kita sebagai kenderaan yang memudahkan kita untuk bertemu dengan TUAN kita. Yalah, bila pengalaman telah pun banyak, mana mungkin kita akan tertipu dengan tipuan duniawi. Moga kita menerima kenderaan itu secepatnya agar mudahkan kita meniti perjalanan yang sangat berliku ini.

Ya, wahai sahabatku, kita dalam perjalanan dan sampai satu saat nanti, kita akan bertemu di sana, bertemu TUAN kita, dan sedarlah kita semua adalah dalam pangkat hamba-hambaNYA sahaja. Tidak perlulah bermegah-megah sehingga lupa, kita ini hanya taraf hamba yang tidak memilik apa-apa pun. Dan semuanya adalah pinjaman yang DIA berikan untuk mencari kayu api kita. DIA hadirkan segala-gala yang di sekeliling kita adalah untuk kita memahami hakikat kehidupan kita, hakikat kita di dunia ini sebagai hamba yang mencari-cari. Buatlah salah sebanyak manapun, tetapi akhirnya kita tetap akan pulang ke pangkuan Ilahi. Bertaubatlah sebelum kita dipanggil, sesungguhnya ku nukilkan falsafah kehidupan ini untuk aku serta mengajak sahabat-sahabat merenung kembali, untuk apa kita berada di dunia ini...

Berusahalah dalam perjalanan kita ini. Mudah-mudahan TUAN kita akan menerima kayu api, makanan dan hasil tanaman kita. Dan janganlah berputus asa, sesungguhnya DIA sentiasa berada dalam sangkaan kita.


************ ********* ********* ********* ********* *****

www.atirah85.blogspot.com

Saturday, December 10, 2011

Sedikit Kisah Khalifah Umar bin Abd al-Aziz

Khalifah Umar bin Abd al-Aziz apabila beliau dilantik menjadi khalifah, beliau seakan tergamam dan begitu hiba. Beliau terus bersendirian bersolat dan menangis. Airmatanya bercucuran hingga ke janggutnya. Apabila isterinya Fatimah bertanya, dia berkata:

“Wahai Fatimah! Aku telah dikalungkan urusan umat Muhammad ini yang berbagai bangsa. Maka aku terfikir tentang orang fakir yang lapar, yang sakit lagi derita, orang yang tidak berpakaian yang susah, orang yang dizalimi lagi dipaksa, tawanan perang yang jauh, orang tua yang uzur, orang yang mempunyai keluarga yang ramai sedangkan hartanya sedikit dan seumpama mereka yang berada di segala tempat dan penjuru negara.

Aku tahu tuhanku akan bertanya aku mengenai mereka pada hari kiamat kelak. Aku bimbang alasanku tidak cukup kukuh untuk menjawabnya, lalu aku pun menangis”

(Al-Zahabi, Tarikh al-Islam wa Wafayat al-Masyahir wa al-A’lam, 7/197. Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi/1407H)

Friday, December 9, 2011

Mutiara Nasihat al Habib Umar

~Penuhilah hatimu dengan kecintaan terhadap saudaramu nescaya akan menyempurnakan kekuranganmu dan mengangkat darjatmu di sisi Allah.

~Barangsiapa semakin mengenal kepada Allah nescaya akan semakin takut.

~Barangsiapa yang tidak mahu duduk dengan orang beruntung, bagaimana mungkin ia akan beruntung dan barangsiapa yang duduk dengan orang beruntung bagaimana mungkin ia tidak akan beruntung.

~Barangsiapa menjadikan kematiaannya sebagai pertemuan dengan sang kekasih (Allah), maka kematian adalah hari raya baginya.

~Barangsiapa percaya pada Risalah (terutusnya Rasulullah), maka ia akan mengabdi padanya. Dan barangsiapa percaya pada risalah, maka ia akan menanggung (sabar) karenanya. Dan barang siapa yang membenarkan risalah, maka ia akan mengorbankan jiwa dan hartanya untuknya.

~Kedekatan seseorang dengan para Nabi di hari kiamat menurut kadar perhatiannya terhadap dakwah ini.

~Betapa anehnya bumi, semuanya adalah pelajaran. Kukira tidak ada sejengkal tanah di muka bumi kecuali di situ ada 'ibrah (pelajaran) bagi orang yang berakal apabila mau mempelajarinya.

~Sebaik-baik nafsu adalah yang dilawan dan seburuk-buruk nafsu adalah yang diikuti.

~Tanpa menahan hawa nafsu maka manusia tidak akan sampai pada Tuhannya sama sekali dan kedekatan manusia terhadap Allah menurut kadar pembersihan jiwanya.

~Jikalau sebuah hati telah terbuka, maka akan mendapatkan apa yang diinginkan.

~Barangsiapa yang mempunyai samudra ilmu kemudian kejatuhan setetes hawa nafsu, maka hawa nafsu itu akan merusak samudra tersebut.

~Sesaat dari saat-saat khidmat (pengabdian), lebih baik daripada melihat arsy dan seisinya seribu kali.

~Penyatuan seorang murid dengan gurunya merupakan permulaan di dalam menyatunya dengan Rasulullah SAW. Sedangkan menyatunya dengan Rasulullah SAW merupakan permulaan untuk fana pada Allah (lupa selain Allah)

~Manusia di setiap waktu senantiasa terdiri dari dua golongan, golongan yang diwajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas sujud dan golongan yang di wajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas keingkaran.

~Barangsiapa yang menuntut keluhuran, maka tidak akan peduli terhadap pengorbanan.

~Sesungguhnya di dalam sujud terdapat hakikat yang apabila cahanya turun pada hati seorang hamba, maka hati tersebut akan sujud selama-lamanya dan tidak akan mengangkat dari sujudnya.

~Beliau r.a. berkata tentang dakwah, Yang wajib bagi kita yaitu harus menjadi da'ei dan tidak harus menjadi qadhi atau mufti (katakanlah wahai Muhammad SAW inilah jalanku, aku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang jelas aku dan pengikutku) apakah kita ikut padanya (Rasulullah) atau tidak ikut padanya? Arti dakwah adalah memindahkan manusia dari kejelekan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju ingat kepada Allah, dan dari keberpalingan kembali menuju kepada Allah, dan dari sifat yang buruk menuju sifat yang baik.

~Syaitan itu mencari sahabat-sahabatnya dan Allah menjaga kekasih-kekasihNya.

~Apabila ibadah agung bagi seseorang maka ringanlah adap (kebiasaan) baginya dan apabila semakin agung nilai ibadah dalam hati seseorang maka akan keluarlah keagungan adat darinya.

~Bila benar keluarnya seseorang (di dalam berdakwah), maka ia akan naik ke derajat yang tinggi.

~Keluarkanlah rasa takut pada makhluk dari hatimu maka engkau akan tenang dengan rasa takut pada kholiq (pencipta) dan keluarkanlah berharap pada makhluk dari hatimu maka engkau akan merasakan kenikmatan dengan berharap pada Sang Khaliq.

~Banyak bergurau dan bercanda merupakan pertanda sepinya hati dari mengagungkan Allah dan tanda dari lemahnya iman.

~Hakikat tauhid adalah membaca Al Qur’an dengan merenungi artinya dan bangun malam.

~Tidak akan naik pada darjat yang tinggi kecuali dengan himmah (cita-cita yang kuat).

~Barangsiapa memperhatikan waktu, maka ia akan selamat dari murka Allah.

~Salah satu dari penyebab turunnya bencana dan musibah adalah sedikitnya orang yang menangis di tengah malam.

~Orang yang selalu mempunyai hubungan dengan Allah, Allah akan memenuhi hatinya dengan rahmat di setiap waktu.

( Disusun oleh : Ust Ja’far Sodiq al-Munawwar )

Thursday, December 8, 2011

Ciri-Ciri Wanita Solehah

Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita menerima gelaran solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah s.w.t.

Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat iaitu :

1. Taat kepada Allah dan RasulNya
2. Taat kepada suami

Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut :

1. Taat kepada Allah dan RasulNya

Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah s.w.t. ?

- Mencintai Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. melebihi dari segala-galanya.
- Wajib menutup aurat
- Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah
- Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada mahram bersamanya
- Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa
- Berbuat baik kepada ibu & bapa
- Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang
- Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa
- Bersikap baik terhadap tetangga

2. Taat kepada suami

- Memelihara kewajipan terhadap suami
- Sentiasa menyenangkan suami
- Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah
- Tidak bermasam muka di hadapan suami
- Tidak menolak ajakan suami untuk tidur
- Tidak keluar tanpa izin suami
- Tidak meninggikan suara melebihi suara suami
- Tidak membantah suaminya dalam kebenaran
- Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya
- Sentiasa memelihara diri, kebersihan & kecantikannya serta rumah tangga

FAKTOR YANG MERENDAHKAN MARTABAT WANITA

Sebenarnya puncak rendahnya martabat wanita adalah dari faktor dalaman. Bukanlah faktor luaran atau yang berbentuk material sebagaimana yang digembar-gemburkan oleh para pejuang hak-hak palsu wanita.

Faktor-faktor tersebut ialah:

1) Lupa mengingat Allah

Kerana terlalu sibuk dengan tugas dan kegiatan luar atau memelihara anak-anak, maka tidak hairanlah jika banyak wanita yang tidak menyedari bahawa dirinya telah lalai dari mengingat Allah. Dan saat kelalaian ini pada hakikatnya merupakan saat yang paling berbahaya bagi diri mereka, di mana syaitan akan mengarahkan hawa nafsu agar memainkan peranannya.

Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-Jathiah, ayat 23: ertinya:

” Maka sudahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya. Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya.”

Sabda Rasulullah s.a.w.: ertinya:

“Tidak sempurna iman seseorang dari kamu, sehingga dia merasa cenderung kepada apa yang telah aku sampaikan.” (Riwayat Tarmizi)

Mengingati Allah s.w.t. bukan saja dengan berzikir, tetapi termasuklah menghadiri majlis-majlis ilmu.

2) Mudah tertipu dengan keindahan dunia.

Keindahan dunia dan kemewahannya memang banyak menjebak wanita ke perangkapnya. Bukan itu saja, malahan syaitan dengan mudah memperalatkannya untuk menarik kaum lelaki agar sama-sama bergelumang dengan dosa dan noda. Tidak sedikit yang sanggup durhaka kepada Allah s.w.t. hanya kerana kenikmatan dunia yang terlalu sedikit.

Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-An’am: ertinya:

” Dan tidaklah penghidupan dunia ini melainkan permainan dan kelalaian dan sesungguhnya negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, oleh kerana itu tidakkah kamu berfikir.”

3) Mudah terpedaya dengan syahwat.

4) Lemah iman.

5) Bersikap suka menunjuk-nunjuk.

Dunia adalah perhiasan, perhiasan dunia yang terbaik adalah Wanita yang solehah.

Sumber: http://nurjeehan.wordpress.com/

Wednesday, December 7, 2011

Tuesday, December 6, 2011

25 PESANAN LUQMANUL HAKIM KEPADA ANAKNYA


01 - Hai anakku: ketahuilah, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak manusia yang karam ke dalamnya. Bila engkau ingin selamat, agar jangan karam, layarilah lautan itu dengan SAMPAN yang bernama TAKWA, ISInya ialah IMAN dan LAYARnya adalah TAWAKKAL kepada ALLAH.

02 - Orang - orang yang sentiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka dirinya akan mendapat penjagaan dari ALLAH. Orang yang insaf dan sedar setelah menerima nasihat orang lain, dia akan sentiasa menerima kemulian dari ALLAH juga.

03 - Hai anakku; orang yang merasa dirinya hina dan rendah diri dalam beribadat dan taat kepada ALLAH, maka dia tawadduk kepada ALLAH, dia akan lebih dekat kepada ALLAH dan selalu berusaha menghindarkan maksiat kepada ALLAH.

04 - Hai anakku; seandainya ibubapamu marah kepadamu kerana kesilapan yang dilakukanmu, maka marahnya ibubapamu adalah bagaikan baja bagi tanam tanaman.

05 - Jauhkan dirimu dari berhutang, kerana sesungguhnya berhutang itu boleh menjadikan dirimu hina di waktu siang dan gelisah di waktu malam.

06 - Dan selalulah berharap kepada ALLAH tentang sesuatu yang menyebabkan untuk tidak menderhakai ALLAH. Takutlah kepada ALLAH dengan sebenar benar takut ( takwa ), tentulah engkau akan terlepas dari sifat berputus asa dari rahmat ALLAH.

07 - Hai anakku; seorang pendusta akan lekas hilang air mukanya kerana tidak dipercayai orang dan seorang yang telah rosak akhlaknya akan sentiasa banyak melamunkan hal hal yang tidak benar. Ketahuilah, memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih mudah daripada memberi pengertian kepada orang yang tidak mahu mengerti.

08 - Hai anakku; engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi yang amat berat, tetapi akan lebih lagi daripada semua itu, adalah bilamana engkau mempunyai tetangga (jiran) yang jahat.

09 - Hai anakku; janganlah engkau mengirimkan orang yang bodoh sebagai utusan. Maka bila tidak ada orang yang cerdik, sebaiknya dirimulah saja yang layak menjadi utusan.

10 - Jauhilah bersifat dusta, sebab dusta itu mudah dilakukan, bagaikan memakan daging burung, padahal sedikit sahaja berdusta itu telah memberikan akibat yang berbahaya.

11 - Hai anakku; bila engkau mempunyai dua pilihan, takziah orang mati atau hadir majlis perkahwinan, pilihlah untuk menziarahi orang mati, sebab ianya akan mengingatkanmu kepada kampung akhirat sedang kan menghadiri pesta perkahwinan hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan duniawi sahaja.

12 - Janganlah engkau makan sampai kenyang yang berlebihan, kerana sesungguhnya makan yang terlalu kenyang itu adalah lebih baiknya bila makanan itu diberikan kepada anjing sahaja.

13 - Hai anakku; janganlah engkau langsung menelan sahaja kerana manisnya barang dan janganlah langsung memuntahkan saja pahitnya sesuatu barang itu, kerana manis belum tentu menimbulkan kesegaran dan pahit itu belum tentu menimbulkan kesengsaraan.

14 - Makanlah makananmu bersama sama dengan orang orang yang takwa dan musyawarahlah urusanmu dengan para alim ulamak dengan cara meminta nasihat dari mereka.

15 - Hai anakku; bukanlah satu kebaikan namanya bilamana engkau selalu mencari ilmu tetapi engkau tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubah bagaikan orang yang mencari kayu bakar, maka setelah banyak ia tidak mampu memikulnya, padahal ia masih mahu menambahkannya.

16 - Hai anakku; bilamana engkau mahu mencari kawan sejati, maka ujilah terlebih dahulu dengan berpura pura membuat dia marah. Bilamana dalam kemarahan itu dia masih berusaha menginsafkan kamu,maka bolehlah engkau mengambil dia sebagai kawan. Bila tidak demikian, maka berhati hatilah.

17 - Selalulah baik tuturkata dan halus budibahasamu serta manis wajahmu, dengan demikian engkau akan disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain yang pernah memberikan barang yang berharga.

18 - Hai anakku; bila engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang yang tidak mengharapkan sesuatu daripadanya. Namun biarkanlah dia yang mengharapkan sesuatu darimu.

19 - Jadikanlah dirimu dalam segala tingkahlaku sebagai orang yang tidak ingin menerima pujian atau mengharap sanjungan orang lain kerana itu adalah sifat riyak yang akan mendatangkan cela pada dirimu.

20 - Hai anakku; janganlah engkau condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu disusahkan olah dunia saja kerana engkau diciptakan ALLAH bukanlah untuk dunia sahaja. Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih hina daripada orang yang terpedaya dengan dunianya.

21 - Hai anakku; usahakanlah agar mulutmu jangan mengeluarkan kata kata yang busuk dan kotor serta kasar, kerana engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara, usahakanlah agar bicaramu mendatangkan manfaat bagi orang lain.

22 - Hai anakku; janganlah engkau mudah ketawa kalau bukan kerana sesuatu yang menggelikan, janganlah engkau berjalan tanpa tujuan yang pasti, janganlah engkau bertanya sesuatu yang tidak ada guna bagimu, janganlah mensia siakan hartamu.

23 - Barang sesiapa yang penyayang tentu akan disayangi, sesiapa yang pendiam akan selamat daripada berkata yang mengandungi racun, dan sesiapa yang tidak dapat menahan lidahnya dari berkata kotor tentu akan menyesal.

24 - Hai anakku; bergaullah rapat dengan orang yang alim lagi berilmu. Perhatikanlah kata nasihatnya kerana sesungguhnya sejuklah hati ini mendengarkan nasihatnya, hiduplah hati ini dengan cahaya hikmah dari mutiara kata katanya bagaikan tanah yang subur lalu disirami air hujan.

25 - Hai anakku; ambillah harta dunia sekadar keperluanmu sahaja, dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk bekalan akhiratmu. Jangan engkau tendang dunia ini ke keranjang atau bakul sampah kerana nanti engkau akan menjadi pengemis yang membuat beban orang lain. Sebaliknya janganlah engkau peluk dunia ini serta meneguk habis airnya kerana sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka. Janganlah engkau bertemankan dengan orang yang bersifat talam dua muka, kelak akan membinasakan dirimu.

Monday, December 5, 2011

Orang-orang Quraisy biasa berpuasa pada hari asyura di masa jahiliyyah

"Orang-orang Quraisy biasa berpuasa pada hari asyura di masa jahiliyyah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melakukannya pada masa jahiliyyah. Tatkala beliau sampai di Madinah beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa." [1]


"Nabi saw tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya: "Apa ini?" Mereka menjawab: "Sebuah hari yang baik, ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur. Maka beliau Rasulullah menjawab: "Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu." [2]


Dua hadits ini menunjukkan bahwa suku Quraisy berpuasa pada hari Asyura di masa jahiliyah, dan sebelum hijrahpun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melakukannya. Kemudian sewaktu tiba di Madinah, beliau temukan orang-orang Yahudi berpuasa pada hari itu, maka Nabi-pun berpuasa dan mendorong umatnya untuk berpuasa.


Yang paling utama adalah berpuasa pada hari kesepuluh (10 Muharram) lalu merangkaikan satu hari sebelumnya, atau satu hari sesudahnya. Tambahan di hari kesembilan lebih utama daripada hari kesebelas. Rasulullah saw bersabda: “Artinya: Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Muharram” [Hadits Riwayat Muslim dari Abu Hurairah]


Diriwayatkan pada hadits lain:


“Artinya: Ia adalah hari mendaratnya kapal Nuh di atas gunung “Judi” lalu Nuh berpuasa pada hari itu sebagai wujud rasa syukur”[3]


“Artinya: Abu Musa berkata : “Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan mereka menjadikannya sebagai hari raya, maka Rasulllah Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Puasalah kalian pada hari itu” [4]


“Artinya: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa di hari Asyura, maka beliau menjawab : “Puasa itu bisa menghapuskan (dosa-dosa kecil) pada tahun kemarin” [5]


BID’AH-BID’AH DI HARI ASYURA

[1]. Shalat dan dzikir-dzikir khusus, sholat ini disebut dengan sholat Asyura
[2]. Mandi, bercelak, memakai minyak rambut, mewarnai kuku, dan menyemir rambut.
[3]. Membuat makanan khusus yang tidak seperti biasanya.
[4]. Membakar kemenyan.
[5]. Bersusah-susah dalam kehausan dan menampakkan kesusahannya itu.
[6]. Doa awal dan akhir tahun yang dibaca pada malam akhir tahun dan awal tahun (Sebagaimana termaktub dalam Majmu' Syarif)
[7]. Menentukan berinfaq dan memberi makan orang-orang miskin
[8]. Memberi wang belanja lebih kepada keluarga.
[9]. As-Subki berkata (ad-Din al-Khalish 8/417): "Adapun pernyataan sebagian orang yang menganjurkan setelah mandi hari ini (10 Muharram) untuk ziarah kepada orang alim, menengok orang sakit, mengusap kepala anak yatim, memotong kuku, membaca al-Fatihah seribu kali dan bersilaturahmi maka tidak ada dalil yg menunjukkan keutamaan amal-amal itu jika dikerjakan pada hari Asyura. Yang benar amalan-amalan ini diperintahkan oleh syariat di setiap saat, adapun mengkhususkan di hari ini (10 Muharram) maka hukumnya adalah bid'ah."


Ibnu Rajab berkata (Latha’iful Ma’arif hal. 53): “Hadits anjuran memberikan Wang belanja lebih dari hari-hari biasa, diriwayatkan dari banyak jalan namun tidak ada satupun yang shahih. Di antara ulama yang mengatakan demikian adalah Muhammad bin Abdullah bin Al-Hakam Al-Uqaili berkata: ”(Hadits itu tidak dikenal)”. Adapun mengadakan ma’tam (kumpulan orang dalam kesusahan, semacam haul) sebagaimana dilakukan oleh Rafidhah dalam rangka mengenang kematian Husain bin Ali Radhiyallahu ‘anhu maka itu adalah perbuatan orang-orang yang tersesat di dunia sedangkan ia menyangka telah berbuat kebaikan. Allah dan RasulNya tidak pernah memerintahkan mengadakan ma’tam pada hari lahir atau wafat para nabi maka bagaimanakah dengan manusia/orang selain mereka”


Pada saat menerangkan kaidah-kaidah untuk mengenal hadits palsu, Al-Hafidz Ibnu Qayyim (al-Manar al-Munif hal. 113 secara ringkas) berkata: “Hadits-hadits tentang bercelak pada hari Asyura, berhias, bersenang-senang, berpesta dan sholat di hari ini dan fadhilah-fadhilah lain tidak ada satupun yang shahih, tidak satupun keterangan yang kuat dari Nabi saw selain hadits puasa. Adapun selainnya adalah bathil seperti.


“Artinya: Barangsiapa memberi kelonggaran pada keluarganya pada hari Asyura, niscaya Allah akan memberikan kelonggaran kepadanya sepanjang tahun”.


Imam Ahmad berkata: “Hadits ini tidak sah/bathil”. Adapun hadits-hadits bercelak, memakai minyak rambut dan memakai wangi-wangian, itu dibuat-buat oleh tukang dusta. Kemudian golongan lain membalas dengan menjadikan hari Asyura sebagai hari kesedihan dan kesusahan. Dua goloangan ini adalah ahli bid’ah yang menyimpang dari As-Sunnah. Sedangkan Ahlus Sunnah melaksanakan puasa pada hari itu yang diperintahkan oleh Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhi bid’ah-bid’ah yang diperintahkan oleh syaithan”.


Adapun shalat Asyura maka haditsnya bathil. As-Suyuthi dalam Al-Lali 2/29 berkata: “Maudhu’ (hadits palsu)”. Ucapan beliau ini diambil Asy-Syaukani dalam Al-Fawaid Al-Majmu’ah hal.47. Hal senada juga diucapkan oleh Al-Iraqi dalam Tanzihus Syari’ah 2/89 dan Ibnul Jauzi dalam Al-Maudlu’ah 2/122


Ibnu Rajab berkata (Latha’ful Ma’arif) : “Setiap riwayat yang menerangkan keutamaan bercelak, pacar, kutek dan mandi pada hari Asyura adalah maudlu (palsu) tidak sah. Contohnya hadits yang dikatakan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu secara marfu.


“Artinya: Barangsiapa mandi dan bersuci pada hari Asyura maka tidak akan sakit di tahun itu kecuali sakit yang menyebabkan kematian”.


Hadits ini adalah buatan para pembunuh Husain.


Adapun hadits, “Artinya: Barangsiapa bercelak dengan batu ismid di hari Asyura maka matanya tidak akan pernah sakit selamanya”


Maka ulama seperti Ibnu Rajab, Az-Zakarsyi dan As-Sakhawi menilainya sebagai hadits maudlu (palsu).


Hadits ini diriwayatkan Ibnul Jauzi dalam Maudlu’at 2/204. Baihaqi dalam Syu’abul Iman 7/379 dan Fadhail Auqat 246 dan Al-Hakim sebagaimana dinukil As-Suyuthi dalam Al-Lali 2/111. Al-Hakim berkata : “Bercelak di hari Asyura tidak ada satu pun atsar/hadits dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan hal ini adalah bid’ah yang dibuat oleh para pembunuh Husain Radhiyallahu ‘anhu.


Demikianlah sedikit pembahasan tentang hari Asyura. Semoga kita bisa meninggalkan bid’ah-bid’ahnya. Amin


[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun V/1421H-2001M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183]


_________
Footenote


[1]. Hadits Shahih Riwayat Bukhari 3/454, 4/102-244, 7/147, 8/177,178, Ahmad 6/29, 30, 50, 162, Muslim 2/792, Tirmidzi 753, Abu Daud 2442, Ibnu Majah 1733, Nasa’i dalam Al-Kubra 2/319,320, Al-Humaidi 200, Al-Baihaqi 4/288, Abdurrazaq 4/289, Ad-Darimy 1770, Ath-Thohawi 2/74 dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya 5/253
[2]. Hadits Shahih Riwayat Bukhari 4/244, 6/429, 7/274, Muslim 2/795, Abu Daud 2444, Nasa’i dalam Al-Kubra 2/318, 319, Ahmad 1/291, 310, Abdurrazaq 4/288, Ibnu Majah 1734, Baihaqi 4/286, Al-Humaidi 515, Ath-Thoyalisi 928
[3]. Hadits Riwayat Ahmad 2/359-360 dengan jalan dari Abdusshomad bin Habib Al-Azdi dari bapaknya dari Syumail dari Abu Hurairah, Abdusshomad dan bapaknya keduanya Dha’if.
[4]. Hadits Shahih Riwayat Bukahri 4/244, 7/274, Muslim 2/796, Nasa’i dalam Al-Kubra 2/322 dan Al-Baihaqi 4/289
[5]. Hadits Shahih Riwayat Muslim 2/818-819, Abu Daud 2425, Ahmad 5/297, 308, 311, Baihaqi 4.286, 300 Abdurrazaq 4/284, 285
[8]. Abdurrazaq 4/287, Thahawi dalam Syarh Ma’anil Atsar 2/78, Baihaqi dalam Sunan Kubra 4/287 dan dalam Syu’abul Iman 3509 dari jalan Ibnu Juraij, Atha telah mengabariku …. Sanadnya shahih. Ada juga muttabi dalam riwayat Qasim Al-Bhagawi dalam Al-Hadits Ali Ibnil Ja’di 2/886 dengan sanad shahih
[9]. Hadits Dhaif, riwayat Ahmad 1/241, Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya 2095, Thahawi 2/78, Bazar 1052 dalam Kasyfil Atsar, Baihaqi 4/278, Thobary dalam Tahdzibul Atsar 1/215, Ibnu Adi dalam Al-Kamil 3/88




Kita memohon kepada Allah semoga Dia menyelamatkan kita dari bid’ah-bid’ah dan dari perkara-perkara yang diadakan di dalam agama. Mudah-mudahan membantu.