Wednesday, February 29, 2012

Ingin bermimpi Nabi


Oleh : Ustadz Husin Nabil bin Najib Assegaf

Seorang murid berjalan menuju rumah syaikhnya. Tampak di wajahnya sedang menginginkan sesuatu. Ketika sampai di rumah syaikhnya, dia duduk bersimpuh beradab di hadapan sang syaikh tak bergeming sedikitpun. Kemudian dengan wajah dan suara yang berwibawa itu, bertanyalah syaikh kepada muridnya,

“Apakah yang membuatmu datang kepadaku di tengah malam begini?”

Dijawabnya dengan suara yang halus,

“Wahai syaikh, sudah lama aku ingin melihat wajah Nabiku SAW walau hanya lewat mimpi, tetapi keinginanku belum terkabul juga.”

“Ooh…itu rupanya yang kau inginkan. Tunggu sebentar,” jawab syaikh.

Dia mengeluarkan pena, kemudian menuliskan sesuatu untuk muridnya.

“Ini…bacalah setiap hari sebanyak seribu kali. Insya Allah kau akan bertemu dengan Nabimu.”

Pulanglah murid membawa catatan dari sang syaikh dengan penuh harapan ia akan bertemu dengan Nabi SAW.

Tetapi setelah beberapa minggu kembalilah murid ke rumah syaikhnya memberitahukan bahwa bacaan yang diberikannya tidak berpengaruh apa-apa. Kemudian syaikh memberikan bacaan baru untuk dicobanya lagi.

Sayangnya beberapa minggu setelah itu muridnya kembali lagi memberitahukan kejadian yang sama. Setelah berdiam beberapa saat, berkatalah sang syaikh,

“Nanti malam engkau datang ke rumahku untuk aku undang makan malam.”

Sang murid menyetujui permintaan syaikhnya dengan penuh keheranan. Dia ingin bertemu Nabi, tetapi kenapa diundang makan malam. Karena dia termasuk murid yang taat, dipenuhinyalah permintaan syaikhnya itu.

Datanglah ia ke rumah syaikhnya untuk menikmati hidangan malamnya. Tenyata syaikh hanya menghidangkan ikan asin saja dan memerintahkan muridnya untuk menghabiskannya.

“Makan, makanlah semua dan jangan biarkan tersisa sedikitpun!”

Maka sang muridpun menghabiskan seluruh ikan asin yang ada. Setelah itu ia merasa kehausan karena memang ikan asin membuat orang haus. Tetapi ketika ingin meneguk air yang ada di depan matanya, sang syaikh melarangnya,

“Kau tidak boleh meminum air itu hingga esok pagi, dan malam ini kau akan tidur di rumahku!” kata sang syaikh.

Dengan penuh keheranan diturutinya perintah syaikh tadi. Tetapi di malam hari ia susah untuk tidur karena kehausan. Ia membolak-balikkan badannya, hingga akhirnya tertidur karena kelelahan. Tetapi apa yang terjadi?. Ia bermimpi bertemu syaikhnya membawakan satu ember air dingin lalu mengguyurkan ke badannya. Kemudian terjagalah ia karena mimpi itu seakan-akan benar-benar terjadi pada dirinya. Kemudian ia mendapati syaikhnya telah berdiri di hadapannya dan berkata,

“Apa yang kau mimpikan?”

Dijawab olehnya,

“Syaikh, aku tidak bermimpi Nabiku SAW. Aku memimpikanmu membawa air dingin lalu mengguyurkan ke badanku.”

Tersenyumlah sang syaikh karena jawaban muridnya. Kemudian dengan bijaksana ia berkata,

“Jika cintamu pada Nabi seperti cintamu pada air dingin itu, kau akan bermimpi Nabimu SAW.”

Menangislah sang murid dan menyadari bahwa di dalam dirinya belum ada rasa cinta kepada Nabi. Ia masih lebih mencintai dunia daripada Nabi. Ia masih meninggalkan sunnah-sunnahnya. Ia masih menyakiti hati umat Nabi. Ia masih…masih…masih…..

“Ooh berapa banyak tenaga yang harus aku keluarkan untuk bertemu Nabiku. Aku sadari Nabiku bukan sesuatu yang murah dan mudah untuk dipetik atau dibeli dengan uang. Aku hanya berharap semoga Nabiku mendengar keluhan yang keluar dari hatiku ini dan menjemputku walau di dalam mimpi.”

Kelompok Kebenaran Dari Ummat Nabi Muhammad saw



قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
لَا يَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ (صحيح البخاري

Sabda Rasulullah saw : “selalu ada kelompok dari ummatku yang terus muncul dengan kebenaran, hingga mereka menghadap Allah mereka akan terus ada dan terlihat jelas” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Limpahan Puji Kehadirat Allah Maha Raja Langit dan Bumi, Maha Penguasa Tunggal dan Abadi, Maha Mengasuh seluruh hamba – hamba dan ciptaan-Nya sepanjang waktu dan zaman, Tunggal menuntun mereka di dalam kehidupan, mengasuh mereka dengan cahaya matahari dan bulan, daratan dan lautan dan semua hamba yang ada di bumi sebagai lambang kelembutan Ilahi. Terbit keindahan Allah dalam setiap waktu dan zaman, terbit kelembutan Allah dalam setiap waktu dan zaman, terbit kewibawaan Allah dalam segala waktu dan kejadian. Bagi mereka yang mau berfikir, mereka akan menemukan Cahaya Keagungan Allah dalam setiap waktu dan kejap. Yang setiap nafas mereka merupakan lambang Kasih Sayang Illahi, yang setiap detak jantung memanggil setiap hamba untuk mengenal Allah, yang memberinya kehidupan, yang menggetarkan jantungnya lebih dari 100.000X setiap harinya untuk mendukung seluruh gerakan dan kehidupan.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Jantung yang berdetak ini adalah milik Rabbul Alamin dan bukan kita yang menciptanya. Lisan yang kita pakai untuk berucap bukan pula kita yang menciptanya tapi Anugerah Illahi. Dan semua kehidupan yang kita gunakan siang dan malam adalah panggilan Allah agar mau mendekat mencapai Kasih Sayang-Nya, mencapai Kelembutan-Nya, mencapai Keridhoan-Nya yang abadi, kenikmatan yang abadi, keindahan yang abadi, kemewahan yang abadi dan puncak segala anugerah adalah Ridho Allah, Kasih Sayang Allah, Kelembutan Allah yang membuka kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan Sang Pemilik Kebahagiaan di dunia dan akhirat, Dialah Allah.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Allah Swt berfirman “Qul huwallahu ahad” katakanlah, kenalilah, fahamilah, dalamilah dan sadarilah dan renungkanlah dan dapatkanlah Cahaya Keagungan dari kalimat Dialah Allah Maha Tunggal; QS. Al Ikhlas : 1. Hanya Dialah (Allah) Yang Maha Ada dan selainnya adalah fana. Semua selain Allah, hakekatnya tiada walaupun tampaknya ada, karena keberadaan mereka terikat dan tergantung kepada Yang Maha Ada. Allah ada sebelum segala – galanya ada dan Allah Yang Maha Tunggal tetap ada ketika segala – galanya sirna. Hadirin – hadirat, kalimat yang pertama daripada firman Allah ini menembus kepada jantung tauhid, memberi kefahaman bahwa Dia (Allah) Maha Tunggal. Tidak sama dengan semua makhluk dan tidak ada yang menyerupainya. Dan ketika kita merenungkan kedalaman kalimat ini, akan muncul cahaya tauhid yang membimbing kita kepada ketenangan, kesejukan. “Alaa bidzikrillah tathma’innulquluub” dengan mengingat Allah akan tenanglah hati; QS. Ar-Rad : 28. Dan ketahuilah Allah itu Maha Tunggal. Maha Tunggal untuk dicintai, Maha Tunggal untuk dirindukan, Maha Tunggal untuk dimuliakan, Maha Tunggal untuk disembah, Maha Tunggal untuk diharapkan, Dialah (Allah).

“Allahusshamad” Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan; QS. Al Ikhlas : 2. Al Imam Ath-thabari alaihi rahmatullah menjelaskan bahwa makna “ashshamad” adalah yang tidak makan dan minum dan tidak menyerupai makhluk. Dalam penafsiran lainnya, Imam Ath-thabari menukil makna “ashshamad” adalah yang tidak berubah sebagaimana makhluk yang selalu berubah. Dari kecil ke besar, dari tua ke muda dan lain sebagainya. Allah tetap Maha Tidak Berubah. Al Imam Ibn Katsir menjelaskan di dalam tafsirnya menukil salah satu makna dari kalimat “ashshamad” adalah nurun yatala’ala’ cahaya yang berpijar. “Allahusshamad” Allah Yang Maha Tidak Berubah dan selalu ada dan merupakan cahaya yang berpijar dengan indahnya.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Tentunya yang dimaksud bukanlah Allah itu berwujud cahaya. Karena cahaya yang kita kenal hanyalah cahaya yang dikenal oleh mata dalam penerang dan penglihatan. Bagaimana dengan Allah cahaya yang berpijar, tidak terlihat oleh yang buta, tidak terlihat oleh manusia, bagaimana cahaya yang berpijar jika tidak terlihat? Tentunya maksud cahaya yang berpijar ini adalah cahaya kebahagiaan, cahaya keindahan, cahaya ketenangan yang menerangi kehidupan hamba – hambaNya dan itu jauh lebih agung dari makna cahaya yang kita kenal. Cahaya yang terang – benderang inilah menenangkan jiwa dengan setenang – tenangnya keadaan. Mengampuni banyak kesalahan dan dosa dan mengangkat derajat seluhur- luhurnya. Menjatuhkan sifat – sifat hina dari sanubari dan memunculkan sifat – sifat luhur, membangkitkan keinginan untuk bermunajat dan bersujud, mengundang manusia untuk terus semakin dekat kehadirat-Nya dan inilah Cahaya Penerang Yang Maha abadi.

“Lam yalid wa lam yuulad; Walam yakullahu kufuwan ahad” Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan; Dan tidak ada satupun yang menyerupai Allah; QS. Al Ikhlas : 3-4. Maha Tunggal dan Maha Abadi. Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika salah seorang sahabat mengadukan tentang seseorang yang selalu membaca Surah Al Ikhals. Ketika ditanyakan kepadanya, ia berkata “Li annahaa sifaturrahman” karena Al Ikhlas ini sifatnya Allah Yang Maha Pengasih, aku senang membacanya, mendalami maknanya, membuatnya semakin rindu kepada Allah, yang memang Maha Tunggal dan tiada makhluk lain mempunyai sifat Maha Tunggal melebihi Rabbul Alamin Yang Maha Tunggal. Aku asyik membacanya. Maka Rasul Saw berkata “akhbiruuh innallah yuhibbuh” kabarkan padanya bahwa Allah mencintainya. Karena ia suka menyebut Nama Allah Yang Maha Tunggal, karena ia senang menyebut Nama Allah, melafadzkan sifat – sifat Allah, mengulang – ulangnya karena rindu kepada Allah. Hadirin – hadirat, inilah Sang Maha Indah yang menghargai bibir dan jiwa yang selalu melafadzkan Nama-Nya dan mengingat-Nya.

Kalau sudah Sang Nabi saw mengabarkan “akhbiruuh innallah yuhibbuh” sampaikan kabar padanya bahwa Allah mencintainya. Subhanallah!! Cintanya Allah dikabarkan oleh Sang Nabi saw kepada orang itu bahwa Allah mencintainya. Dari mana ia mengenal kemuliaan Surah Al Ikhlas? Tentunya dari manusia yang paling dicintai Allah, Sayyidina Muhammad Saw. Semakin kita menggali dari rahasia kemuliaan tuntunan Sang Nabi saw, maka semakin dekat gerbang cinta Allah kepada kita. Maka kenalilah Muhammad Rasulullah Saw.

Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, Allah Swt berfirman di dalam hadits qudsiy, ketika salah seorang hamba berbuat dosa lantas ia beristighfar dan bertaubat kepada Allah. Allah Swt berfirman 15.53 “fa’alima abdiy anna lahu Rabban yaghfiruudzzunuuba wa ya’khudz bih, ghafartu li ‘abdiy” hamba-Ku, ia tahu setelah ia berbuat dosa, ia menyesal pada-Ku. Dialah (Allah) yang paling dekat kepada kita, Cintanya paling setia kepada kita, Kasih Sayang-Nya terindah kepada kita. Kita mengenal Kasih Sayang-Nya muncul setiap saat dan kejap. Buktinya adalah kehidupan kita yang itu semua bukti Cintanya Allah. Namun ketika kita mengkhianati Allah dengan dosa dan kesalahan maka ketika sang pengkhianat ini beristighfar memohon pengampunan-Nya, Sang Maha Baik menjawab “hamba-Ku tahu ada Tuhan yang selalu mengampuninya, ia mengenal Kasih Sayang-Ku, Ku-maafkan hamba-Ku”.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Adakah yang lebih baik dari Allah? Bukankah Allah Swt yang memberikan semua anugerah ini kepada yang taat pada-Nya dan pada yang tidak taat pada-Nya. Dan Allah masih menanti para pendosa yang selalu menantang kemurkaan-Nya untuk kembali kepada keluhuran dan bisa mencapai Cinta-Nya. Cinta yang terus dikecewakan oleh sang hamba, setiap waktu dan saat mereka terus mengetuk pintu kemarahan Allah. Jika mereka bertaubat, Sang Maha Lembut menerima taubatnya dan seindah – indah sambutan, tidak ada sambutan yang lebih agung melebihi sambutan Allah terhadap hamba-Nya yang bertaubat. Oleh sebab itu Sang Nabi saw, diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, beliau saw bertaubat lebih dari 100X setiap harinya. Karena apa? Karena ingin mencapai derajat orang – orang yang bertaubat padahal beliau saw memiliki derajat tertinggi. Tapi beliau saw tahu betapa cintanya Allah kepada orang yang bertaubat. Kalau yang tidak pernah berbuat dosa saja ingin selalu bertaubat. Semoga aku dan kalian diberi sifat yang selalu ingin bertaubat.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
“Innallaha yuhibbuttawwaabiin wa yuhibbul muthathahhiriin” Allah mencintai orang – orang yang suka bertaubat. Maka tentunya, sebagian dari kita merasa berat melakukan taubat. Karena apa? Karena merasa belum mampu meninggalkan dosa – dosanya. Justru dengan kita taubat dan mengadukan dosa – dosa yang belum mampu kita tinggalkan seraya meminta kepada Allah diberi kekuatan agar terhindar dari dosa – dosa itu, ia sudah mencapai kemuliaan taubat. Karena apa? Karena taubat itu adalah benci terhadap dosa, menyesal terhadap dosa, tidak mau melakukan dosa. Jika setelah itu ia kembali terjebak dalam dosa maka layaknya ia tidak bosan – bosa bertaubat bukan sebaliknya bosan bertaubat, tidak bosan – bosa bermaksiat. Semestinya sebaliknya, bosan bermaksiat karena kebanyakan taubat, bukan sebaliknya kebanyakan bermaksiat yang akhirnya bosan bertaubat. Sampaikan derajatmu kepada derajat yang selalu bertaubat dan bosan bermaksiat. Kalahkan maksiat itu dengan banyaknya taubat. 1 tetes, 2 tetes cahaya taubat hingga menjadi samudera taubat dan Allah membuka pintu Cinta-Nya kepadamu dan kau melewati kebahagiaan dunia dan akhirat. Kau akan jauh kepada api neraka.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Sampailah kita kepada hadits mulia ini, Hadits riwayat shahih bukhari : tiada henti – hentinya sekelompok dari umatku itu akan tetap ada dan akan tetap terlihat sampai mereka menjumpai Allah di hari kiamat, mereka tetap terlihat dengan jelasnya. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam kitabnya Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari mensyarhkan daripada makna haidts ini bahwa ada sekelompok dari umat Muhammad Saw, walaupun umat ini semakin bergeser menuju kerusakannya, menuju kehancuran dan semakin buruk. Janji Sang Nabi saw, ada kelompok yang tetap bertahan dari para pecinta Sayyidina Muhammad Saw. “wa hum dhaahiruun” mereka itu ada dan selalu terlihat muncul dan mereka itu tidak tersembunyi, selalu ada. Demikian janji Nabi Muhammad Saw dan ini memberikan semangat kepada majelis – majelis ta’lim dan majelis – majelis dzikir yang tentunya dibangun untuk pembenahan umat Nabi Muhammad Saw dengan niat yang ikhlas mengikuti tuntunan Sang Nabi saw, maka kelak dijanjikan oleh Sang Nabi saw bahwa kelompok itu ada dan terlihat. Maka setiap gerakan – gerakan pembenahan umat, demi bangkitnya dakwah Sang Nabi saw adalah bentuk daripada isyarat yang disampaikan oleh Sang Nabi saw dan kita berharap majelis ini merupakan salah satu sari kabar yang disampaikan oleh Nabi Saw. Bahwa dia ntara umatku akan terus ada, dan semoga majelis in terus ada. Dari mulai masa Sang Nabi saw, para pembela Rasul saw, shabatul kiram sampai pada tabi’in, tabiut tabi’in, ashlafunnaashalihin sampai kepda kita sampai kepada keturunan kita, selalu dijaga Allah dalam rahasia kemuliaan para pendukung Muhammad Rasulullah Saw.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Saya tidak berpanjang lebar menyampaikan tausiyah. Namun ada beberapa hal yang perlu disampaikan mengenai sebagian jama’ah yang mempertanyakan mengenai jaket yang bertuliskan “Majelis Rasulullah Saw” apakah boleh dibawa ke toilet? Tentunya kalau seandainya tulisan itu berbahasa arab maka sebaiknya tidak masuk ke toilet karena itu ada padanya Nama Allah Swt. Sebagian ulama mengatakan haram dan sebagian mengatakan makruh syiddatulkaraahah (sangat makruh dan dibenci) membawa lafadz Allah ke dalam toilet atau mendudukinya atau menginjaknya. Namun kalau bahasa latin maka bahasa latin itu (bahasa selain bahasa arab) tidak disebut di dalam syari’atul muthahharah. (maa yusammal harf) Syari’ah islamiyyah di dalam menghukumi hukum – hukum islam tidak menganggap bahasa selain bahasa arab karena bahasa islam adalah bahasa arab. Jadi kalau ditulis dengan huruf selain bahasa arab maka tidak termasuk ke dalam hal yang diharamkan. Oleh sebab itu saya menyetujuinya karena ditulis dengan huruf latin, karena tulisan selain huruf arab tidak diakui sebagai huruf dalam hukum syari’ah, maka tidak terkena hukum dari lafadz tersebut. Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah. Oleh sebab itu, baju yang bertuliskan Majelis Rasulullah Saw dengan huruf latin, kalau bisa jangan ditambahi dengan huruf arab. Karena jika ditambahi huruf arab tidak boleh masuk ke toilet. Demikian hadirin yang dimuliakan Allah. Ini masalah jaket.

Dan masalah selanjutnya adalah hadits Rasul saw riwayat Shahih Bukhari yang saya sampaikan di wilayah kwitang beberapa waktu yang lalu. Dan seorang yang bernama Nuaiman radiyallahu anhum yang selalu dihukum dan dihukum Karena tidak lepas – lepasnya minum arak. Ketika ia dilaknat oleh salah seorang sahabat, Rasul saw berkata “jangan kau laknat ia karena demi Allah aku menyaksikan demi Allah ia mencintai Allah dan Rasul-Nya”. Rasul saw mengakui cinta orang itu, walaupun ia seorang pemabuk. Tentunya ia sudah dihukum dan mendapatkan hukuman karena ia mabuk. Hukuman tidak dibebaskan, hukuman tetap dijalankan tapi cintanya kepada Allah dan Rasul tetap diakui oleh Nabi Saw. Jadi yang dimaksud, bukan seorang pemabuk itu bisa saja ia cinta Allah dan Rasul, cintanya akan tetap diterima Allah dan Rasul-Nya, ia diterima oleh Allah dan Rasul saw. Tapi hukumannya ada? Kalau tidak hukumannya di dunia, hukumannya di alam kubur, kalau tidak di alam kubur di barzah, tidak di barzah maka di yaumal qiyamah. Namun cintanya tetap diakui dari bentuk akhlak Sayyidina Muhammad Saw. Demikian yang dimaksudkan. Bagi mereka yang masih mengingkari hadits ini riwayat Shahih Bukhari dan boleh mengulang VCDnya yang mana saya menyampaikan hal ini di kwitang.

Dan yang ketiga adalah penyampaian pesan rindu dari Guru Mulia Al Musnid Al Hafidz Al Habib Umar bin Hafidz. Saya baru saja kemarin kembali dari sana dan beliau menyampaikan salam kepada hadirin semua dan mendoakan kita selalu dan muslimin khususnya di negeri kita ini dan beliau saw juga menghimbau muslimin – muslimat untuk tidak terlalu terguncang dengan apa – apa yang terjadi di negeri kita. Apakah itu berupa pemilu atau lainnya. Tetaplah berjalan dalam kedamaian dan jangan terpancing dalam permusuhan dan perpecahan dalam hal ini. Dan juga beliau menyampaikan tentang fitnah yang muncul atas nama Majelis Rasulullah Saw bahwa kepemimpinan harus ditangan Ahlul Bait Rasulullah Saw itu, beliau (Al Musnid Al Hafidz Al Habib Umar bin Hafidz) menyampaikan kepada saya tolong sampaikan kepada jama’ah bahwa tidak sepantasnya Ahlul Bait Rasul saw memperebutkan kepemimpinan. Demikian yang beliau sampaikan. Yang sebaiknya mereka mengayomi mulai rakyat sampai kepada penguasa. Tidak seyogyanya ulama dan ahlulbait Rasul saw ikut di dalam kancah untuk berebut kekuasaan, Biarkan yang berkuasa, berkuasa. Kita para ulama dan ahlulbait Rasul saw mengayomi mulai rakyat sampai penguasa. Demikian yang disampaikan oleh beliau dan tidak lupa salam beliau kepada kita dan semoga Allah Swt mengangkat derajat kita setinggi – tingginya dan juga majelis mulia ini semoga terus mendawamkan bagi kita rahasia keridhoan, rahasia cinta, rahasia taubat dalam setiap nafas kita, dalam hari – hari kita.

Rabbiy, limpahkan atas kami kebahagiaan dunia dan akhirat, ketenangan dunia dan akhirat, kedamaian dunia dan akhirat, kemakmuran dunia dan akhirat. Ampuni kami dari seluruh dosa, singkirkan kami dari segala kesalahan. Ya Rahman Ya Rahim, Ya Dzaljalali Wal Ikram Wahai Yang Maha Tunggal, Wahai Yang Maha Abadi, Wahai Cahaya yang terang – benderang, Wahai Yang selalu menerangi jiwa dengan sifat – sifat yang luhur. Malam ini kami bermunajat memanggil Nama-Mu Wahai Yang Maha Menerangi jiwa dengan keluhuran, Wahai Yang Maha Menerangi hari –hari dengan kebahagiaan, Wahai Yang Sellau terang – benderang menerangi alam semesta dengan kedermawanan, dengan keindahan dan kemuliaan, dengan pengampunan dan kelembutan.

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah.. Ya Rahman Ya Rahim..Ya Allah..

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah

Washollallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam.

Kita lanjutkan doa bersama dalam qasidah Ya Rahman Ya Rahim Farij A’lal Muslimin yang Guru Mulia kita selalu menyarankan kita sejak kemarin dan beliau menyarankan lagi kita terus mendoakan muslimin dan juga dalam doa ini doa untuk munculnya pemimpin yang baik bagi negeri kita. Dalam beberapa minggu ini tentunya penentuan dari keridhoan Illahi untuk memilihkan pemimpin bagi negeri muslimin terbesar di dunia ini. Semoga yang muncul pemimpin yang baik, membawa kedamaian, mencintai para shalihin dan menindas kedhaliman serta membela kelemahan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

http://www.majelisrasulullah.org/

Tuesday, February 28, 2012

Mencontohi Salafussoleh

Oleh : Al Harits Al Muhasibi (wafat 243 H)

Dapatkan sejarah peninggalan mereka yang bertambah takut dengan ilmu,
 bertambah celik dengan amalan dan bertambah kenal dengan akal.

Imam Ibnu Hajar di dalam Hadyus Sari Muqaddimatu Fathul Bari ada menyebut 
bahawa Muhammad bin Mansur pernah  menceritakan :

Pernah satu ketika kami menghadiri majlis Imam Bukhari, lalu ada orang 
mencampakkan kotoran yang ada di janggutnya ke lantai. 

Aku dapati, Imam Bukhari memerhati kotoran itu dan memerhatikan 
orang ramai, lalu apabila ia merasakan orang ramai sedang leka, ia 
mengambil kotoran tersebut dan memasukkan ke dalam bajunya. 
Dan apabila ia keluar dari masjid ia pun mencampakkan kotoran 
itu di atas tanah.

Andaikata kamu tidak dapat mengikuti cara mereka 
akibat kekurangan adab maka hendaklah kamu mencela dirimu sendiri. 
Sesungguhnya sifat orang yang ikhlas tidak akan tersembunyi 
dari orang-orang yang berilmu.

Ketahuilah bahawa setiap fikrah terdapat adab 
dan setiap isyarat terdapat ilmu.
Yang akan dapat membezakan demikian itu
hanyalah mereka yang dapat memahami kehendak ALlah 'azza wa jalla
dan dapat memetik buah-buah keyakinan dari firman-firmanNya.

Tanda-tanda demikian itu yang terdapat pada orang yang sodiq (benar) ialah :

1. Apabila ia melihat ia akan mengambil iktibar

2. Apabila ia berdiam ia akan berfikir

3. Apabila ia bercakap ia akan berzikir

4. Apabila ia terhalang ia akan sabar

5. Apabila diberi ia akan bersyukur

6. Apabila diuji ia mengucap tarji' إن لله و إنا إليه راجعون

7. Apabila dilakukan tindakan bodoh ke atasnya ia berlemah lembut

8. Apabila ada ilmu ia merendah diri

9. Penyayang apabila mengajarkan ilmu

10. Dan apabila ditanya ia berusaha untuk menjawab

Beliau adalah penawar kepada orang yang mengharapkan,
pembantu kepada yang meminta panduan,
sebagai rakan kebenaran,
gua kebaikan,
suka merelakan bagi hak dirinya
dan sangat tinggi kemahuannya pada hak ALlah subahanahu wa ta'ala.

Niatnya lebih baik dari amalannya,
amalannya pula lebih baik dari cakapnya,
dalamannya adalah kebenaran,
pengikatnya adalah malu,
dikenali sebagai warak,
penonjolannya diyakini,
ia mempunyai cahaya-cahaya kewarasan
yang digunakan untuk berpandangan,
mempunyai ilmu-ilmu yang benar
untuk diungkapkan dari dalil-dalil keyakinan untuk diperkatakan.

Yang akan mencapai peringkat ini hanyalah orang yang memujahadahkan dirinya (latihan dan usaha untuk melawan hawa nafsu agar tidak haloba terhadap dunia) kerana ALlah, mengistiqomahkan tekadnya untuk mentaati ALlah,
mentakuti ALlah dalam keadaan terdedah mahupun tersembunyi,
memendekkan angan-angan,
memperkemaskan ikatan ketelitian
dan ia menyelamatkan (diri dari kemurkaan ALlah) dengan tiupan angin keselamatan di lautan ibtihal (munajat dan memohon kepada ALlah).

Justeru waktunya dalam keuntungan, keadaannya sentiasa selamat, tidak akan terkabur dengan hiasan dunia yang menipu dan kilauan fatamorgana serta kelembutan bayu dunia tidak dapat melalaikannya tentang kedahsyatan hari kebangkitan.

Sedarilah bahawa orang yang berakal setelah jelas keilmuannya dan nyata keyakinannya akan mengetahui bahawa tidak ada sesuatu yang akan menyelamatkannya dari Tuhannya melainkan kejujuran, lantaran ia akan bertekun mendapatkannya dan akan mencari orang-orang yang jujur dengan harapan ia akan hidup sebelum matinya (memanfaatkan hidupnya dengan amalan dan kerja yang berfaedah), agar ia bersedia untuk hari yang kekal setelah matinya, maka ia menjual harta dan jiwanya kepada Tuhan, justeru ia pernah mendengar firmanNya :


Quote
إِنَّ ٱللَّهَ ٱشۡتَرَىٰ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَنفُسَهُمۡ وَأَمۡوَٲلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلۡجَنَّةَ‌ۚ


Ertinya : Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman akan jiwa mereka dan harta benda mereka dengan (balasan) bahawa mereka akan beroleh Syurga,


(Surah At Taubah : 111)

Lantas ia berilmu setelah kejahilan, kaya setelah fakir, terhibur setelah kesepian, dekat setelah kejauhan, lega setelah keletihan. Teraturlah sudah urusannya dan terkumpul sudah harapannya.

Slogannya adalah kepercayaan dan keyakinan dan keadaannya adalah berawasan (muraqabah) tidakkah kamu memerhatikan sabdaan RasuluLlah sallaLlahu 'alaihi wasallam :



Quote
أعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك

Ertinya : Sembahlah ALlah bagaikan kamu melihatnya, walau pun kamu tidak dapat melihatnya justeru (sedarlah sebenarnya) Dia sedang melihat kamu

(Riwayat Muslim)

Orang jahil menyangkanya seorang yang pekak dan lesu, 
kebijaksanaannyalah yang memekakkannya, 
orang menyangkanya seorang yang bodoh bercakap merapu, 
bernasihat kerana ALlah lah yang membuat ia berbicara, 
orang menyangkanya seorang yang kaya, 
sikap tidak memintalah yang mengkayakannya 
dan orang menyangkanya fakir, 
sikap tawadhuklah yang merendahkannya.

Dia tidak menyampuk sesuatu yang tidak berkenaan dengannya, 
tidak menggagahi lebih dari keperluannya, 
tidak mengambil apa yang tidak dihajati, 
tidak mengabaikan apa yang diamanahkan kepadanya. 

Orang ramai rasa senang dan tidak terganggu dengannya, 
sementara ia merasa letih berhadapan dengan nafsunya. 
Ia telah memautkan halobanya dengan warak. 
menyekat tamaknya dengan takwa 
dan menghilangkan hawa nafsunya dengan cahaya ilmu.

Bentuklah diri seperti ini, berkawanlah dengan orang-orang sedemikian,

Daripada Abu Hurairah radiyaLLahu 'anhu, daripada Nabi sallaLLahu 'alaihi wasallam sabdanya yang bererti :


Quote
ALlah mempunyai beberapa malaikat peronda yang sentiasa bergerak di atas bumi, apabila mereka naik ke langit ALlah subahanahu wa ta'ala akan bertanya kepada mereka, sedangkan Ia lebih mengetahui : Dari mana kamu datang ? Jawab mereka : Kami datang dari beberapa orang hambaMu di atas muka bumi yang sedang bertasbih, bertakbir dan bertahlil, bertahmid dan memohon doa dan keampunan dariMu. Lalu ALlah berfirman : Sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka, aku memberikan apa yang mereka minta dan aku melindungi mereka dari apa yang mereka mohon perlindungan. Para malaikat pun berkata : Tetapi, bersama mereka ada satu orang yang banyak melakukan kesalahan, dia hanya duduk bersama mereka secara kebetulan ia lintas di situ sahaja. Jawab ALlah : Kepadanya pun aku ampuni, mereka adalah kaum yang tidak akan mencelakakan orang yang duduk bersama mereka

(Riwayat Muslim)

jejakilah tauladan mereka dan beradablah dengan tingkahlaku mereka. 
Mereka adalah simpanan yang terjamin, 
membeli mereka dengan dunia adalah untung, 
mereka adalah senjata dalam kesusahan 
dan pendamping yang boleh dipercayai. 
Andai kamu kefakiran mereka akan mengkayakan kamu 
dan andai mereka berdoa kepada Tuhan kamu tidak akan dilupakan.


Quote
أُوْلَـٰٓٮِٕكَ حِزۡبُ ٱللَّهِ‌ۚ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (٢٢)

Ertinya : "Mereka adalah penyokong-penyokong (agama) ALlah, ketahuilah, sesungguhnya penyokong-penyokong agama ALlah itu adalah orang-orang yang berjaya"



(Surah al Mujadalah: 22)

Sumber Rujukan : Imam Harith Al Muhasibi, Risalah al Murtasyidin, Pent Ustaz Ilyas bin Haji Ismail, Cet 2006, Darul Fawwaz, Kedah.

Friday, February 17, 2012

Wasiat Rasulullah kepada Saidina Ali

Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, "Rasulullah saw berwasiat kepadaku dengan sabda Baginda":
"Ya Ali! Tidak ada kefakiran yang lebih hebat daripada kebodohan. Tidak ada harta yang lebih berharga daripada aqal. Tidak ada kesepian yang lebih sunyi daripada ujub (rasa kagum pada diri sendiri). Tidak ada kekuatan yang lebih hebat daripada musyawarah. Tidak ada wara' yang lebih baik daripada menahan diri. Tidak ada keindahan selain akhlak dan tidak ada ibadah yang melebihi tafakur."
"Ya Ali! Segala sesuatu itu ada penyakitnya. Penyakit berkata-kata adalah bohong. Penyakit ilmu adalah lupa. Penyakit ibadah adalah riak. Penyakit akhlak adalah memuji diri sendiri. Penyakit pemurah adalah menyebut-nyebut pemberian. Penyakit bangsawan adalah merasa bangga. Penyakit malu adalah lemah. Penyakit mulia adalah menonjolkan diri. Penyakit kaya adalah kikir dan berlebih-lebihan, dan penyakit agama adalah hawa nafsu."
"Ya Ali! Perbanyakkanlah membaca Surah Yassin, kerana dalam membacanya itu terdapat sepuluh macam keberkatan. Tidak ada orang yang membacanya waktu lapar atau puasa melainkan kenyang. Haus kecuali hilang hausnya. Tidak memiliki pakaian melainkan ia akan memperolehi pakaian. Merasa takut kecuali datang rasa aman. Di penjarakan melainkan ia akan keluar dari penjara. Bujang melainkan ia akan berkahwin. Sewaktu musafir matanya menjadi terang dalam perjalanan. Tidak membacanya orang yang kehilangan sesuatu benda melainkan mendapatkannya kembali. Tidak dibacakan ia ke atas orang yang akan hampir ajalnya melainkan diringankan baginya. Barangsiapa yang membacanya di waktu subuh nescaya ia akan aman sehingga petang, dan barangsiapa yang membacanya di waktu petang nescaya ia akan berada di dalam keadaan aman sehinggalah waktu pagi."
"Ya Ali! Bacalah Surah Hammim Ad-Dukhaan pada malam Jumaat, nescaya Tuhan memberikan keampunan kepadamu."
"Ya Ali! Bacalah Surah Hasyar nescaya engkau berkumpul pada hari kiamat dalam keadaan aman dari segala sesuatu."
"Ya Ali! Bacalah Surah Tabaraka dan As-Sajadah nescaya berkat keduanya engkau diselamatkan Tuhan daripada bahaya hari kiamat."
"Ya Ali! Bacalah Qulhuwallahu Ahad dalam keadaan engkau berwudhuk, nescaya engkau akan di seru pada hari kiamat; Hai pemuji Tuhan! Bangkitlah, maka kemudian masuklah ke dalam syurga!"
"Ya Ali! Bacalah Surah Al-Baqarah, kerana sesungguhnya dalam membacanya itu ada membawa keberkatan, dan tidak mahu membacanya membawa penyesalan.
"Ya Ali! Janganlah engkau bersetubuh dengan isterimu pada malam bulan sabit baru muncul, dan jangan pula pada pertengahan bulan, kerana di khuatirkan anakmu akan cacat."
Aku (Ali) bertanya: Kenapa demikian ya Rasulullah? Jawap Baginda: "Kerana Jin banyak mendatangi wanita-wanita pada malam tengah bulan dan pada malam Hilal (bulan sabit). Apakah engkau tidak perhatikan bahawa orang-orang gila itu boleh muncul penyakitnya kembali pada malam tengah bulan dan malam Hilal itu?
"Ya Ali! Jauhilah sengketa, kerana ia akan menghapuskan amalan-amalan engkau."
"Ya Ali! Segeralah bersedekah, kerana bala bencana itu tidak dapat melangkah mendahului sedekah."

"Ya Ali! Jauhilah kemarahan, kerana syaitan menguasai anak cucu Adam dalam keadaan ia marah."
"Ya Ali! Jauhilah olok-olok, kerana hal itu akan menghilangkan kehebatan anak cucu Adam dan kesungguhannya."
" Ya Ali! Jauhilah riba, kerana padanya terdapat enam perkara, tiga di dunia dan tiga di akhirat. Adapun tiga di dunia;
1. Ia akan cepat memusnahkan harta.
2. Ia akan melenyapkan kekayaan
3. Ia akan menghapuskan rezeki.
Adapun yang tiga di akhirat ;
1. Ia akan membawa buruk perhitungan (hisab).
2. Ia akan membawa kemurkaan Allah swt.
3. Kekal di dalam neraka."
"Ya Ali! Cintailah fakir miskin, nescaya Allah akan cinta pula kepadamu."
"Ya Ali! Janganlah engkau bentak fakir miskin, nescaya engkau akan di bentak pula oleh Malaikat pada hari kiamat."
"Ya Ali! Janganlah engkau abaikan sedekah, kerana ia akan menolak kejahatan dari dirimu."
"Ya Ali! Keluarkan infak hartamu dan berikan kelapangan kepada keluargamu, dan janganlah khuatir terhadap Tuhan yang memiliki Arasy bahawa Ia akan menyediakan kurnia-Nya terhadapmu."
"Ya Ali! Janganlah berdusta, kerana dusta itu menghitamkan muka. Bila seseorang sentiasa berdusta, dia akan dinamakan disisi Tuhan "si pendusta", dan bila dia benar maka akan dinamakan disisi Tuhan sebagai orang yang "benar" (siddiq). Sesungguhnya berdusta itu akan menjauhkan Iman.
"Ya Ali! Kuasailah lisanmu dan biasakanlah bicara yang baik, kerana tidak ada yang lebih berbahaya bagi manusia pada hari kiamat melebihi ketajaman lisannya."
"Ya Ali! Jauhilah sifat dengki, kerana dengki itu memakan segala kebajikan sebagaimana api memakan kayu bakar".
(Hadis Riwayat At-Tirmidzi dan An-Nasa'i)

Wednesday, February 15, 2012

Sambut Hari Kekasih yang sebenar


Saban tahun tatkala menjelangnya Februari, maka berkumandanglah tema Hari Kekasih di serata dunia, termasuklah di Malaysia.

Lagu dan lirik memuja kekasih sering diungkapkan seumpama “Kau kekasih awal dan akhir”, “Sekuntum mawar merah di bulan Februari”, “C.I.N.T.A…” turut kedengaran di corong radio, di samping pelbagai acara dilaksanakan ketika ini.

Menjadi trend masa kini hanyalah Februari dianggap keramat dan penting dengan populariti hari memuja kekasih, sedangkan bulan lain diketepikan begitu sahaja. Pada tahun ini sekali lagi, Februari jatuh bersamaan dengan Rabiulawal dalam Hijriah iaitu bulan kelahiran junjungan besar kekasih ALLAH SWT, Nabi Muhammad SAW yang dilantik sejak 1440 tahun sebagai pesuruh akhir zaman dan penghulu segala nabi dan rasul.

Sesungguhnya Baginda SAW diutus buat seluruh alam sebagai pembawa rahmat dan nikmat bagi semua makhluk di dunia. Firman ALLAH SWT yang bermaksud: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (wahai Muhammad) kecuali sebagai rahmat seluruh alam semesta”. (Surah Al-Anbiya’ : 107)

Rasulullah SAW sewajibnya dijadikan idola utama bagi setiap ummah manusia untuk ikutan sepanjang zaman. “Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (Hadis riwayat oleh Imam Bukhari).

Baginda SAW selayaknya sebagai kekasih awal dan akhir dalam kehidupan ini selepas Pencipta sekalian alam. Kedatangan Rabiulawal 1433 Hijriah ataupun Februari ini, perlu dijadikan iktibar agar bermuhasabah diri untuk menjadi Muslim yang menepati sunnah Rasulullah SAW.

Muhasabah diri

Cuba renungkan sebentar dengan perkara peribadi seperti makan, kelakuan, percakapan sehinggalah pengurusan pentadbiran negara, adakah semuanya berlandaskan dengan apa yang diperintahkan ALLAH SWT dan bertepatan dengan amalan rasul-Nya? Sekiranya masih wujud aspek yang tidak mengikut perkara yang disuruh syariat atau sunnah, cepat-cepatlah bermuhasabah diri dalam menyambut Hari Kekasih ALLAH SWT, agar sempat kembali semula kepada fitrah (semula jadi).

Rasulullah SAW diriwayatkan oleh Imam Muslim daripada Abu Sa’id Al-Khudri yang menegaskan bahawa pada akhir zaman nanti lahir sekumpulan manusia yang mengikuti musuh mereka dalam setiap langkah dan tingkah lakunya, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga jikalau mereka masuk ke lubang biawak pun umat Islam akan turut mengikuti mereka.

Kegagalan dalam menghayati cara hidup yang pernah ditunjukkan junjungan Rasulullah SAW yang berasaskan al-Quran, menyaksikan pelbagai kerosakan dan kemusnahan yang berlaku di sekeliling seperti pembuangan bayi, gejala zina, sumbang mahram, kahwin sesama jenis danpelbagai kebejatan sosial.

Sememangnya tidak dapat dinafikan bahawa cinta ALLAH SWT dan Rasulullah-Nya perlu mengatasi daripada segala-galanya. Firman ALLAH SWT dalam yang bermaksud: “Katakanlah (wahai Muhammad) jika bapa kamu, dan anak kamu, dan isteri (atau suami) kamu, dan kaum keluarga kamu, dan harta benda yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu bimbang akan merosot, dan rumah tempat tinggal yang kamu sukai, (jika semuanya itu) menjadi perkara yang kamu cintai lebih daripada ALLAH dan Rasul-Nya (daripada) berjihad untuk agamanya, maka tunggulah sehingga ALLAH mendatangkan keputusan-Nya (azab seksa-Nya); kerana ALLAH tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang fasik (derhaka)”. (Surah At-Taubah : 24)

Selawat dan syukur

Rasulullah SAW menegaskan dalam hadisnya yang bermaksud: “Tidak dianggap sempurna iman seseorang daripada kamu sehinggalah aku lebih dicintainya daripada anaknya, bapanya dan sekalian manusia” (Riwayat Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim).

Marilah tunjukkan cinta sejati dan sebenar Muslim kepada ALLAH dan Rasulullah SAW dengan mensyukuri nikmat yang dianugerahkan kepada manusia pada setiap masa. Lihat bagaimana golongan sahabat Rasulullah SAW membuktikan nilai cinta mereka terhadap Baginda dengan sanggup, ‘berkorban apa sahaja, harta ataupun nyawa. Itulah kasih mesra. Sejati dan sejiwa…”

Sahabat Rasulullah SAW seperti Saidina Abu Bakar As-Siddiq r.a, Saidina Umar al-Khattab r.a, Saidina Usman Al-Affan r.a dan Saidina Ali KarramAllahu Wajhah r.a yang tidak berbelah bahagi cintanya kepada Baginda SAW.

Basahilah lidah dengan ucapan Alhamdulillah dan banyakkan lafaz Selawat ke atas Nabi Muhammad SAW. Ini menandakan syukur ke hadrat Ilahi atas nikmat yang diberikan ALLAH SWT. Jika mengingkari nikmat-Nya biarpun sekecil zarah, ketahuilah bahawa azab ALLAH amatlah pedih.

Firman ALLAH SWT yang bermaksud: “Dan (ingatlah) ketika Tuhan kamu memberitahu: “Demi sesungguhnya! Jika kamu bersyukur nescaya Aku akan tambah nikmat-Ku kepada kamu, dan demi sesungguhnya, jika kamu kufur ingkar sesungguhnya azab-Ku amatlah pedih”. (Surah Ibrahim : 7)

Lafaz selawat kepada junjungan rasul tersebut akan menjadi satu saham atau amalan bantuan (syafaat) pada hari pembalasan kelak. Sekali ucapan selawat kepada Nabi Muhammad SAW, lalu malaikat dan makhluk di langit turut mengungkapkan sebanyak 10 ucapan selamat sejahtera terhadap individu yang melafazkannya.

Firman ALLAH SWT yang bermaksud: “Sesungguhnya ALLAH dan malaikat-Nya berselawat (melimpahkan rahmat dan keampunan) ke atas Nabi. Wahai orang yang beriman! Hendaklah kalian berselawat (mendoakan rahmat) baginya dan mengucapkan salam penghormatan kepadanya”. (Surah Al-Ahzaab : 56)

Mana mungkin dihinggapi dengan pelbagai mehnah (ujian), cabaran ataupun penyakit yang membimbangkan apabila Muslim itu sentiasa dirahmati sekalian makhluk ALLAH SWT.

Sempena dengan Rabiulawal yang penuh keberkatan ini, marilah sama-sama merenung sekali lagi tahap kecintaan Muslim kepada ALLAH SWT dan Rasul-Nya. Adakah umat Islam kini sudah benar-benar mengasihi Baginda SAW?

Budaya cinta ALLAH dan cinta Rasul harus dijadikan sebagai santapan rindu dan ombak kasih bagi setiap insan Muslim yang beriman dan bertakwa.

Lagu dan lirik yang memuja ALLAH SWT dan memuji junjungan Nabi Muhammad SAW harus senantiasa disegarkan pada setiap masa. Semoga anda termasuk dalam golongan dalam kumpulan yang memperoleh syafaat pada hari Mahsyar nanti, insya-ALLAH. Firman ALLAH SWT yang bermaksud: “Katakanlah: Jika benar kamu mengasihi ALLAH maka ikutilah daku, nescaya ALLAH mengasihi kamu serta mengampunkan dosa-dosa kamu. Dan ALLAH Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani” (Surah Ali-Imran : 31)

Janganlah asyik bercinta sesama insan, kenal-mengenali antara satu sama lain sehinggakan segala rahsia, tingkah laku, budi pekerti kekasih itu diketahui segalanya; namun perkara yang berkaitan dengan Nabi Muhammad SAW satu pun tidak diketahuinya.

Bacalah buku Sirah an-Nabawiyyah yang banyak menceritakan hal-ehwal perjalanan Baginda SAW sejak kecil sehingga kewafatannya seumpama kitab As-Syamailul Muhammadiyyah karangan Imam At-Termizi yang boleh dijadikan novel ikutan seharian. Soroti dan hayatilah sejarah Rasulullah SAW dengan menjadikannya sebuah kisah cinta yang hakiki dan sejati. ALLAH SWT berfirman yang bermaksud: “Katakanlah (Wahai Muhammad), jika benar kamu mengasihi ALLAH maka ikutilah daku, nescaya ALLAH mengasihi kamu serta mengampunkan dosa-dosa kamu. dan (ingatlah), ALLAH Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani” (Surah Ali-Imran, ayat 31).

Tuesday, February 14, 2012

Bagaimana untuk menjadikan Rasulullah itu di depan mata KITA?

Dijawab oleh Sheikh Usamah As-Sayyid Al-Azhari:

1)Sentiasa membaca kalam Rasulullah sollahu ‘alahi wasallam iaitu Hadis2nya dan Sirah Baginda. Jadikan ia rutin harian.

Tambahan sheikh lagi:

‘Sheikh ‘Ali Jumaah (Mufti Mesir) membaca 40 kitab mengenai Rasulullah hingga beliau dapat mimpi Rasulullah s.a.w.‘

Rasulullah s.a.w bersabda:

من رآني في المنام فقد رآني فإن الشيطان لا يتمثل بي

~Riwayat Imam Muslim

(Maksud) Siapa melihat aku dalam mimpi,maka dia telah melihatku,kerana sesungguhnya syaitan tidak menyerupaiku.

2)Sentiasa membersihkan hati agar apa yang dibaca tentang Rasulullah itu memberi kesan.

3)Hati dipenuhi dengan penuh rasa keagungan dan hormat terhadap Rasulullah.

4)Menghilangkan hijab yang ada dalam hati iaitu Kibr (Sombong) sehingga kita ini menyerahkan diri kita kepadanya dengan mengikut segala suruhannya secara total.

Belajar tentang Rasulullah!!!