Friday, July 29, 2011

Sebuah Orientasi

Assalamu'alaikum wrwb, sebagai bahan renungan semoga bermanfa'at.


“ Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran ”.QS 39 : 27


“ dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus “.QS 36 : 61


Alangkah sederhananya motto ayat terakhir ini?


Tetapi jika kita rajin berpikir dua kali, kita akan bertemu dengan suatu kehebatan yang tidak terbayangkan sebelumnya.


Jalan yang lurus boleh diartikan jalan yang benar, bukan jalan yang salah atau sesat. Jalan yang lurus dapat juga diartikan jalan langsung yang tidak bercabang atau menyimpang ke sana ke mari. Jalan yang lurus boleh pula diartikan jalan yang terdekat untuk mencapai sesuatu. Sungguhpun sholat dapat disebut jalan terdekat ataupun jalan langsung, belum juga terlihat kehebatan yang terkandung oleh kalimat tersebut sebelum diuraikan lebih dahulu hal-hal apa yang telah diterobos oleh jalan terpendek itu.


Dr. Paryana Suryadipura menguraikan alam menurut pandangan tasawuf Islam (alam pikiran:160- 164) yang terdiri atas beberapa lapis dan beberapa tingkatannya.


LAPISAN PERTAMA : Di mana manusia hidup dengan tubuh kasarnya dan segala sesuatu dalam alam tersebut dihayati melalui panca indera lahir. Alam ini disebut Alam nasut dan manusia hanya sadar akan alam ini, dan jiwanya bergantung bagaimana keadaan badan lahirnya. Hal ini tak perlu dibuktikan lagi.


LAPISAN KEDUA (alam jabarut) : Letaknya di sekitar alam nasut dan berkemungkinan sekali saling overlapping secara ruang berdimensi empat dengan alam nasut ini. Yang mendiami alam ini adalah golongan jin, syaithon, gondoruwo (kuntil anak) dan berbagai jenis orang halus lainnya. Alam ini tidak terjangkau oleh panca indera manusia biasa; yang mencapainya dalam kesadaran adalah kaum mistik, sedang manusia biasa hanya mencapainya dalam impian atau pengalaman rohani tanpa tubuh kasar. Pada mulanya Rasulullah SAW diberi tahu tentang ini oleh Allah SWT setelah suatu peristiwa terjadi :


“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya) ." Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan”. QS 46 : 29


Setelah turun ayat ini barulah kemudian beberapa golongan jin datang secara khusus kepada Rasulullah SAW untuk meminta pelajaran.


LAPISAN KETIGA (alam malakut) : Di alam ini berdiamlah malaikat dan roh-roh nenek moyang yang telah suci. Rasulullah SAW menegaskan batasnya dan menyatakan bahwa penduduk alam jabarut tidak dapat memasuki alam tersebut.


“Pada saat syaithan-syaithan tak dapat lagi mendengarkan berita-berita dari langit dan mereka diusir dengan lemparan benda-benda berapi. Maka pulanglah syaithan-syaithan itu kepada kaumnya, lalu ditanyai:”Kenapa kamu semua ini?”. Yang baru datang menjawab: "Kita tak dapat lagi mengetahui berita langit dan kami telah diusir dengan lemparan benda-benda berapi”. HR Muslim : 274


Manusia bisa tidak akan pernah mencapai alam ini dalam penghayatan secara sadar; tetapi demikian halnya bagi yang terbuka kasyaf (para Nabi)


LAPISAN TERAKHIR (alam yang tiada terpermanai luasnya disebut alam lahut) : Tidak satu makhluk pun sampai ke sana termasuk malaikat-malaikat. Hal ini jelas diceriterakan dalam riwayat perjalanan Mi’raj Nabi Muhammad SAW dan hanya beliaulah yang sampai ke sana, diantarkan oleh malaikat Jibril pada batas tertentu. Justru kedatangan beliau ke sana dalam rangka menerima perintah kewajiban mendirikan Sholat. "Alam inilah yang melulu berisi dzat Tuhan, samudra taufik yang tiada terpantai,tiada awal dan akhir”.(alam pikiran : 164 )


Alam-alam inilah yang diterobos oleh jalan lurus tersebut, yakni sholat. Betapapun tebalnya lapisan-lapisan alam itu, jika sholat khusyu’ telah didirikan dan diterimanya. Dia telah berada dalam jarak sedekat-dekatnya dengan hambanya yang bersholat terutama di waktu bersujud. Komunikasi tingkat tinggipun berlangsunglah tanpa perantara.


Jika timbul keinginan hendak menduga jarak yang telah dilampaui dalam berkomunikasi ini, akan bertambah terasalah kehebatan itu, dan kebetulan seorang shahabat kami E Kuswanda mengatakan ayat di bawah untuk digunakan sebagai pegangan :


“ Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun[1510] “.QS 70 : 4


[1510]. Maksudnya: malaikat-malaikat dan Jibril jika menghadap Tuhan memakan waktu satu hari. Apabila dilakukan oleh manusia, memakan waktu limapuluh ribu tahun.


Marilah kita menghitung!


Jarak tempuh tercepat yang dapat dilakukan manusia di bumi pada saat turunnya wahyu di atas adalah dengan berkuda yang rata-rata 60km/jam. Berarti jauh jarak perjalanan lurus yang diiktibarkan kepada sholat kira-kira :


50.000x12x30x24x60k m=25.920. 000.000km


Jarak itu ditempuh oleh malaikat dalam tempo sehari berarti :


24x60x60”(detik)=86.400 detik


Untuk mengetahui kecepatan malaikat yang disebut oleh ayat di atas adalah :


(50.000x12x30x24x60”km) : (24x60x60”)=300.000km/ detik


Kecepatan ini sesuai dengan ilmu fisika modern yang mengatakan kecepatan 300.000km/detik itu adalah kecepatan cahaya sedangkan Rasulullah SAW bersabda :


“ Malaikat itu diciptakan dari cahaya dan jin diciptakan dari nyala api…”.HR Muslim


Itulah kehebatan dari sholat ,walaupun dalam kenyataannya ia muncul dari pengertian yang sederhana. Ahli- ahli ilmu jiwa modernpun mempunyai tanggapan yang sama terhadap sholat sebagaimana tersirat dalam kalimat di bawah :




“Mula-mula orang menyangka, bahwa sholat itu mengucapkan kata-kata; akan tetapi dia mengerti bahwa sholat itu tidak berdiam, akan tetapi mendengar. Dengan demikian sholat berarti tidak mendengar kata-kata sendiri, sholat berarti berdiam dan menunggu, agar yang sholat mendengar suara Tuhan”. (TM..Huebner) Alam Pikiran : 257


Orientasi lain yang ditulis oleh Dr. Paryana sendiri menyatakan: "Pada waktu kita menjalankan sholat, maka pikiran kita tidak lagi mempunyai hubungan dengan keadaan di dunia ini; pikiran kita pada waktu sholat keluar dari pusat akal dan selanjutnya mengalir ke arah budi; di dalam budi pikiran kita bebas dari pengaruh-pengaruh buruk. Lebih dalam pikiran kita di dalam sholat ditujukan ke arah Tuhan yang Maha Esa, lebih erat pikiran ini mempunyai hubungan dengan Dia. Adapun hubungan pikiran kita dengan Tuhan yang Maha Esa tidak beda dari hubungan antara matahari dengan zat hijau (chlorophyl) dari daun-daun. Chlorophyl yang disinari matahari membentuk zat tepung, proses demikian dinamai assimilatie. Demikian pada waktu kita sholat pikiran kita yang boleh diibaratkan chlorophyll mengasimilasikan Nur Illahi dan hasilnya ialah pikiran yang bebas dari keinginan dan marah, akan tetapi diisi dengan tenaga mencipta dan menyusun sesuai dengan sifat Illahi”.(Alam Pikiran:2590)


Masih banyak tinjauan-tinjauan lain ataupun tinjauan-tinjauan yang kita pikirkan sendiri, asal tidak keluar dari garis keimanan, menunggu saatnya untuk diolah disamping menunggu petunjuk dari Allah SWT. Mintalah petunjuk kepada-Nya, sekali petunjuk itu turun, petunjuk berikutnya akan bermunculan sebagaimana yang telah dijanjikan-Nya :


“ Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya”. QS 19 : 76






Sumber : - Pengantar Sholat yang khusyu’ drs Ahmad Syafi’I MK
( penerbit PT . REMAJA ROSDAKARYA-BANDUNG 1991 )

No comments:

Post a Comment