Monday, December 12, 2011

Empat Huruf

Bismillahirrohmanirrohim,

Hidup yang kita jalani tidak bisa kita harapkan selalu berjalan sesuai dengan keinginan...ingin hati selalu mampu menghadirkan warna pelangi yang indah dan  berbagi indahnya untuk semua orang yg kita sayangi, tapi kenyataan kadang warna Pelangi pun berubah kelabu. Dalam hidup , selalu kita temui kerikil-kerikil kecil, yang menghadang langkah kita..diantara kerikil-kerikil itu adalah kesalahpahaman...yang berujung rasa sakit hati, benci,  bahkan dendam, mencari-cari kesempatan agar mampu menyakiti hati hati orang itu agar hati kita menjadi puas..benarkah hati dan perasaan kita menjadi puas? menjadi tenang? saya kira tidak...!

            Sering tersirat dalam pikiran saya, jika saya begitu membenci orang yang telah menyakiti hati secara luar biasa, mestinya rasa benci itu bisa saya lepaskan , bukannya menyimpan memori tentang orang tersebut dengan kuatnya.  Jadi kira-kira apa yang harus saya lakukan agar mampu terlepas dari kemarahan dendam dan sakit hati? ternyata obatnya hanya 4 huruf...yaitu M A A F !!! jika diperluas lagi 4 huruf ini diantaranya bisa menjadi memaafkan.
Sudah beberapa hari ini, pikiran saya berkutat dengan kata ini, bolak balik mencari dipelbagai sumber untuk menemukan maknanya..hingga akhirnya saya menemukan keindahan dari arti memaafkan. 

Tulisan dibawah ini saya kopas dari tulisannya Abu Naila (Daarut Tauhiid) 

Walaupun mudah diucapkan, memaafkan bukanlah perbuatan yang mudah dilakukan.  Ketika seseorang telah atau akan dicelakai, maka yang tertanam biasanya perasaan dendam dan ingin membalas.  Perasaan seperti itu adalah wajar dalam diri orang biasa.  Namun, sikap memaafkan hanya ada pada diri orang yang luar biasa.

Memaafkan butuh kematangan diri dan kecakapan spiritual.  Kematangan diri hanya bisa didapatkan melalui keterbukaan hati dan pikiran akan segala pengalaman hidup yang dialami.  Sementara kecakapan spiritual hanya bisa diperoleh ketika telah memiliki rasa penghambaan yang tinggi hanya kepada Allah SWT semata.

Bagi yang memaafkan kesalahan orang lain, Allah SWT menyediakan pahala utama sebagai balasan atas kemuliaan sikap mereka.  ''Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.'' (QS Asy-Syuura [42]:
43).

Dan bagi yang mempunyai keluhuran akhlak, mereka bukan hanya mampu memaafkan kesalahan orang lain, melainkan sekaligus membalas kesalahan tersebut dengan kebaikan yang tak pernah terbayangkan oleh sang pelaku.  Allah SWT berjanji hal tersebut justru dapat mempererat tali silaturahim dan membuat antara yang berselisih saling memikirkan seolah-olah mereka adalah sahabat yang sangat setia.

''Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.  Tolaklah (kejahatan itu)
dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.'' (QS Fushshilat [41]: 34).

Ada beberapa cara agar kita bisa menjadi pemaaf.  Pertama, memperbanyak silaturahim kepada tetangga, sanak kerabat, dan kawan-kawan.  

Sikap ini akan membuka hati terhadap segala karakter orang, sehingga kita pun tidak mudah marah atau tersinggung atas sikap orang lain.

Kedua, memperbanyak dzikir kepada Allah SWT di waktu pagi dan petang.
Berdzikir di waktu pagi akan menjernihkan hati dan pikiran kita sebelum beraktivitas.  Berdzikir di waktu petang akan kembali menjernihkan hati dan pikiran setelah kita sibuk seharian beraktivitas.

Ketiga, memperbanyak berdua-duaan (berkhalwat) dengan Allah SWT di waktu orang lain sedang terlelap tidur.  Ini akan menumbuhkan kesabaran serta rasa penghambaan dan pengharapan yang tinggi hanya kepada Allah SWT serta menjauhkan dari ketergantungan terhadap manusia.

''Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang- orang yang mempunyai keuntungan yang besar.'' (QS Fushshilat [41]: 35).

                                             *****
Penjelasan lain yang saya dapatkan adalah : salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan:

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al Qur’an, 7:199)

Dalam ayat lain Allah berfirman: "...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur, 24:22)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur'an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:

... dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)

Juga dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. "Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (Qur'an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, "...menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)

Nah selanjutnya kita tinggal berpikir.  Apakah kita yakin ingin terus menerus hidup dalam kemarahan, kebencian, ketaksukaan, kegelisahan, dan bermacam ketakenakan yang lain.  Atau kita ingin melapangkan dada menerima semuanya sebagai kemanusiaan seorang manusia, dan memilih jalan yang lebih indah yaitu memaafkan?



*Sengaja judulnya "empat Huruf" biar orang tertarik untuk membacanya....Maaf ^_^ *

No comments:

Post a Comment