قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا يَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ (صحيح البخاري
Sabda Rasulullah saw : “selalu ada kelompok dari ummatku yang terus
muncul dengan kebenaran, hingga mereka menghadap Allah mereka akan terus
ada dan terlihat jelas” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah Maha Raja Langit dan Bumi, Maha Penguasa
Tunggal dan Abadi, Maha Mengasuh seluruh hamba – hamba dan ciptaan-Nya
sepanjang waktu dan zaman, Tunggal menuntun mereka di dalam kehidupan,
mengasuh mereka dengan cahaya matahari dan bulan, daratan dan lautan dan
semua hamba yang ada di bumi sebagai lambang kelembutan Ilahi. Terbit
keindahan Allah dalam setiap waktu dan zaman, terbit kelembutan Allah
dalam setiap waktu dan zaman, terbit kewibawaan Allah dalam segala waktu
dan kejadian. Bagi mereka yang mau berfikir, mereka akan menemukan
Cahaya Keagungan Allah dalam setiap waktu dan kejap. Yang setiap nafas
mereka merupakan lambang Kasih Sayang Illahi, yang setiap detak jantung
memanggil setiap hamba untuk mengenal Allah, yang memberinya kehidupan,
yang menggetarkan jantungnya lebih dari 100.000X setiap harinya untuk
mendukung seluruh gerakan dan kehidupan.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Jantung yang berdetak ini adalah milik Rabbul Alamin dan bukan kita
yang menciptanya. Lisan yang kita pakai untuk berucap bukan pula kita
yang menciptanya tapi Anugerah Illahi. Dan semua kehidupan yang kita
gunakan siang dan malam adalah panggilan Allah agar mau mendekat
mencapai Kasih Sayang-Nya, mencapai Kelembutan-Nya, mencapai
Keridhoan-Nya yang abadi, kenikmatan yang abadi, keindahan yang abadi,
kemewahan yang abadi dan puncak segala anugerah adalah Ridho Allah,
Kasih Sayang Allah, Kelembutan Allah yang membuka kebahagiaan dunia dan
akhirat. Dan Sang Pemilik Kebahagiaan di dunia dan akhirat, Dialah
Allah.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Allah Swt
berfirman “Qul huwallahu ahad” katakanlah, kenalilah, fahamilah,
dalamilah dan sadarilah dan renungkanlah dan dapatkanlah Cahaya
Keagungan dari kalimat Dialah Allah Maha Tunggal; QS. Al Ikhlas : 1.
Hanya Dialah (Allah) Yang Maha Ada dan selainnya adalah fana. Semua
selain Allah, hakekatnya tiada walaupun tampaknya ada, karena keberadaan
mereka terikat dan tergantung kepada Yang Maha Ada. Allah ada sebelum
segala – galanya ada dan Allah Yang Maha Tunggal tetap ada ketika segala
– galanya sirna. Hadirin – hadirat, kalimat yang pertama daripada
firman Allah ini menembus kepada jantung tauhid, memberi kefahaman bahwa
Dia (Allah) Maha Tunggal. Tidak sama dengan semua makhluk dan tidak ada
yang menyerupainya. Dan ketika kita merenungkan kedalaman kalimat ini,
akan muncul cahaya tauhid yang membimbing kita kepada ketenangan,
kesejukan. “Alaa bidzikrillah tathma’innulquluub” dengan mengingat Allah
akan tenanglah hati; QS. Ar-Rad : 28. Dan ketahuilah Allah itu Maha
Tunggal. Maha Tunggal untuk dicintai, Maha Tunggal untuk dirindukan,
Maha Tunggal untuk dimuliakan, Maha Tunggal untuk disembah, Maha Tunggal
untuk diharapkan, Dialah (Allah).
“Allahusshamad” Allah adalah
Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan; QS. Al Ikhlas : 2. Al
Imam Ath-thabari alaihi rahmatullah menjelaskan bahwa makna “ashshamad”
adalah yang tidak makan dan minum dan tidak menyerupai makhluk. Dalam
penafsiran lainnya, Imam Ath-thabari menukil makna “ashshamad” adalah
yang tidak berubah sebagaimana makhluk yang selalu berubah. Dari kecil
ke besar, dari tua ke muda dan lain sebagainya. Allah tetap Maha Tidak
Berubah. Al Imam Ibn Katsir menjelaskan di dalam tafsirnya menukil salah
satu makna dari kalimat “ashshamad” adalah nurun yatala’ala’ cahaya yang
berpijar. “Allahusshamad” Allah Yang Maha Tidak Berubah dan selalu ada
dan merupakan cahaya yang berpijar dengan indahnya.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Tentunya yang dimaksud bukanlah Allah itu berwujud cahaya. Karena
cahaya yang kita kenal hanyalah cahaya yang dikenal oleh mata dalam
penerang dan penglihatan. Bagaimana dengan Allah cahaya yang berpijar,
tidak terlihat oleh yang buta, tidak terlihat oleh manusia, bagaimana
cahaya yang berpijar jika tidak terlihat? Tentunya maksud cahaya yang
berpijar ini adalah cahaya kebahagiaan, cahaya keindahan, cahaya
ketenangan yang menerangi kehidupan hamba – hambaNya dan itu jauh lebih
agung dari makna cahaya yang kita kenal. Cahaya yang terang – benderang
inilah menenangkan jiwa dengan setenang – tenangnya keadaan. Mengampuni
banyak kesalahan dan dosa dan mengangkat derajat seluhur- luhurnya.
Menjatuhkan sifat – sifat hina dari sanubari dan memunculkan sifat –
sifat luhur, membangkitkan keinginan untuk bermunajat dan bersujud,
mengundang manusia untuk terus semakin dekat kehadirat-Nya dan inilah
Cahaya Penerang Yang Maha abadi.
“Lam yalid wa lam yuulad;
Walam yakullahu kufuwan ahad” Dia tidak beranak dan tiada pula
diperanakkan; Dan tidak ada satupun yang menyerupai Allah; QS. Al Ikhlas
: 3-4. Maha Tunggal dan Maha Abadi. Diriwayatkan didalam Shahih
Bukhari, ketika salah seorang sahabat mengadukan tentang seseorang yang
selalu membaca Surah Al Ikhals. Ketika ditanyakan kepadanya, ia berkata
“Li annahaa sifaturrahman” karena Al Ikhlas ini sifatnya Allah Yang Maha
Pengasih, aku senang membacanya, mendalami maknanya, membuatnya semakin
rindu kepada Allah, yang memang Maha Tunggal dan tiada makhluk lain
mempunyai sifat Maha Tunggal melebihi Rabbul Alamin Yang Maha Tunggal.
Aku asyik membacanya. Maka Rasul Saw berkata “akhbiruuh innallah
yuhibbuh” kabarkan padanya bahwa Allah mencintainya. Karena ia suka
menyebut Nama Allah Yang Maha Tunggal, karena ia senang menyebut Nama
Allah, melafadzkan sifat – sifat Allah, mengulang – ulangnya karena
rindu kepada Allah. Hadirin – hadirat, inilah Sang Maha Indah yang
menghargai bibir dan jiwa yang selalu melafadzkan Nama-Nya dan
mengingat-Nya.
Kalau sudah Sang Nabi saw mengabarkan “akhbiruuh
innallah yuhibbuh” sampaikan kabar padanya bahwa Allah mencintainya.
Subhanallah!! Cintanya Allah dikabarkan oleh Sang Nabi saw kepada orang
itu bahwa Allah mencintainya. Dari mana ia mengenal kemuliaan Surah Al
Ikhlas? Tentunya dari manusia yang paling dicintai Allah, Sayyidina
Muhammad Saw. Semakin kita menggali dari rahasia kemuliaan tuntunan Sang
Nabi saw, maka semakin dekat gerbang cinta Allah kepada kita. Maka
kenalilah Muhammad Rasulullah Saw.
Diriwayatkan didalam Shahih
Bukhari, Allah Swt berfirman di dalam hadits qudsiy, ketika salah seorang
hamba berbuat dosa lantas ia beristighfar dan bertaubat kepada Allah.
Allah Swt berfirman 15.53 “fa’alima abdiy anna lahu Rabban
yaghfiruudzzunuuba wa ya’khudz bih, ghafartu li ‘abdiy” hamba-Ku, ia
tahu setelah ia berbuat dosa, ia menyesal pada-Ku. Dialah (Allah) yang
paling dekat kepada kita, Cintanya paling setia kepada kita, Kasih
Sayang-Nya terindah kepada kita. Kita mengenal Kasih Sayang-Nya muncul
setiap saat dan kejap. Buktinya adalah kehidupan kita yang itu semua
bukti Cintanya Allah. Namun ketika kita mengkhianati Allah dengan dosa
dan kesalahan maka ketika sang pengkhianat ini beristighfar memohon
pengampunan-Nya, Sang Maha Baik menjawab “hamba-Ku tahu ada Tuhan yang
selalu mengampuninya, ia mengenal Kasih Sayang-Ku, Ku-maafkan hamba-Ku”.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Adakah yang lebih baik dari Allah? Bukankah Allah Swt yang memberikan
semua anugerah ini kepada yang taat pada-Nya dan pada yang tidak taat
pada-Nya. Dan Allah masih menanti para pendosa yang selalu menantang
kemurkaan-Nya untuk kembali kepada keluhuran dan bisa mencapai
Cinta-Nya. Cinta yang terus dikecewakan oleh sang hamba, setiap waktu
dan saat mereka terus mengetuk pintu kemarahan Allah. Jika mereka
bertaubat, Sang Maha Lembut menerima taubatnya dan seindah – indah
sambutan, tidak ada sambutan yang lebih agung melebihi sambutan Allah
terhadap hamba-Nya yang bertaubat. Oleh sebab itu Sang Nabi saw,
diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, beliau saw bertaubat lebih dari
100X setiap harinya. Karena apa? Karena ingin mencapai derajat orang –
orang yang bertaubat padahal beliau saw memiliki derajat tertinggi. Tapi
beliau saw tahu betapa cintanya Allah kepada orang yang bertaubat.
Kalau yang tidak pernah berbuat dosa saja ingin selalu bertaubat. Semoga
aku dan kalian diberi sifat yang selalu ingin bertaubat.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
“Innallaha yuhibbuttawwaabiin wa yuhibbul muthathahhiriin” Allah
mencintai orang – orang yang suka bertaubat. Maka tentunya, sebagian
dari kita merasa berat melakukan taubat. Karena apa? Karena merasa belum
mampu meninggalkan dosa – dosanya. Justru dengan kita taubat dan
mengadukan dosa – dosa yang belum mampu kita tinggalkan seraya meminta
kepada Allah diberi kekuatan agar terhindar dari dosa – dosa itu, ia
sudah mencapai kemuliaan taubat. Karena apa? Karena taubat itu adalah
benci terhadap dosa, menyesal terhadap dosa, tidak mau melakukan dosa.
Jika setelah itu ia kembali terjebak dalam dosa maka layaknya ia tidak
bosan – bosa bertaubat bukan sebaliknya bosan bertaubat, tidak bosan –
bosa bermaksiat. Semestinya sebaliknya, bosan bermaksiat karena
kebanyakan taubat, bukan sebaliknya kebanyakan bermaksiat yang akhirnya
bosan bertaubat. Sampaikan derajatmu kepada derajat yang selalu
bertaubat dan bosan bermaksiat. Kalahkan maksiat itu dengan banyaknya
taubat. 1 tetes, 2 tetes cahaya taubat hingga menjadi samudera taubat
dan Allah membuka pintu Cinta-Nya kepadamu dan kau melewati kebahagiaan
dunia dan akhirat. Kau akan jauh kepada api neraka.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Sampailah kita kepada hadits mulia ini, Hadits riwayat shahih bukhari :
tiada henti – hentinya sekelompok dari umatku itu akan tetap ada dan
akan tetap terlihat sampai mereka menjumpai Allah di hari kiamat, mereka
tetap terlihat dengan jelasnya. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam
kitabnya Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari mensyarhkan daripada makna
haidts ini bahwa ada sekelompok dari umat Muhammad Saw, walaupun umat
ini semakin bergeser menuju kerusakannya, menuju kehancuran dan semakin
buruk. Janji Sang Nabi saw, ada kelompok yang tetap bertahan dari para
pecinta Sayyidina Muhammad Saw. “wa hum dhaahiruun” mereka itu ada dan
selalu terlihat muncul dan mereka itu tidak tersembunyi, selalu ada.
Demikian janji Nabi Muhammad Saw dan ini memberikan semangat kepada
majelis – majelis ta’lim dan majelis – majelis dzikir yang tentunya
dibangun untuk pembenahan umat Nabi Muhammad Saw dengan niat yang ikhlas
mengikuti tuntunan Sang Nabi saw, maka kelak dijanjikan oleh Sang Nabi
saw bahwa kelompok itu ada dan terlihat. Maka setiap gerakan – gerakan
pembenahan umat, demi bangkitnya dakwah Sang Nabi saw adalah bentuk
daripada isyarat yang disampaikan oleh Sang Nabi saw dan kita berharap
majelis ini merupakan salah satu sari kabar yang disampaikan oleh Nabi
Saw. Bahwa dia ntara umatku akan terus ada, dan semoga majelis in terus
ada. Dari mulai masa Sang Nabi saw, para pembela Rasul saw, shabatul
kiram sampai pada tabi’in, tabiut tabi’in, ashlafunnaashalihin sampai
kepda kita sampai kepada keturunan kita, selalu dijaga Allah dalam
rahasia kemuliaan para pendukung Muhammad Rasulullah Saw.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Saya tidak berpanjang lebar menyampaikan tausiyah. Namun ada beberapa
hal yang perlu disampaikan mengenai sebagian jama’ah yang mempertanyakan
mengenai jaket yang bertuliskan “Majelis Rasulullah Saw” apakah boleh
dibawa ke toilet? Tentunya kalau seandainya tulisan itu berbahasa arab
maka sebaiknya tidak masuk ke toilet karena itu ada padanya Nama Allah
Swt. Sebagian ulama mengatakan haram dan sebagian mengatakan makruh
syiddatulkaraahah (sangat makruh dan dibenci) membawa lafadz Allah ke
dalam toilet atau mendudukinya atau menginjaknya. Namun kalau bahasa
latin maka bahasa latin itu (bahasa selain bahasa arab) tidak disebut di
dalam syari’atul muthahharah. (maa yusammal harf) Syari’ah islamiyyah
di dalam menghukumi hukum – hukum islam tidak menganggap bahasa selain
bahasa arab karena bahasa islam adalah bahasa arab. Jadi kalau ditulis
dengan huruf selain bahasa arab maka tidak termasuk ke dalam hal yang
diharamkan. Oleh sebab itu saya menyetujuinya karena ditulis dengan
huruf latin, karena tulisan selain huruf arab tidak diakui sebagai huruf
dalam hukum syari’ah, maka tidak terkena hukum dari lafadz tersebut.
Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah. Oleh sebab itu, baju
yang bertuliskan Majelis Rasulullah Saw dengan huruf latin, kalau bisa
jangan ditambahi dengan huruf arab. Karena jika ditambahi huruf arab
tidak boleh masuk ke toilet. Demikian hadirin yang dimuliakan Allah. Ini
masalah jaket.
Dan masalah selanjutnya adalah hadits Rasul saw
riwayat Shahih Bukhari yang saya sampaikan di wilayah kwitang beberapa
waktu yang lalu. Dan seorang yang bernama Nuaiman radiyallahu anhum yang
selalu dihukum dan dihukum Karena tidak lepas – lepasnya minum arak.
Ketika ia dilaknat oleh salah seorang sahabat, Rasul saw berkata “jangan
kau laknat ia karena demi Allah aku menyaksikan demi Allah ia mencintai
Allah dan Rasul-Nya”. Rasul saw mengakui cinta orang itu, walaupun ia
seorang pemabuk. Tentunya ia sudah dihukum dan mendapatkan hukuman
karena ia mabuk. Hukuman tidak dibebaskan, hukuman tetap dijalankan tapi
cintanya kepada Allah dan Rasul tetap diakui oleh Nabi Saw. Jadi yang
dimaksud, bukan seorang pemabuk itu bisa saja ia cinta Allah dan Rasul,
cintanya akan tetap diterima Allah dan Rasul-Nya, ia diterima oleh Allah
dan Rasul saw. Tapi hukumannya ada? Kalau tidak hukumannya di dunia,
hukumannya di alam kubur, kalau tidak di alam kubur di barzah, tidak di
barzah maka di yaumal qiyamah. Namun cintanya tetap diakui dari bentuk
akhlak Sayyidina Muhammad Saw. Demikian yang dimaksudkan. Bagi mereka
yang masih mengingkari hadits ini riwayat Shahih Bukhari dan boleh
mengulang VCDnya yang mana saya menyampaikan hal ini di kwitang.
Dan yang ketiga adalah penyampaian pesan rindu dari Guru Mulia Al
Musnid Al Hafidz Al Habib Umar bin Hafidz. Saya baru saja kemarin
kembali dari sana dan beliau menyampaikan salam kepada hadirin semua dan
mendoakan kita selalu dan muslimin khususnya di negeri kita ini dan
beliau saw juga menghimbau muslimin – muslimat untuk tidak terlalu
terguncang dengan apa – apa yang terjadi di negeri kita. Apakah itu
berupa pemilu atau lainnya. Tetaplah berjalan dalam kedamaian dan jangan
terpancing dalam permusuhan dan perpecahan dalam hal ini. Dan juga
beliau menyampaikan tentang fitnah yang muncul atas nama Majelis
Rasulullah Saw bahwa kepemimpinan harus ditangan Ahlul Bait Rasulullah
Saw itu, beliau (Al Musnid Al Hafidz Al Habib Umar bin Hafidz)
menyampaikan kepada saya tolong sampaikan kepada jama’ah bahwa tidak
sepantasnya Ahlul Bait Rasul saw memperebutkan kepemimpinan. Demikian
yang beliau sampaikan. Yang sebaiknya mereka mengayomi mulai rakyat
sampai kepada penguasa. Tidak seyogyanya ulama dan ahlulbait Rasul saw
ikut di dalam kancah untuk berebut kekuasaan, Biarkan yang berkuasa,
berkuasa. Kita para ulama dan ahlulbait Rasul saw mengayomi mulai rakyat
sampai penguasa. Demikian yang disampaikan oleh beliau dan tidak lupa
salam beliau kepada kita dan semoga Allah Swt mengangkat derajat kita
setinggi – tingginya dan juga majelis mulia ini semoga terus mendawamkan
bagi kita rahasia keridhoan, rahasia cinta, rahasia taubat dalam setiap
nafas kita, dalam hari – hari kita.
Rabbiy, limpahkan atas
kami kebahagiaan dunia dan akhirat, ketenangan dunia dan akhirat,
kedamaian dunia dan akhirat, kemakmuran dunia dan akhirat. Ampuni kami
dari seluruh dosa, singkirkan kami dari segala kesalahan. Ya Rahman Ya
Rahim, Ya Dzaljalali Wal Ikram Wahai Yang Maha Tunggal, Wahai Yang Maha
Abadi, Wahai Cahaya yang terang – benderang, Wahai Yang selalu menerangi
jiwa dengan sifat – sifat yang luhur. Malam ini kami bermunajat
memanggil Nama-Mu Wahai Yang Maha Menerangi jiwa dengan keluhuran, Wahai
Yang Maha Menerangi hari –hari dengan kebahagiaan, Wahai Yang Sellau
terang – benderang menerangi alam semesta dengan kedermawanan, dengan
keindahan dan kemuliaan, dengan pengampunan dan kelembutan.
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah.. Ya Rahman Ya Rahim..Ya Allah..
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah
Washollallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam.
Kita lanjutkan doa bersama dalam qasidah Ya Rahman Ya Rahim Farij A’lal
Muslimin yang Guru Mulia kita selalu menyarankan kita sejak kemarin dan
beliau menyarankan lagi kita terus mendoakan muslimin dan juga dalam
doa ini doa untuk munculnya pemimpin yang baik bagi negeri kita. Dalam
beberapa minggu ini tentunya penentuan dari keridhoan Illahi untuk
memilihkan pemimpin bagi negeri muslimin terbesar di dunia ini. Semoga
yang muncul pemimpin yang baik, membawa kedamaian, mencintai para
shalihin dan menindas kedhaliman serta membela kelemahan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
http://www.majelisrasulullah.org/