Wednesday, October 26, 2011


Sebuah berita gembira datang dari sebuah hadits Rosul bahwa Rosulullah Saw. Bersabda :

”Seluruh dunia ini adalah perhiasan dan perhiasan terbaik di dunia ini adalah wanita yang sholehah.” (HR. an-Nasa’I dan Ahmad)

Di dalam Islam, peranan seorang istri memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan berumah-tangga dan peranannya yang sangat dibutuhkan menuntutnya untuk memilih kualitas yang baik sehingga bisa menjadi seorang istri yang baik. Pemahamannya, perkataaannya dan kecenderungannya, semua ditujukan untuk mencapai keridho’an Allah Swt., Tuhan semesta Alam. Ketika seorang istri membahagiakan suaminya yang pada akhirnya, hal itu adalah untuk mendapatkan keridho’an dari Allah Swt. sehingga dia (seorang istri) berkeinginan untuk mengupayakannya.

Kualitas seorang istri seharusnya memenuhi sebagaimana yang disenangi oleh pencipta-Nya yang tersurat dalam surat Al-Ahzab. Seorang Wanita Muslimah adalah seorang wanita yang benar (dalam aqidah), sederhana, sabar, setia, menjaga kehormatannya tatkala suami tidak ada di rumah, mempertahankan keutuhan (rumah tangga) dalam waktu susah dan senang serta mengajak untuk senantiasa ada dalam pujian Allah Swt.

Ketika seorang Wanita Muslimah menikah (menjadi seorang istri) maka dia harus mengerti bahwa dia memiliki peranan yang khusus dan pertanggungjawaban dalam Islam kepada pencipta-Nya, Allah Swt. menjadikan wanita berbeda dengan pria sebagaimana yang disebutkan dalam ayat Al-Qur’an:

”Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian yang lain. (karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Segala Sesuatu.” (QS. An Nisaa’ , 4:32)

Kita dapat melihat dari ayat ini bahwa Allah Swt. membuat perbedaan yang jelas antara peranan laki-laki dan wanita dan tidak diperbolehkan bagi laki-laki atau wanita untuk menanyakan ketentuan peranan yang telah Allah berikan sebagaimana firman Allah:

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (QS. Al Ahzab, 33:36)

Karenanya, seorang istri akan membenarkan Rasulullah dan akan membantu suaminya untuk menyesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’ah (hukum Islam) dan memastikan suaminya untuk kembali melaksanakan kewajiban-kewajibannya, begitupun dengan kedudukan suami, dia juga harus memenuhi kewajiban terhadap istrinya.

Diantara hak-hak lainnya, seorang istri memiliki hak untuk Nafaqah (diberi nafkah) yang berupa makanan, pakaian dan tempat untuk berlindung yang didapatkan dari suaminya. Dia (suami) berkewajiban membelanjakan hartanya untuk itu walaupun jika istri memiliki harta sendiri untuk memenuhinya. Rasulullah Saw. Bersabda :

”Istrimu memiliki hak atas kamu bahwa kamu mencukupi mereka dengan makanan, pakaian dan tempat berlindung dengan cara yang baik.” (HR. Muslim)

Ini adalah penting untuk dicatat bahwa ketika seorang istri menunaikan kewajiban terhadap suaminya, dia (istri) telah melakukan kepatuhan terhadap pencipta-Nya, karenanya dia (istri yang telah menunaikan kewajibannya) mendapatkan pahala dari Tuhan-Nya. Rasulullah Saw. mencintai istri-istrinya karena kesholehan mereka.

Aisyah Ra. suatu kali meriwayatkan tentang kebaikan kualitas Zainab Ra., istri ketujuh dari Rosulullah Saw.,

”Zainab adalah seseorang yang kedudukannya hampir sama kedudukannya denganku dalam pandangan Rasulullah, dan aku belum pernah melihat seorang wanita yang lebih terdepan kesholehannya daripada Zainab Ra., lebih dalam kebaikannya, lebih dalam kebenarannya, lebih dalam pertalian darahnya, lebih dalam kedermawanannya dan pengorbanannya dalam hidup serta mempunyai hati yang lebih lembut, itulah yang menyebabkan ia lebih dekat kepada Allah”.

Seperti kebesaran Wanita-wanita Muslimah yang telah dicontohkan kepada kita, patut kiranya bagi kita untuk mencontohnya dengan cara mempelajari kesuciannya, kekuatan dari karakternya, kebaikan imannya dan kebijaksanaan mereka. Usaha untuk mencontoh Ummul Mukminin yang telah dijanjikan surga (oleh Allah) dapat menunjuki kita kepada karunia surga.

Abu Nu’aim meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda :

“Ketika seorang wanita menunaikan sholat 5 waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan mematuhi suaminya, maka dia akan masuk surga dengan beberapa pintu yang dia inginkan.” (HR. Al Bukhari, Al Muwatta’ dan Musnad Imam Ahmad)

Wahai Muslimah yang tulus, perhatikan bagaimana Nabi Saw. menjadikan sikap ta’at kepada suami sebagai dari bagian amal perbuatan yang dapat mewajibkan masuk surga, seperti shalat, puasa; karena itu bersungguh-sungguhlah dalam mematuhinya dan jauhilah sikap durhaka kepadanya, karena di dalam kedurhakan kepada suami terdapat murka Allah Swt.

Wallahu a’lam bish showab..

Tuesday, October 25, 2011

10 cara wanita menyelematkan diri dari fitnah



Oleh: Islam Sejuk 

Seorang pejuang jihad dari bumi Afghanistan mengatakan bila seorang bidadari sedang minum teh, maka kita bisa melihat teh tersebut mengalir di lehernya. 

Masya Allah sungguh sulit mengukur kecantikan seorang bidadari. Dan Alhamdulillah, Allah menjanjikan bagi para wanita muslimah bahwa mereka jauh lebih baik daripada bidadari bila mereka mau menjadi muslimah sholehah. 

Sepertinya tingginya gunung yang tidak mungkin di daki dengan sekali melangkah, demikian juga menjadi wanita sholehah bukanlah level yang bisa diraih hanya dengan ibadah yang asal-asalan. Perlu keseriusan hati untuk itu. 

Bahkan sebaliknya, wanita bisa begitu mudah terperosok dalam kesalahan bila ia larut dalam kesenangan dunia. Rasul bersabda “Sepeninggal ku tidak ada fitnah yang lebih besar daripada wanita” (HR Bukhari, HR Muslim). 

Ucapan rasul ini adalah peringatan bagi kita kaum wanita agar sangat berhati-hati berbicara, bersikap dan bertindak agar kita tidak menjadi bagian dari fitnah dunia. 

Pertanyaannya “bagaimana kita bisa menyelamatkan diri kita agar tidak selamat dari fitnah dan tidak menjadi bagian dari fitnah?” Ini adalah pertanyaan yang sangat krusial untuk dianalisa dan difahami oleh setiap muslimah. 

Pertama, Hindari gossip 

Sangat penting bagi wanita untuk meninggalkan segala bentuk gossip entah itu ikut nimbrung dengar kawan bergosip atau menonton/mendengar acara gossip. Dengan menghindari masuknya gossip anda tidak akan punya bahan untuk bergossip. Ingatlah gossip itu sebagai perbuatan yang sangat menjijikkan (Al-hujurat 12) 

Kedua, Menjaga pakaian 

Wanita tidak hanya harus bisa menjaga pandangannya tetapi terlebih lagi harus bisa menjaga tubuhnya agar tidak menjadi sumber pemandangan. Perhatikanlah cara berpakaian kita. Hindari pakaian yang menampilkan lekuk tubuh, bahan yang terlalu tipis, dan terbuka aurat. Namun juga kita harus tetap bisa tampil bersih, rapi, menyenangkan dan syar’i. (An-nuur 31) 

Ketiga, Betahlah dirumah 

Jika tidak punya keperluan yang penting, lebih baik bagi wanita untuk berada dirumahnya. Lihat baik menjadikan rumah kita sebagai tempat berkumpul dengan teman-teman daripada harus bertemu di café atau tempat-tempat umum lainnya. Jangan lupa untuk mengajak tamu kita untuk sholat atau tilawah bersama dan muliakan dia dengan memberinya hidangan. (tentu teman sesama wanita) 

Keempat, Memelihara pikiran 

Sibukkanlah pikiran kita dengan hal-hal berguna hingga ia tidak memberikan tempat bagi pikiran jelek. Bila kita membiarkan satu pikiran jelek ada dalam otak kita, maka ia akan turun kehati. Jika ada kesempatan yang pas, maka sadar ataupun tidak sadar kita akan melepaskannya. Bunuhlah pikiran jelek itu sebelum ia membunuh amal kita. 

Kelima, hati-hatilah memilih teman 

Seperti disebut dalam point pertama, hendaknya kita menghindari gossip. Salah satu caranya adalah dengan memilih teman yang tepat yaitu teman yang selalu mengajak kepada kebenaran, mengingatkan kita jika salah. 

Bukan teman yang hanya suka berhura-hura. Rasul berpesan “seseorang akan mengikuti cara temannya, maka berhati-hatilah memilih teman yang anda percayai” (HR abu daud). Jangan takut untuk melepas teman yang tidak mau diajak kepada kebaikan. 

Keenam, hati-hati pilih tempat bersosial 

Memilih tempat bergaul juga sangat penting untuk dipehatikan. Tentu bar dan nightclub bukannya tempat seorang muslim. Jagalah kaki kita agar tidak melangkah ke tempat-tempat yang berpotensi bisa menimbulkan maksiat. 

Ketujuh, hati-hati ketika berselancar 

Di dunia internet saat ini, tempat-tempat maksiat bisa dengan mudah ditemui di website. Juga dalam bersosialisasi di dunia maya (facebook, multiply, twitter, dll), pilihlah teman/contact yang bisa menambah iman, bukan berteman dengan orang yang suka menuliskan gossip. 

Selain itu juga perhatikan seluruh media yang kita gunakan mulai dari majalah, Koran, televisi, radio, hp, dll. Pilihlah dengan hati-hati, karena mereka bisa mempengaruhi pikiran kita. 

Kedelapan, Menikahlah 

Bagi siapa saja yang sudah merasa siap hidup berumah tangga baik secara psiologis, agama maupun biologis, sebaiknya ia menikah. Menikah bisa membuat hati lebih tenteram dan sejuk sekaligus menghindarkan dari pikiran-pikiran jelek, mengurangi narsisme dan show off. 

Rasul mengatakan menikahlah terlebih dahulu sebagai solusi pertama, baru jika tidak mampu ia disunnahkan untuk berpuasa. “wahai para pemuda, siapa saja diantara kamu sudah merasa mampu, menikahlah, namun jika tidak mampu menikah, berpuasalah (HR Bukhari) 

Kesembilan, Berpuasalah 

Seperti disinggung diatas, bagi yang tidak mampu menikah sebaiknya berpuasa. Tidak mampu disini bisa jadi karena tidak punya biaya atau belum ketemu jodohnya J. Bersabarlah dan berpuasalah. Dengan berpuasalah hati dan pikiran menjadi lebih tenang karena puasa bisa mengurangi nafsu terhadap dunia. (Al- Qurtubi) 

Kesepuluh, isi hati dengan zikir 

Isilah tiap waktu kita dengan zikir. Zikir itu seperti petugas keamanan yang melindung hati kita dari bisikan dan pikiran jahat disisipkan syaithon. Jika hati kita terjaga, insya Allah lidah, hati, kaki, tangan, dan pikiran kita juga akan terjaga. 

Semoga bermanfaat.

Monday, October 24, 2011

Dari Ummu Untuk Ummu

by: Ummu Aisyah


Ummu 1:
                      Dirikanlah sholat wajib yang lima waktu sesegera dan sebaik mungkin
                      sehingga rasa tentram akan menghiasi hari-harimu
         
Ummu 2 :
                       Basahilah selalu bibir dan lidahmu dengan tilawah qur'an dan  
                       kalimah zikrullah  yang dapat membuatnya terhindar dari perkataan
                       yang tidak berguna dan sia-sia
Ummu 3 :
                       Amalkanlah berzikir di waktu pagi dan petang dengan zikir al
                       ma'tsurah yang mengandung do'a -do'a untuk mendapat berbagai
                       kebaikan di dunia maupun di akhirat serta mendapatkan perlindungan
                       dari Allah  swt dari berbagai keburukan dan kejahatan makhluk Nya.  

Ummu 4 :
                       Hidupkanlah selalu sunnah Rasulullah saw jika benar kita
                       mencintainya  sehingga kita berhak mendapatkan syafaat darinya di
                       akhirat kelak

Ummu 5 :
                        Keluarkanlah hak orang-orang miskin dan anak yatim dari harta
                        yang engkau miliki karena itu akan membersihkannya, dan membuat
                        hidup menjadi sangat berarti

Ummu 6 :
                        Berakhlaqlah dengan akhlaq yang mulia, jujur, rendah hati, pemurah,
                        berbaik sangka, tidak angkuh dan tidak riya serta berbagai akhlaq
                        Islami lainnya karena hal itu menunjukkan jati dirimu yang
                        sebenarnya

Ummu 7 :
                        Bersikap lemah lembutlah kepada sesama mu'min karena ia adalah
                        saudaramu dan bersikap tegaslah kepada orang kafir untuk
                        menunjukkan rasa izzah mu

Ummu 8 :
                         Pelajarilah Islam secara rutin dan kontinue sepanjang hidupmu
                         karena Ilmu Allah tidak ada habisnya  walaupun seluruh pohon
                         menjadi pena dan seluruh lautan menjadi tintanya  

Ummu 9 :
                         Jadikanlah setiap detik waktu mu bernilai ibadah disisi Allah karena
                         waktu yang terlewat tak kan pernah kembali lagi

Ummu 10 :
                          Anak, isteri, suami , keluarga bahkan dirimu sendiri seluruhnya
                          adalah amanah dari Allah , maka sudahkah engkau memelihara diri
                          dan keluargamu agar terhindar dari api neraka

Monday, October 17, 2011

Pendapat-pendapat berkenaan asal usul dan fitnah Dajjal



Di sini ada beberapa pendapat berkenaan asal usul Dajjal dan hanya Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Kita hanya mampu berikhtiar untuk mempelajari dan mendalami segala ilmu yang baik di dunia ini. Ada orang mengatakan tidak ada gunanya kita cuba untuk mengetahui perihal Dajjal ini, tetapi mereka tidak sedar betapa nabi telah bersabda yang mafhumnya , “Sejak terciptanya manusia hingga datangnya Hari Kiamat, tak ada fitnah lebih besar daripada fitnahnya Dajjal” (Misykat, hal. 472). HR Muslim . Bermakna ianya adalah suatu perkara TERBESAR yang sepatutnya diambil berat dan diperhatikan oleh semua pihak, terutama umat Islam. Semoga kita sentiasa berhati-hati dengan fitnah Dajjal kerana ianya mungkin sudah lama bermula dan semakin parah.

Asal-Usul Keluarganya


Dajjal adalah seorang manusia dari keturunan Yahudi. Dia bukan Jin atau apa jua makhluk lain selain ia sebagai manusia yg ditangguhkan ajalnya “Minal Munzharin” seperti halnya Nabi Isa as yg di angkat oleh Allah swt ke atas langit dan ditangguhkan kematiannya sehingga beliau nantinya turun semula ke atas muka bumi ini lalu beliau akan mati dan di kuburkan di Madinah AlMunawwarah. Sama juga halnya dgn Nabi Khidhir, para malaikat dan Iblis yg di tangguhkan kematian sehingga kiamat nanti.

Ayahnya seorang yg tinggi dan gemuk. Hidungnya seperti Paruh burung (kebiasaannya orang Yahudi memang berhidung sebegini). Sedangkan Ibunya pula seorang perempuan gemuk dan banyak dagingnya. Menurut Imam Al Barzanji ada pendapat mengatakan bahawa asal keturunan bapanya ialah seorang Dukun Yahudi yg di kenali dgn “syaqq” manakala ibunya adalah dari bangsa Jin. Ia hidup di zaman Nabi Sulaiman a.s dan mempunyai hubungan dengan makhluk halus. Lalu oleh Nabi Sulaiman ia akhirnya ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Walau bagaimanapun kelahiran dan kehidupan masa kecil tidak diketahui dgn jelas.

Sifat Badannya


Hadis Huzaifah r.a katanya: Rasulullah s.a.w. telah bersabda: Dajjal ialah orang yang buta sebelah matanya iaitu sebelah kiri, lebat (panjang) rambutnya serta dia mempunyai Syurga dan Neraka. Nerakanya itu merupakan Syurga dan Syurganya pula ialah Neraka (Hadis Sahih Muslim)

Ada beberapa ciri perawakan Dajjal yg disebutkan dalam Hadis Rasulullah S.a.w, diantaranya: Seorang yg kelihatannya masih muda, berbadan besar dan agak kemerah-merahan, rambutnya kerinting dan tebal. Kelihatan dari belakang seolah-olah dahan kayu yg rimbun.

Dan tandanya yg paling ketara sekali ada dua;

Pertama: Buta mata kirinya dan kelihatan seperti buah kismis yg kecut, manakala mata kanannya tertonjol keluar kehijau-hijauan berkelip-kelip laksana bintang. Jadi kedua-dua matanya adalah cacat.

Kedua: Tertulis didahinya tulisan “Kafir (Kaf-Fa-Ra)”. Tulisan ini dapat dibaca oleh setiap org Islam, sama ada ia pandai membaca atau tidak. Mengikut hadis riwayat At-Thabrani, kedua-dua tanda ini menjelma dalam diri Dajjal setelah ia mengaku sebagai Tuhan. Adapun sebelum itu, kedua-dua tanda yang terakhir ini belum ada pada dirinya.

Tempat Tinggalnya Sekarang

Menurut riwayat yg sahih yg disebutkan dalam kitab “Shahih Muslim”, bahawa Dajjal itu sudah wujud sejak beberapa lama. Ia dirantai di sebuah pulau dan ditunggu oleh seekor binatang yg bernama “Al-Jassasah”. Terdapat hadis panjang mengenainya. Daripada Hadis ini jelaslah bagi kita bahawa Dajjal itu telah ada dan ia menunggu masa yg diizinkan oleh Allah swt utk keluar menjelajah permukaan bumi ini dan tempat “transitnya” itu ialah di sebelah Timur bukan di Barat.

Ada pendapat mengatakan sekarang Dajjal tinggal di kerajaan iblis dan jin di Segitiga Bermuda dan selalu keluar dengan menaiki kenderaan piring terbang yang dikenali umum sebagai UFO dan sentiasa berurusan dengan pemimpin-pemimpin besar dunia. Akhir-akhir ini, pernah juga kelihatan piring-piring terbang UFO ini muncul di bandar Vatican (pusat Katolik dunia), Rome, Italy.

Berapa lama ia akan hidup setelah kemunculannya

Dajjal akan hidup setelah ia memulakan cabarannya kepada umat ini, selama empat puluh hari sahaja. Namun begitu, hari pertamanya adalah sama dgn setahun dan hari kedua sama dengan sebulan dan ketiga sama dengan satu minggu dan hari-hari baki lagi sama seperti hari-hari biasa. Jadi keseluruhan masa Dajjal membuat fitnah dan kerosakan itu ialah 14 bulan dan 14 hari. Dalam Hadis riwayat Muslim ada disebutkan:

Kami bertanya: “Wahai Rasulullah! Berapa lamakah ia akan tinggal di muka bumi ini? Nabi saw, menjawab: Ia akan tinggal selama empat puluh hari. Hari yg pertama seperti setahun dan hari berikutnya seperti sebulan dan hari ketiga seperti seminggu. Kemudian hari yg masih tinggal lagi (iaitu 37 hari) adalah sama seperti hari kamu yg biasa.

Lalu kami bertanya lagi: Wahai Rasulullah saw! Di hari yg panjang seperti setahun itu, apakah cukup bagi kami hanya sembahyang sehari sahaja (iaitu 5 waktu sahaja). Nabi saw menjawab: Tidak cukup. Kamu mesti mengira hari itu dgn menentukan kadar yg bersesuaian bagi setiap sembahyang..”

Maksud sabda Rasulullah S.a. w, ini ialah supaya kita mengira jam yg berlalu pada hari itu. Bukan mengikut perjalanan matahari seperti biasanya kita lakukan. Misalnya sudah berlalu tujuh jam selepas sembahyang Subuh pada hari itu maka masuklah waktu sembahyang Zohor, maka hendaklah kita sembahyang Zohor, dan apabila ia telah berlalu selepas sembahyang Zohor itu tiga jam setengah misalnya, maka masuklah waktu Asar, maka wajib kita sembahyang Asar. Begitulah seterusnya waktu Sembahyang Maghrib, Isyak dan Subuh seterusnya hingga habis hari yg panjang itu sama panjangnya dgn masa satu tahun dan bilangan sembahyang pun pada sehari itu sebanyak bilangan sembahyang setahun yg kita lakukan. Begitu juga pada hari Kedua dan ketiga.

Fitnah Dajjal


Dajjal telah diberi peluang oleh Allah swt utk menguji umat ini. Oleh kerana itu, Allah memberikan kepadanya beberapa kemampuan yg luar biasa. Di antara kemampuan Dajjal ialah:

1. Segala kesenangan hidup akan ada bersama dengannya. Benda-benda beku akan mematuhinya – Sebelum kedatangan Dajjal, dunia Islam akan diuji dahulu oleh Allah dgn kemarau panjang selama 3 tahun berturut-turut. Pada tahun pertama hujan akan kurang sepertiga dari biasa dan pada tahun kedua akan kurang 2/3 dari biasa dan tahun ketiga hujan tidak akan turun langsung. Umat akan dilanda kebuluran dan kekeringan. Di saat itu Dajjal akan muncul membawa ujian. Maka daerah mana yg percaya Dajjal itu Tuhan, ia akan berkata pada awan: Hujanlah kamu di daerah ini! Lalu hujan pun turunlah dan bumi menjadi subur. Begitu juga ekonomi, perdagangan akan menjadi makmur dan stabil pada org yg bersekutu dgn Dajjal. Manakala penduduk yg tidak mahu bersukutu dgn Dajjal, mereka akan tetap berada dlm kebuluran dan kesusahan.

Dan ada diriwayatkan penyokong Dajjal akan memiliki segunung roti (makanan) sedangkan org yg tidak percaya dengannya berada dalam kelaparan dan kebuluran. Dalam hal ini, para sahabat Rasullullah s.a.w. bertanya:”Jadi apa yg dimakan oleh org Islam yg beriman pada hari itu wahai Rasulullah?” Nabi menjawab: “Mereka akan merasa kenyang dengan bertahlil, bertakbir, bertasbih dan bertaubat. Jadi zikir-zikir itu yang akan menggantikan makanan.” HR Ibnu Majjah

2. Ada bersamanya seumpamanya Syurga dan Neraka – Di antara ujian Dajjal ialah kelihatan bersama dengannya seumpama syurga dan neraka dan juga sungai air dan sungai api. Dajjal akan menggunakan kedua-duanya ini untuk menguji iman org Islam kerana hakikat yg benar adalah sebalik dari apa yg kelihatan. Apa yg dikatakan Syurga itu sebenarnya Neraka dan apa yg dikatakannya Neraka itu adalah Syurga.

Secara analoginya kita lihat sekarang, syurga dunia seperti maksiat dan hiburan tanpa batasan adalah ibarat syurga. Dan mereka yang terpengaruh dengannya akan berseronok dan puas dengan hiburan-hiburan tersebut seperti hidup di dalam syurga. Juga keluarnya bermacam alat – alat canggih seperti komputer, handphone, mp3 player, video player dan macam2 lagi. Menunjukkan semua ini ibarat syurga dunia, yang sebenarnya adalah jalan ke neraka jika kita terlampau leka dan terpesona dengannya.

Dan kehidupan yang tidak bermewah, tidak berhibur dan berseronok adalah ibarat berada dalam neraka dunia sekarang. Sehinggakan mereka yang sudah biasa berseronok akan merasa boring dan tidak puas hati jika tidak dapat berhibur, berseronok dan menikmati kemewahan duniawi. Sedangkan kehidupan yang seperti neraka dunia itu lah yang boleh membuka jalan ke syurga iaitu kehidupan yang serba sederhana, qana’ah dan zuhud dengan dunia.

3. Kepantasan perjalanan dan Negeri-Negeri yang tidak dapat dimasukinya – Kepantasan yg dimaksudkan ini tidak ada pada kenderaan orang dahulu. Kalau hari ini maka bolehlah kita mengatakan kepantasan itu seperti kepantasan jet-jet tempur yg digunakan oleh tentera udara atau lebih pantas lagi daripada kenderaan tersebut sehinggakan beribu-ribu kilometer dapat ditempuh dalam satu jam”… Kami bertanya: Wahai Rasulullah! Bagaimana kepantasan perjalanannya di atas muka bumi ini? Nabi menjawab: “Kepantasan perjalanannya adalah seperti kepantasan “Al Ghaist” (hujan atau awan) yang dipukul oleh angin yang kencang.” HR Muslim

Dan ada lagi kenderaan yang lebih pantas dari jet, yang dapat bergerak sepantas cahaya iaitu piring terbang. Mengikut gambar-gambar yang dapat dirakam oleh NASA dan bukti-bukti dari banyak pihak, memang mereka dapat bergerak selaju cahaya dan menghilang dengan sekelip mata.

Namun demikian, Dajjal tetap tidak dapat memasuki dua Bandar suci umat Islam iaitu Makkah Al Mukarramah dan Madinah Al Munawwarah.

4. Bantuan Syaitan-Syaitan untuk memperkukuhkan kedudukannya – Syaitan juga akan bertungkus-lumus membantu Dajjal. Bagi syaitan, inilah masa yg terbaik utk menyesatkan lebih ramai lagi anak cucu Adam a.s.

Syaitan-syaitan dari jin dan juga manusia akan berusaha membantunya, kerana mereka ingin mewujudkan satu pemerintahan di muka bumi ini. Iaitu pemerintahan sebuah kerajaan yang akan diperintah oleh Lucifer (IBLIS). Dan gerakan yang mewakili syaitan-syaitan dari kalangan manusia ini dikenali sebagai gerakan Illuminati yang pecahan-pecahannya terdiri dari banyak kumpulan seperti Skull and Bones, Freemasons, Bohemian Grove, The Bilderberg Group, The Trilateral Commission, The Council on Foreign Relations dan beberapa lagi pertubuhan-pertubuhan rahsia.

Dajjal Akan Muncul dari Khurasan, Iran

Di akhir zaman Dajjal akan muncul dari Khurasan di Iran (tempat asal Dajjal). Ketika baru keluar/terlepas dari belenggunya tinggi Dajjal hanyalah sepuluh dzira’. Pada mulanya tingkah laku Dajjal layaknya tingkah laku orang-orang saleh, iaitu menyeru kepada kebajikan, hingga kerana itu banyak orang yang terkagum-kagum kepada akhlaknya.

Tapi lama kelamaan Dajjal pun mengaku sebagai Nabi. Maka mendengar pengakuan itu orang-orang yang beriman kepada Allah pun berpaling darinya, sebab kaum yg beriman mengetahui benar bahawa sesudah Nabi Muhammad saw tak akan pernah lagi Allah mengutus seorang nabi baru.

Akhirnya, ketika perjalanan Dajjal sampai ke Khillah, iaitu sebuah jalan yg terletak antara Iraq dan Syam, dia pun menggembar-gemburkan kiri kanan menyatakan bahawa dirinya adalah tuhan yang dapat menghidupkan dan mematikan, ditambah lagi dengan menunjukkan kemampuannya mengadakan kejadian-kejadian yang menyalahi keadaan normal. Sejak itu orang-orang mu’min semakin menjauh darinya dan menolak mengakui Dajjal sebagai tuhan.

“wa man qaala fid dun-ya yaraahu bi ‘ainihi fa dzaalika zindiiqun thaghaa wa tamarrada”. Siapapun yg mengaku di dunia ini telah melihat Tuhan dgn matanya, maka dia telah menjadi zindiq, keluar batas, dan jatuh ke dalam kesesatan.

(Mundzir Nadzir: Fafirruu ila Allah: hal.29 s/d hal 30). Maktabah Muhammad bin Ahmad bin Nabhaan wa Aulaaduhu. Surabaya, Indonesia. 1956 M / 1375 H.

Tempat bermulanya fitnah Dajjal


Agaknya menarik perhatian sekali bahawa menurut Hadits Tamim Dari, Dajjal tinggal di sebuah pulau yang letaknya di sebelah Barat Syria, sedang tempat munculnya dikatakan oleh Hadits lain, berada di Timur. Lengkapnya, Hadits itu maksudnya:

“Tidak! Ia (Dajjal) akan muncul disebelah Timur; tidak, ia akan muncul di sebelah Timur; tidak, ia akan muncul di sabelah Timur” (Kanzul-’Ummal jilid VII, halaman 2988).

Dan ada satu hadith lain yang bermaksud;

“Nabi Muhammad SAW menunjuk hampir dua puluh kali ke arah Timur” (Kanzul-’Ummal, jilid VIl, halaman 2991 ).

Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim mengatakan: “Tidak ! Ia akan muncul di Timur” diikuti dengan kalimat: “Beliau menunjuk dengan tangannya ke arah Timur”. Jadi jika di suatu Hadits dikatakan bahawa tempat tinggal Dajjal ialah sebuah pulau di Barat, tetapi di lain Hadits diterangkan bahawa tempat munculnya Dajjal, atau lebih tepat lagi, tempat munculnya fitnah Dajjal ialah di Timur.

Ini menunjukkan bahawa Dajjal akan membahayakan bangsa-bangsa di Timur. Adapun kenyataan yang tak dapat dibantah lagi, bahawa fitnahnya Dajjal tak akan menimpa bangsanya sendiri, bahkan mereka akan memperolehi keuntungan dari hasil porak-peranda di Timur. Jadi yang dimaksud munculnya Dajjal di Timur ialah merajalelanya fitnah Dajjal di negara-negara Timur dengan jalan memperbudakkan penduduknya, baik secara jasmani mahupun rohani, lahiriyah mahupun batiniyah.

Menurut apa yang diterangkan dalam Hadits, terang sekali bahawa pada zaman Nabi, Dajjal itu sudah ada, akan tetapi pada waktu itu tangan dan kakinya dirantai. Inilah gambaran yang sebenarnya bagi bangsa-bangsa Eropah pada waktu itu. Mereka mengurung diri dalam tanah air mereka sendiri, lalu pada suatu ketika, mereka mengalir ke seluruh dunia untuk menakluki dan menjajah negara-negara lain, sehingga mereka benar-benar menguasai, atau setidak-tidaknya memaksakan pengaruhnya terhadap negara-negara itu, sehingga gerak-geri negara-negara itu dipimpin dan diawasi oleh bangsa-bangsa Eropa.

Itulah sebabnya mengapa di dalam Hadits diterangkan bahawa Dajjal mengaku Tuhan, kerana segala sesuatu di dunia dikerjakan menurut perintah Dajjal, seakan-akan dialah yang menguasai dan menentukan nasib bangsa-bangsa lain. Inilah apa pula yang dimaksud oleh Hadits lain yang menerangkan bahawa Dajjal ialah yang menentukan hidup-matinya orang-orang. Dengan perkataan lain, Dajjal akan meninggikan dan merendahkan darjat bangsa-bangsa lain menurut apa yang dianggap sesuai dengan tujuannya.

Dalam Sahih Muslim ada sebuah Hadits yang bermaksud: “Sejak terciptanya manusia hingga datangnya Hari Kiamat, tak ada fitnah lebih besar daripada fitnahnya Dajjal” (Misykat, hal. 472).

Kata-kata seperti itu, terdapat pula dalam kitab Hadits yang lain. Misalnya, dalam sebuah Hadits, Nabi SAW diriwayatkan bersabda sbb : “Wahai manusia ! Semenjak Allah menciptakan bani Adam, tak ada fitnah di muka bumi yang lebih besar dari pada fitnahnya Dajjal” (Kanzul-’Ummal, jilid VII, halaman 2028).

Hadits-hadits tersebut membuktikan bahawa fitnahnya Dajjal itu tiada lain ialah merejalelanya Imperialis Eropah (Amerika Syarikat dan sekutu-sekutunya) sekarang ini dan menangnya agama Nasrani. Kenyataan menunjukkan bahawa sejarah ummat manusia tak dapat mempertunjukkan fitnah lain yang besarnya seperti itu.

Memang dalam sejarah pernah terjadi suatu bangsa menundukkan bangsa lain dan menguasai aspek kehidupan mereka, tetapi contoh tentang penjajahan yang menyeluruh seperti yang kita saksikan sekarang ini berupa merajalelanya imperialis dan kebudayaan Eropah di seluruh dunia, belum pernah terjadi. Daratan dan lautan semuanya dikuasai oleh imperialis Eropah.

Demikian pula kita tak dapat menemukan persamaannya tentang cara-cara kaum imperialis Barat memperhambakan bangsa-bangsa lain di dunia. Yang lebih istimewa lagi ialah bahawa mereka memiliki segala macam senjata yang dengan senjata itu, orang ramai dapat tersesat dari jalan benar dan jalan kesucian. Di sebelah sini, mereka menyesatkan orang ramai melalui sistem pendidikan, dan di sebelah sana, mereka mencapai tujuan mereka melalui penyiaran agama; kadang-kadang untuk mencapai tujuan mereka, mereka melumpuhkan jiwa manusia dengan memberikan kepada mereka kemewahan dan kesenangan jasmani; dan kadang-kadang diberikan kepada mereka hiburan-hiburan yang dapat melupakan rohani mereka sama sekali.

Sering pula ilmu pengetahuan mereka digunakan untuk menghancurkan rohani ummat manusia. Pendek kata, di seluruh sejarah manusia, fitnahnya Dajjal tak ada taranya, dan sabda Nabi SAW bahawa tak ada fitnah yang lebih besar daripada fitnahnya Dajjal, ini terpenuhi berupa merajalelanya kaum imperialis Eropah, yang bukan saja membahayakan aspek kehidupan jasmani, melainkan pula membahayakan aspek kehidupan moral dan rohani.

Berikut adalah khutbah Rasulullah S.a.w berkenaan Dajjal

Dari Abi Umamah Al-Bahiliy, beliau berkata: “Rasululah s.a.w telah berkhutbah di hadapan kami. Dalam khutbahnya itu Baginda banyak menyentuh masalah Dajjal. Baginda telah bersabda: “Sesungguhnya tidak ada fitnah (kerosakan) di muka bumi yang paling hebat selain daripada fitnah yang dibawa oleh Dajjal. Setiap Nabi yang diutus oleh Allah SWT ada mengingatkan kaumnya tentang Dajjal. Aku adalah nabi yang terakhir sedangkan kamu adalah umat yang terakhir. Dajjal itu tidak mustahil datang pada generasi (angkatan) kamu. Seandainya dia datang sedangkan aku masih ada di tengah-tengah kamu, maka aku adalah sebagai pembela bagi setiap mukmin. Kalau dia datang sesudah kematianku, maka setiap orang menjaga dirinya. Dan sebenarnya Allah SWT akan menjaga orang-orang mukmin.

“Dajjal itu akan datang nanti dari satu tempat antara Syam dan Iraq. Dan mempengaruhi manusia dengan begitu cepat sekali. Wahai hamba Allah, wahai manusia, tetaplah kamu. Di sini akan saya terangkan kepada kamu ciri-ciri Dajjal, yang belum diterangkan oleh nabi-nabi sebelumku kepada umatnya.

“Pada mulanya nanti Dajjal itu mengaku dirinya sebagai nabi. Ingatlah, tidak ada lagi nabi sesudah aku. Setelah itu nanti dia mengaku sebagai Tuhan. Ingatlah bahawa Tuhan yang benar tidak mungkin kamu lihat sebelum kamu mati. Dajjal itu cacat matanya sedangkan Allah SWT tidak cacat, bahkan tidak sama dengan baharu. Dan juga di antara dua mata Dajjal itu tertulis KAFIR, yang dapat dibaca oleh setiap mukmin yang pandai membaca atau buta huruf.

Di antara fitnah Dajjal itu juga dia membawa syurga dan neraka. Nerakanya itu sebenarnya syurganya sedangkan syurganya itu neraka, yakni panas. Sesiapa di antara kamu yang disiksanya dengan nerakanya, hendaklah dia meminta pertolongan kepada Allah dan hendaklah dia membaca pangkal surah Al-Kahfi, maka nerakanya itu akan sejuk sebagaimana api yang membakar Nabi Ibrahim itu menjadi sejuk.

“Di antara tipu dayanya itu juga dia berkata kepada orang Arab: “Seandainya aku sanggup menghidupkan ayah atau ibumu yang sudah lama meninggal dunia itu, apakah engkau mengaku aku sebagai Tuhanmu?” Orang Arab itu akan berkata: “Tentu.” Maka syaitan pun datang menyamar seperti ayah atau ibunya. Rupanya sama, sifat-sifatnya sama dan suaranya pun sama. Ibu bapanya berkata kepadanya: “Wahai anakku, ikutilah dia, sesungguhnya dialah Tuhanmu.” di antara tipu dayanya juga dia tipu seseorang, yakni dia bunuh dan dia belah dua. Setelah itu dia katakan kepada orang ramai: “Lihatlah apa yang akan kulakukan terhadap hambaku ini, sekarang akan kuhidupkan dia semula. Dengan izin Allah orang mati tadi hidup semula. Kemudian Laknatullah Alaih itu bertanya: “Siapa Tuhanmu?” Orang yang dia bunuh itu, yang kebetulan orang beriman, menjawab: “Tuhanku adalah Allah, sedangkan engkau adalah musuh Allah.” Orang itu bererti lulus dalam ujian Allah dan dia termasuk orang yang paling tinggi darjatnya di syurga.”

Kata Rasulullah s.a.w lagi: “Di antara tipu dayanya juga dia suruh langit supaya menurunkan hujan tiba-tiba hujan pun turun. Dia suruh bumi supaya mengeluarkan tumbuh-tumbuhannya tiba-tiba tumbuh. Dan termasuk ujian yang paling berat bagi manusia, Dajjal itu datang ke perkampungan orang-orang baik dan mereka tidak mengakunya sebagai Tuhan, maka disebabkan yang demikian itu tanam-tanaman dan ternakan mereka tidak menjadi.

“Dajjal itu datang ke tempat orang-orang yang percaya kepadanya dan penduduk kampung itu mengakunya sebagai Tuhan. Disebabkan yang demikian hujan turun di tempat mereka dan tanam-tanaman mereka pun menjadi.

“Tidak ada kampung atau daerah di dunia ini yang tidak didatangi Dajjal kecuali Makkah dan Madinah. Kedua-dua kota itu tidak dapat ditembusi oleh Dajjal kerana dikawal oleh Malaikat. Dia hanya berani menginjak pinggiran Makkah dan Madinah. Namun demikian ketika Dajjal datang ke pergunungan di luar kota Madinah, kota Madinah bergoncang seperti gempa bumi. Ketika itu orang-orang munafik kepanasan seperti cacing dan tidak tahan lagi tinggal di Madinah. Mereka keluar dan pergi bergabung dengan orang-orang yang sudah menjadi pengikut Dajjal. Inilah yang dikatakan hari pembersihan kota Madinah

Sunday, October 16, 2011

Darjat seorang isteri



1. Isteri Siddiqin
Isteri yang tidak akan meminta apa-apa dari suaminya sekalipun yang perlu (dharuri). Apa yang disediakan suaminya, dia terima dengan penuh malu dan bersyukur. Kalau ada, adalah. Kalau tidak ada, dia bersabar. Tapi meminta tidak. Apatah lagi yang tidak perlu, kalau diberi pun dia tolak bahkan adakalanya yang perlu pun dia tolak dengan baik, dia lebih suka menolong suaminya. Itulah golongan yang bersifat orang yang Siddiqin. Golongan ini payah hendak dicari terutama di akhir zaman ini, macam hendak mencari belerang merah atau gagak putih. Ini adalah perempuan luar biasa.

2. Isteri Muqarrobin
Isteri yang tidak meminta dari suaminya kecuali yang perlu sahaja. Yang tidak perlu dia tidak akan memintanya bahkan kalau suaminya memberi yang tidak perlu dia tolak dengan baik. Tapi kalau yang diperlukan pun tidak ada, dia tetap sabar. Namaun dia tidak akan mendesak suaminya. Dia tetap bersabar dengan keadaan itu. Itulah golongan Muqarrobin. Golongan ini juga susah hendak dicari di zaman kebendaan ini, di zaman orang memburu dunia, di zaman orang memandang dunia adalah segala-galanya.

3. Isteri Solehin
Isteri yang meminta kepada suaminya yang perlu dan juga sekali-sekala meminta juga yang tidak perlu seperti ingin sedikit kehidupan yang selesa sama ada dari segi makan minum, tempat tinggal, kenderaan. Namun kalau suaminya tidak memberi, dia tetap sabar dan tidak pula menjadi masalah. Itulah dia golongan orang yang soleh.

4. Isteri Fasik
Isteri yang selalu sahaja meminta-minta bukan sahaja yang perlu, yang tidak perlu pun dia suka meminta-minta juga. Kalau diberi pun tidak pernah puas-puas, tidak pernah rasa cukup, sudah mewah pun tidak rasa cukup. Kalau tidak diberi menjadi masalah, dia merungut-rungut, marah-marah, sakit hati, merajuk hingga menjadi masalah dalam rumah tangga. Inilah dia golongan yang fasik. Isteri ini selalu sahaja derhaka dengan suami, apatah lagi dengan Tuhan.

Semoga Allah menyatukan hati-hati kita, menjadikan kita saling mencintai karena Dia; sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi Rasululllah saw bersabda:

"Di sekitar Arsy ada menara-menara dari cahaya. Di dalamnya ada orang-orang yang pakaiannya dari cahaya dan wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukan para nabi atau syuhada'. Para nabi dan syuhada' iri kepada mereka. Ketika ditanya para shahabat, Rasulullah menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling bersahabat kerana Allah dan saling kunjung mengunjungi kerana Allah..

~Anis

Saturday, October 15, 2011

SYIAH BERIKTIQAD SEMUA IMAMNYA MAKSUM BUKAN HANYA NABI DAN RASUL


SIAPA AHLUL BAIT ?

Terlebih dahulu sebelum tuan-puan membaca artikel ini suka dijelaskan di sini bahawa maklumat yg terdapat padanya adalah hasil dari telahan pada beberapa buku yg ada dalam simpanan dan juga infomasi yg terpaksa diambil dari internet bagi menyokong maklumat dari buku2 tersebut. Juga sertakan di sini tarikh2 bagi kemudahan penilaian terhadap peristiwa, keadaan dan masa berlakunya kejadian pada masa itu seperti yg akan dipaparkan di bawah ini nanti. Penyusunan artikel ini tidak dibuat dalam bentuk akedemik tetapi ringkas dan mudah bagi keselesaan para pembacaan dari kalangan org awam dan umum.

Mukadimah
Seperti tajuk yg tertera di atas ini, dikumpulkan di sini beberapa riwayat2 mengenai kemuliaan -nasab atau keturunan- RasuluLlah saLlahu alaihi wassallam menurut versi Ahlus Sunnah wal Jamaah bukan versi Syiah atau dahulunya dikenali dgn nama Rafidhah dan tidak juga diletakkan pada pandangan versi Wahabi, semuanya dilihat dari sudut pandangan Islam yg ditulis oleh ulama2 yg ahli dan diperakui dari golongan Ahlus Sunnah wal Jamaah, namun begitu disertakan juga beberapa text maklumat penulis Syiah sendiri yg menyentuh soal sumbangan beberapa ulama’ Ahli Sunnah yg bersama dgn golongan ahlul-bait dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan di masa lalu, Insya’Allah dengan adanya semua keterangan2 ini pembaca boleh mengetahui jatuh bangunnya dan perkara sebenarnya berkenaan salasilah nasab keturunan RasuluLlah saLlahu alaihi wassallam yg tidak pernah terputus dan akan terus kekal terpelihara drpd sebarang fitnah baik yg ditimbulkan oleh puak Wahabi maupun oleh ketaksuban puak Syiah yg melampau2 dalam mengagongkannya dan memuliakan golongan ahlul-bait dgn cara yg salah dan bercanggah dgn aqidah Islam, sungguh Allah Subhanawa Ta’ala akan pelihara nasab ahlul-bait tetap berada dalam manhaj yg betul dan benar dan akan wujud sehingga ke akhir zaman.

Menyentuh soal nasab atau keturunan RasuluLlah saLlahu alaihi wassallam ini artikel ini tidak bermaksud untuk membuka ruang perdebatan tetapi sekadar utk menjelaskan kedudukan bagi pihak Ahlus Sunnah wal Jamaah melalui tulisan ulama Ahlus Sunnah dan beberapa penulisan pihak lain yg menurut neraca peribadi penulis ianya jujur dan tidak berat sebelah dan semua ini dilakukan dgn niat tidak lain hanyalah utk menyampaikan wasiat RasuluLlah saLlahu alaihi wassallam kpd umat Islam yg mungkin belum pernah mendengarnya atau mengenalinya, siapa itu ahlul-bait.

Ini juga kerana semua yg diwasiatkan serta yg dianjurkan oleh RasuluLlah saLlahu alaihi wassallam kpd kita adalah wahyu dari Allah Subhanawa Ta’ala sebagaimana Firman-Nya:

وَمَا اَتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْا

“Apa yang diberikan Rasul (Muhammad sallaLlahu’alaihi wassallam) kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”. (Surah al-Hasyr: ayat.7)

Semua ucapan RasuluLlah saLlahu alaihi wassallam adalah kebenaran yg diwahyukan oleh Allah Subhanawa Ta’ala pada Baginda saLlahu alaihi wassallam sebagaimana Firman-Nya pada ayat yg lain iaitu:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الهَـوَى إنْ هُوَا إلاَّ وَحْيٌ يُوْحَى

‘Dan dia (Muhammad sallaLlahu’alaihi wassallam) tidak mengucapkan sesuatu menurut kemahuan hawa nafsunya, ucapannya tidak lain ianya adalah wahyu yang diwahyukan Allah Subhanawa Ta’ala kepadanya’. (Surah an-Najm: ayat.3-4)

Memberi pengertian mengenai persoalan yg belum ramai yg mengetahuinya atau yg mungkin belum jelas ini merupakan satu hal yg perlu diusahakan, apa lagi soal2 yg berkaitan dgn agama Islam hukumnya adalah wajib. Soal2 yg kita maksudkan di sini ialah dalam permasalahan dzurriyyatu (keturunan atau nasab) RasuluLlah saLlahu alaihi wassallam atau keturunan ahlul-bait RasuluLlah saLlahu alaihi wassallam.

Sejak dari zaman pertumbuhan agama Islam hinggalah ke zaman mutakhir ini tidak ada umat Islam yg mempermasalahkan akan keturunan Nabiy saLlahu alaihi wassallam ini, kerana memang ianya merupakan kenyataan yg amat jelas. Kenyataan ini disaksikan oleh semua para Sahabat Nabiy saLlahu alaihi wassallam, disaksikan juga oleh semua para Salaf, para Tabi’in, para Tabi’it-Tabi’in dan oleh seluruh umat Islam yg hidup dalam zaman selepas kewafatan RasuluLlah saLlahu alaihi wassallam berikutnya hinggalah ke zaman kita ini. Selama lebih dari 1400 tahun sampai sekarang umat Islam walau di mana jua berada di mukabumi ini kerap kali tanpa henti akan mengucapkan Selawat ke atas junjungan Nabiy kita saLlahu alaihi wassallam dan keluarganya atau sekurang2nya wajib dalam sehari semalam kita akan menyebut atau melafaz kata sebanyak lima kali, iaitu: Allahumma shalli ‘ala (Syaidina) Muhammad wa ‘ala ahli (Syaidina) Muhammad.

Namun belakangan ini terdengar pula suara2 ganjil lagi pelik, ada yg berusaha utk menanamkan kepercayaan bahawa RasuluLlah saLlahu alaihi wassallam tidak meninggalkan dzurriyat atau nasab yg masih hidup hingga ke hari ini dan ada juga golongan yg mendakwa merekalah pembela ahlul bait sehingga meletakkan golongan ahlul-bait mengatasi kedudukan para Nabiy dan para Rasul alaihis’sallamutu’wassallam dan ada juga yg melampau2 sehingga melampaui Sifat Allah Subhanawa Ta’ala walhal sebenarnya itu semua adalah dustaan dan angan2 mereka belaka. Mereka (samada golongan yg pengingkar atau yg pelampau) ini secara terselubung menaburkan berbagai bentuk fitnah. Bagi yg engkar mereka mendakwa bahawa Syaidina Husein radhiaLlahu’an iaitu cucu kesayangan RasuluLlah saLlahu alaihi wassallam yg diharap menjadi penerus kpd nasab Baginda saLlahu alaihi wassallam semuanya telah terbunuh di medan Perang Karbala manakala yg pelampau pula beriya-iya mendakwa keturunan itu kekal bersama mereka hingga ke hari ini dan mendakwa Imam yg ke-12 akan muncul suatu hari nanti sebagai Imam Mahdi, yg sekarang ini bersembunyi di dalam gua.

Bagi golongan yg engkar atau lebih senang kita sebut puak Wahabi, kalau boleh mereka ingin menanam terus dalam minda kita akan keraguan tentang kenyataan bahawa putera Syaidina Husein radhiaLlahu’an, yg bernama ‘Ali Zainal ‘Abidin radhiaLlahu’an, telah turut sama terbunuh dalam pertempuran dgn tentera Bani Umayyah di Karbala, namun berkat ketabahan dan kegigihan ibunya Syaidatina Zainab radhiaLlahu’anhuma dalam menentang kezaliman pemerintah kerajaan Kufah itu, iaitu ‘Ubaidillah bin Ziyad, yg ketika itu ‘Ali Zainal ‘Abidin radhiaLlahu’an masih lagi kanak2 yg berusia lebih kurang 13 tahun. ‘Ali Zainal-‘Abidin bin Husein radhiaLlahu’an merupakan waris sah dari nasad RasuluLlah saLlahu alaihi wassallam, telah terselamat, justru mereka cuba menyembunyikan sejarah hidupnya, dgn tujuan utk memutuskan terus susur jalur nasab Baginda saLlahu alaihi wassallam.

Jauh drpd itu mereka yg dari puak Wahabi ini juga yg menolak dgn kerasnya bahawa kewujudan nasab Baginda saLlahu alaihi wassallam adalah atas dorongan maksud tertentu, secara terang2an mereka cuba utk memutarbelitkan fakta sejarah dgn hasrat supaya jangan ada orang di dunia ini menyebut langsung nama2 dari nasab ahlul-bait, seperti yg biasa kita dengar gelaran yg diberi oleh umat Islam iaitu Habib, Sayyid, Syed, Sayidi atau Syarif. Dan mereka berasa amat kecewa kerana sehingga ke hari ini umat Islam masih lagi tetap menyebut keturunan ahlul-bait dgn panggilan kehormatan itu.

Julukan/panggilan kehormatan Habib atau yg lainnya itu diberikan oleh umat Islam sebenarnya bukanlah atas permintaan dari nasab Nabiy saLlahu alaihi wassallam tetapi ianya adalah sebagai penghargaan kpd mereka yg dari keturunan RasuluLlah saLlahu alaihi wassallam. Bagi Ahlus Sunnah itulah salah satu cara kita menghormati dan mengenal seseorang itu datangnya dari nasab Baginda RasuluLlah saLlahu alaihi wassallam.

Sejarah Dinasti Bani Umayyah dan Dinasti Bani Abbasiyyah
Sejarah tidak boleh diubah samada kita suka atau tidak kenyataannya memang ada berlaku kebencian dan kedengkian dari pihak tertentu terhadap nasab ahlul-bait RasuluLlah saLlahu alaihi wassallam., dan ini mengingatkan kita kembali kpd asal sejarah Islam tentang berlakunya perpecahan demi perpecahan dan pemberontakan demi pemberontakan terhadap pemerintah yg ketika itu di bawah pemerintahan dinasti Bani Umayyah (41H/661M–131H/750M) dan dinasti Bani Abbasiyyah (131H/750M– 639H/1258M).

Tuan-puan yg membaca artikel sya ini harus ingat catatan sejarah yg sya paparkan ini bukan bertujuan utk menghukum mana2 pihak, tetapi sebagai catatan sejarah kpd peristiwa sebenarnya yg telah berlaku ketika itu 1000 tahun dahulu, jika ada mereka menyuruh kita membaca buku sejarah mereka, maka kita juga katakan kpd mereka, kenapa tidak mereka membaca sejarah buku sejarah pihak kita pula, itupun jika benar mereka mahu mencari keadilan. Kalau pada satu surah dan ayat mereka beriya2 benar mengambil text ulama Ahlus Sunnah sebagai hujah yg rajih, mengapa tidak pada ulama yg sama mereka tidak menerimanya? Dan jika satu hadith yg diriwayatkan oleh ulama kita dikatakan sahih, maka bagaimana pulak hadith riwayat dari ulama yg sama tidak pula dikatakan sahih? Inilah cara mereka memutarbelitkan fakta, apabila ayat al-Qur’an atau hadith itu bersesuaian dgn apa yg mereka pegang maka ayat atau hadith itu akan dijaja ke sana ke mari sebagai mengatakan apa yg mereka anuti itu benar. 90% drpd hadith Ahlus Sunnah semuanya tertolak, tetapi apabila ada satu yg bersesuaian dgn mereka lalu mereka kata yg itu benar dan sahih.

Mereka hanya pandai bersangka2 dgn hanya membaca sejarah dari satu pihak sahaja lalu beranggapan telah mengetahui seluruh sejarah perpecahan umat Islam. Harus dibacakan kesemuanya sekali, kemudian barulah dinilai dgn jujur pendekatan yg bagaimana harus diambil, bagi umat Islam adalah lebih selamat mengambil pendekatan bersangka baik terhadap semua pihak terutamanya kpd para Sahabat dan berdiam diri kpd perkara yg tidak diketahui, tanpa perlu menghina mana2 pihak.

Ini tidak pula bermakna kita bersetuju dgn kezaliman yg dilakukan di depan mata kita, walau dari pihak mana sekalipun.
  
Menurut riwayat drpd telahan beberapa buku sejarah dan kitab yg sempat diperolehi, maka diringkaskan sekadar utk maklumat sahaja, pada awal sejarahnya umat Islam yg mulai dilanda perselisihan, pertengkaran dan perpecahan bermula pada saat2 terakhir kekhalifahan Syaidina ‘Utsman bin ‘Affan radhiaLlahu’an iaitu lebih kurang pada tahun 4 Hijrah, ianya disusuli dgn begitu byk perang saudara yg sering berlaku, antaranya ialah:

Kekuatan Syaidatina ‘Aisyah, dgn dibantu oleh Thalhah (syahid Perang Jamal), Zubair ibn al-Awwam (syahid ditikam ketika sedang solat) radhiaLllahu‘anhum dgn kekuatan Amirul-Mukminin yg sedang memerintah ketika itu iaitu Syaidina ‘Ali bin Abi Talib karamaLlahu wajha. Perang saudara ini memuncak di Bashrah, yg dalam sejarahnya terkenal dgn nama ‘Waq’atul-Jamal’, disusuli kemudiannya pula dgn perang saudara yg tidak kurang hebatnya, iaitu perang ‘Shiffin’, iaitu antara kekuatan Amirul-Mukminin Syaidina ‘Ali karamaLlahu wajha’, dan kekuatan pemberontak di bawah pimpinan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Kemudian disusuli pula dgn perang yg hampir sama dahsyatnya di kawasan yg terkenal dgn nama ‘Bainan-Nahrain’ Iatu di sebuah daerah di Tigris dan Eferat (Dajlah wa al-Furat).

Perpecahan yg diakibatkan oleh perang saudara Bainan-Nahrain’ ini jauh lebih parah drpd yg diakibatkan oleh perang saudara yg sebelumnya. Dalam perang saudara ini kekuatan Syaidina ‘Ali karamaLlahu wajha’ sendiri terpecah menjadi dua. Sebahagian tetap setia kpdnya dan yg sebahagiannya lagi menolak mengikutinya dan akhirnya mereka juga memberontak dan memeranginya pula. Peristiwa perpecahan ini terkenal di dalam sejarah Islam dgn kemunculannya kaum ‘Khawarij’, yg dibawah pimpinan ‘Abdullah bin Wahb Ar-Rasiby.

Kemudian disusuli pula lagi dgn perang saudara antara Syaidina ‘Ali karamaLlahu wajha’ berusaha menumpaskan pemberontakan kaum Khawarij ini disebuah tempat bernama Nahrawand. Pada perang saudara yg ini juga berlakunya perpecahan sekali lagi dikalangan umat Islam dlm kumpulan Syaidina Ali karamaLlahu wajha’ juga lagi. Dalam perang di Nahrawand ini, kekuatan tentera Syaidina Ali karamaLlahu wajha’ berhasil juga akhirnya menghancurkan kekuatan tentera kaum Khawarij, susulan dari peristiwa ini maka terjadilah penentangan yg melampau sehingga membangkitkan isu kafir mengkafir terhadap Syaidina ‘Ali karamaLlahu wajha’sendiri walhal dahulunya mereka bersama dgnnya.

Tuan-puan jangan lupa sejarah tentang perintah Syaidina ‘Ali karamaLlahu wajha’ yg menghalau keluar satu kaum yg dinamakan as-Sabaiyyah ke sebuah perkampungan al-Madain. Peristiwa ini walaupun ada setengah pihak mengatakan ianya mitos ataupun tidak, menurut catatan sejarah peristiwa dihalau itu berlaku. Jika tidak masakan mereka dari  kaum itu boleh terus kekal berada di tempat yg sama seperti yg dikatakan sehingga sekarang.

Kita sedia maklum ketika kekalutan kekuatan tentera anti Bani Hashim yg sudah sedia ada sebelum kedatangan Islam, maka dgn kemenangan Syaidina ‘Ali karamaLlahu wajha’ itu membuat mereka semakin bertambah2 perasaan dendam mereka. Sedangkan dalam perang ‘Shiffin’ kekuatan Syaidina ‘Ali karamaLlahu wajha’ tidak teratur akibat pertengkaran dan pertikaian dalaman mengenai masalah ‘Tahkim bi Kitabillah‘(Penyelesaian secara damai berdasarkan KitabuLlah). Dalam peristiwa ini berlaku lagi perpecahan sesama mereka, disebabkan perpecahan demi perpecahan inilah maka dalam firqah Syiah sahaja terdapat berpuluh mazhab pecahan sesama mereka. Insya’Allah jika ada kelapangan saya akan paparkan satu persatu mazhab2 Syiah ini, dan fatwa2 antara sesama mereka.

Setelah tentera Syaidina ‘Ali karamaLlahu wajha’ berundur dan kembali ke Kufah, dan di sana Syaidina ‘Ali karamaLlahu wajha’ menjadi sasaran pembunuhan serangan hendap yg dilakukan oleh komplot puak Khawarij. Dan Syaidina ‘Ali karamaLlahu wajha’ akhirnya berjaya ditikam ketika sedang solat di tangan ‘Abdurrahman Muljam seorang Khawarij pada 19 Ramadhan dan syahid pada 21 Ramadhan 41H/661M. Dan kekhalifahannya diteruskan pula oleh puteranya, Syaidina Hasan radhiaLlahu’an, tetapi sisa-sisa kekuatan pendukung ayahnya ketika itu sudah semakin lemah dan parah akibat mengalami kemerosotan mental dan patah semangat serta perpecahan yg sering berlaku.  

Paling memburukkan lagi apabila berlaku pembelotan beberapa para Sahabat dan saudara-maranya sendiri ke pihak Mu’awiyah dgn maksud2 tertentu, peristiwa pembelotan ini berlaku termasuk di dalamnya ‘Ubaidillah bin al-‘Abbas (saudara Syaidina ‘Ali karamaLlahu wajha’ sendiri) yg Syaidina Hasan radhiaLlahu’an, angkatnya sebagai Panglima Perang! Dalam peristiwa ini puak yg masih setia dgn Syaidina Hasan yg majoritinya bukan ahlul-bait tetapi adalah penyokong yg bercampur2 dari bangsa Parsi dan beberapa puak di sekitar Baghdad telah mengkafirkan saudara (atau ahlul-bait) Syaidina Hasan sendiri.

Akibat dari pembelotan terakhir ini maka hilanglah keseimbangan kekuatan antara pasukan Syaidina Hasan radhiaLlahu’an dgn pasukan Mu’awiyah, dan akhirnya terpaksa diadakan perundingan secara damai antara kedua belah pihak. Dalam perundingan itu Syaidina Hasan radhianLlaha’an bersetuju menyerahkan tampuk kekhalifahan kerajaan Islam kpd Mu’awiyah dgn beberapa syarat tetapi tujuan utamanya adalah bagi mengelakkan lagi pertumpahan darah dan perpecahan sesama umat Islam, di sinilah berakhirnya kekhalifahan Ahlu-Bait RasuluLlah sallaLlahu alaihi wassallam.  

Bermulanya Zaman Pemberontakan
Maka secara rasminya seluruh kekuasaan dan kekuatan umat Islam serta dunia Islam jatuh ke tangan Mu’awiyah bin Abi Sufyan.dan mulai dari sinilah terputusnya pemerintahan Khulafa al-Rashidin dan bermulanya era kebangkitan kerajaan Empayar atau Daulah Bani Umayyah.

Dengan terlucutnya kekhalifahan dari tangan Ahlul-Bait, sebagaimana terlucutnya pemerintahan adil iaitu sehingga sekarang diperakui ianya adil dan seksama sehingga kekal dgn nama pemerintahan Khulafa al-Rashidin maka begitu jugalah terlucutnya keadilan Islam yg sebenar dan bermulalah zaman penghapusan, pembasmian, pengejaran dan pembunuhan terhadap anak-cucu cicit keturunan ahlul-bait dan pendukung-pendukungnya dari kalangan gabungan puak2 bangsa Parsi, yang dilancarkan oleh Daulat Bani Umayyah.

Untuk mempertahankan kekuasaan Daulah Bani Umayyah, gabenor2 yg duduk di bawah pemerintahan Mu’awiyah telah secara sengaja mengerahkan segala dana dan tenaga utk mengobarkan semangat kebencian, terhadap anak cucu cicit Syaidina ‘Ali karamaLlahu wajha’. Semua dari nasab ahlul-bait RasuluLlah sallaLlahu alaihi wassallam diragut hak2 asasi mereka, direndahkan martabat mereka, dilumpuhkan perniagaan mereka dan diancam keselamatan mereka, jika ada sesiapa berani menyanjung atau memuji Syaidina ‘Ali karamaLlahu wajha’ dan tidak mahu tunduk kpd pemerintahan Bani Umayyah. Kita tidak menafikan peristiwa ini berlaku terhadap anak cucu cicit Baginda RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam. Kita tidak menambah dan kita juga tidak membuangkan fakta sejarahnya dan memang benar mangsa utamanya adalah terhadap kaum Parsi yg dari saat itu terus menerus banyak memberi sokongan ketenteraan terhadap pemberontakan menentang kerajaan Mu’awiyah.
  
Justrunya, akibat dari pemberontakan yg tidak putus2 ini walaupun secara kecil2an maka berlakulah arahan dan perintah dari para penguasa pada ketika itu untuk mencaci maki, melaknat Syaidina ‘Ali karamaLlahu wajha’ sehingga ianya menjadi perkara biasa sahaja, contohnya terdapat satu hadith yg diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Tirmidzi dari Sa’ad Ibnu Waqqash yg mengatakan:

“Ketika Mu’awiyah menyuruh aku untuk menghina Abu Thurab [nama julukan Syaidina ‘Ali ra], maka aku katakan kepadanya; “Ada pun jika aku sebutkan kepadamu tiga perkara yang pernah diucapkan oleh RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam untuknya [Syaidina ‘Ali ra], maka sekali-kali aku tidak akan mencacinya. Jika salah satu dari tiga perkara itu aku miliki, maka hal itu lebih aku senangi dari pada unta yang bagus.

Yang pertama: Ketika RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam meninggalkannya [Syaidina ‘Ali ra] di dalam salah satu peperangannya, maka ia [Syaidina ‘Ali ra] berkata; ‘Wahai RasuluLlah, mengapa engkau tinggalkan aku bersama kaum wanita dan anak-anak kecil?”.

Pada waktu itu aku (Sa’ad Ibnu Abi Waqqash) mendengar RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam bersabda; “Apakah engkau tidak cukup puas jika engkau disisiku seperti Harun disisi Musa? hanya sahaja tidak ada kenabiyan sepeninggalku.
(Hadith riwayat Imam Bukhari, Muslim, Tirmidzi)

Yang kedua: Dan aku pun mendengar Baginda sallaLlahu’alaihi wassallam bersabda pada hari Khaibar; ‘Aku akan berikan panji-panji ini pada seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan ia pun dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya’. Pada waktu itu kami sama2 penuh berharap (agar dipilih oleh Nabiy sallaLlahu’alaihi wassallam), tetapi Baginda sallaLlahu’alaihi wassallam bersabda; ‘Panggilkan ‘Ali kepadaku’! ‘Ali radhiaLlahu’an dihadapkan kepada Baginda sallaLlahu’alaihi wassallam yg ia [Syaidina Ali r.a.] sedang sakit kedua matanya lalu Nabiy sallaLlahu’alaihi wassallam meludah pada mata ‘Ali kemudian Baginda sallaLlahu’alaihi wassallam memberikan panji-panji perang kepadanya sehingga Allah Subhanawa Ta’ala memberikan kemenangan kepadanya.
(Sahih Bukhari jilid 4 hal.30/207)

Yang ketiga: Ketika Allah Subhanawa Ta’ala menurunkan ayat “Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu... ayat Mubahalah Ali-Imran: ayat.6 maka RasuluLlah sallaLlahu alaihi wasallam memanggil ‘Ali, Fathimah, Hasan dan Husein radhiaLlahu’anhum, kemudian Baginda sallaLlahu alaihi wasallam berdoa: ‘Ya Allah, mereka adalah keluargaku’.

Dalam kitab yang sama pada halaman 708 dikemukakan sebuah hadith diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Sahal Ibnu Sa’ad ra yang mengatakan:

“Ketika kota Madinah dipimpin oleh seorang dari keluarga Marwan (nama penuhnya Marwan Ibnu Hakam), maka pemerintah memanggil Sahal Ibnu Sa’ad dan menyuruhnya untuk menghina Syaidina ‘Ali. Ketika Sahal tidak mahu melakukannya, maka pemerintah berkata kepadanya; ‘Jika engkau tidak mahu mencaci-maki ‘Ali, maka katakan semoga Allah Swt mengutuk Abu Thurab’. Kata Sahal; ‘Bagi ‘Ali tidak ada suatu nama yang disenangi lebih dari pada nama Abu Thurab (panggilan yg diberi oleh RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam kpd Syaidina ‘Ali ra), dan Syaidina Ali amat bergembira jika dipanggil dgn nama tersebut…sampai akhir hadith”.

Dan masih banyak lagi riwayat tentang pelaknatan, pencacian terhadap Syaidina ‘Ali r.a. dan penyiksaan terhadap para pencinta ahlul-bait yg tidak sya letakkan kerana terlalu panjang dan berjela-jela terutamanya dalam teks2 kitab Syiah itu sendiri sehingga ada yg keterlaluan seperti kata Sdr. Aizen, mustahil Syaidina Ali membakar Abdullah ibn Saba, maka dalam kitab itu juga agak keterlaluan banyak menyebut tentang Mu’awiyah membakar pengikut Syiah, yg peliknya bukan ahlul-bait yg kena bakar tetapi pengikut Syiah. Terpulanglah kpd tuan-puan samada mahu mempercayainya atau tidak, saya cuma menyalin apa yg sudah tersalin.

Keadaan seperti ini berlangsung selama mana masa2 pemerintahan Bani Umayyah, ianya berlarutan lebih kurang satu abad lamanya, namun begitu ketika pemerintahan di bawah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz radhiaLlahu’an dan ini diperakui sendiri oleh mana pihak samada dipihak Syiah maupun dipihak Wahabi, keadaan menjadi tenang seketika. Tuan-puan boleh dapatkan maklumat dan baca sendiri siapa ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, namun begitu tetap seperti biasa tanpa perlu diduga masih ada tangan2 jahat yg ingin mendustakan sejarah dgn mendakwa ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz (m.101H/721M) juga sezalim pemerintah yg sebelumnya. Kejatuhan pemerintahan Bani Umayyah yg dirampas oleh Bani ‘Abbas dgn cara kekerasan juga tidak menyebabkan terhentinya gerakan ‘anti Ali dan anak-cucu keturunannya’. Ianya terus menerus berterusan selama mana tampuk pemerintahan Bani ‘Abassiyyah itu pula, keadaan ini jauh lebih lama lagi iaitu selama lebih dari empat abad iaitu dari tahun 131H/750M –  639H/1258M.

Dengan adanya perpecahan politik, peperangan sesama sendiri seperti yg telah saya sebutkan di atas sehinggalah runtuhnya kerajaan Bani ‘Abbasiyyah, kemudian diganti seketika oleh kerajaan Syiah dahulunya dikenali juga dgn panggilan al-Rafidhah, maka muncullah empayar Bani Fatimiyyah yg lebih byk menguasai bahagian Afrika Utara dari tahun 911M – 1171M dan hanya berjaya menguasai Mesir sesudah 969M dan penyudahnya Daulah Bani Fatimiyyah ini juga akhirnya jatuh runtuh pada tahun 1171M dan saki-bakinya kembali berundur ke tempat asal mereka iaitu tempat yg Syaidina Ali pernah halau mereka keluar dahulunya.

Keadaan kekalutan dalam dunia Islam ini bukan hanya menyebabkan berlakunya kacau bilau dalam jamaah dan ummah, tetapi juga berlarutan sehingga kepada bercelarunya hukum-hakam yg mengakibatkan kerosakan terhadap ajaran Allah Swt dan Rasul-Nya.

Berbagai2 firqah muncul sepanjang dan setiap kali berlakunya perang saudara ini dgn kehadiran berbagai pandangan, pemikiran dan aliran serta fahaman yg jauh semakin sesat. Hampir semuanya tidak dapat lari dari pengaruh politik yang menguasai penciptanya. Yang satu menciptakan ajaran2 tambahan dalam firqahnya utk lebih memantapkan semangat para pengikutnya dalam usaha utk menghadapi lawan. Yang lain pun begitu juga, masing2 menafsirkan dan menta’wilkan nash2 al-Qur’an dan Sunnah Nabiy sallaLlahu’alaihi wassallam mengikut keselesaan dan keadaan semasa, matlamatnya adalah agar ianya bersesuaian dgn prinsip pandangan mereka masing2 selain itu ada juga bertujuan utk membakar semangat para pengikutnya dalam menghadapi pihak lain yang dipandang sebagai musuh utama, walhal musuh utama umat Islam ialah kaum kafirun, iaitu Yahudi dan Nasara.

Dan tidak kurang kalutnya juga timbulnya berbagai masalah dalaman dari dalam firqah masing2, sehingga perpecahan umat Islam kpd firqah2 dan kemudian kepada mazhab2 berlarutan dari Andalusia hingga ke lembah Indus. Yg kita bicarakan di sini adalah berkenaan perpecahan dari segi aqidah bukan dalam perkara feqah.

Permusuhan tiga pihak seperti yg saya sebutkan di atas tadi itulah yg secara asasnya membentuk pandangan umat Islam terhadap ahlul-bait RasuluLlah sallaLlahu alaihi wassallam. Selama berkurun lamanya mulai dari zaman pemerintahan Bani Umayyah bertukar tangan kepada Bani ‘Abasiyyah lebih2 lagi semasa pemerintahan Bani Umayyah sukar sekali utk kita bayangkan adanya kebebasaan dan keleluasaan menuturkan hadith2 RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam tentang ahlul-bait, apalagi dalam memperkatakan tentang keadilan yg dilakukan oleh Amirul Mukminin Syaidina ‘Ali bin Abi Thalib karamaLlhu wajha pada waktu itu.

Ramai dikalangan tokoh2 ulama dalam masyarakat pada masa itu terpaksa menyembunyikan hadith2 Nabiy sallaLlahu’alaihi wassallam yang berkaitan dengan ahlul-bait dgn tidak meriwayatkannya, iaitu berkenaan Syaidina ‘Ali, Hasan, Husein ra dan anak cucu cicit mereka. Ada sebahagian dari mereka yang sengaja melakukan dgn maksud politik untuk ‘mengubur’ nama2 keturunan RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam, tetapi ramai juga yg menyembunyikan hadith2 itu hanya dengan maksud membatasi pembicaraannya secara tersembunyi termasuk dikalangan pengikut setia Ahlus Sunnah wal Jamaah, demi keselamatan dirinya masing2, dan tidak kurang juga yg berani bersuara seperti beberapa para Sahabat, para Tabi’in, para Tabi’it-Tabi’in antaranya termasuk Imam Hasan al-Basri yg menolak jemputan penguasa ketika itu kerana tidak mahu terbabit, antara catatan sejarah menceritakan tentangnya:

“Sebagaimana beliau terkenal dgn pidato dan pencapaian ‘ilmiahnya beliau juga terkenal dgn keberanian dan ketegasannya menuntut yg haq. Beliau menzahirkan penentangannya terhadap Yazid II, nama penuhnya Yazid ibn ‘Abd al-Malik memerintah dari tahun 720M – 724M.

Suatu hari beliau dipanggil mengadap penguasa Yazid II, apabila beliau ditanya pendapatnya tentang dua org pemberontak , Yazid ibn al-Muhallab dan Ibn al-Ash’ath. Hasan al-Basri menjawab; “Jangan menyokong mana-mana pihak.” Dgn bingkas bangun seorang bangsa Syams lalu mengajukan soalan; “Sekalipun yg menyokong Amirul Mukminin?” dengan marah Hasan al-Basri menjawab; “Ya, sekalipun yg menyokong Amirul Mukminin.” Dan ketika zaman pemerintahan Hajjaj ibn Yusuf yg terkenal akan kekejamannya, kehadiran Hajjaj tidak sedikitpun menjejaskan dakwah Hasan al-Basri drpd berkata perkara yg haq.” Beliau terus kekal menyampai dakwahnya di Masjidil Haram, dan sehingga he hari sanad ilmunya bersambungan disampaikan oleh para ulama Ahlus Sunnah dari satu generasi ke satu generasi sehingga ke hari ini.”

“Imam Malik juga tidak kurang hebatnya menolak dari menyebelahi mana2 pihak, lebih ketara lagi dgn ketegasan Imam Ahmad bin Hanbal pelupor mazhab Hanbali dlm ilmu feqah, beliau yg dihukum penjara dan disiksa oleh kerajaan Bani Abbasiyyah yg ketika itu mengikut fahaman Mu’tazilah, bukan bermakna di sini Imam Ahmad itu menyokong  Syiah atau al-Rafidhah, tetapi beliau bercakap perkara yg haq yg benar dan betul iaitu mempertahankan aqidah Ahlus Sunnah wal-Jamaah yg beriktiqad bahawa al-Qur’an itu adalah Kalam Allah Subhanawa Ta’ala bukannya makhluk seperti paksaan yg dikenakan ke atasnya oleh puak Mu’tazilah, dan beberapa lagi ulama lain yg menentang pemerintah ketika itu apabila berlakunya kezaliman.”

Ygang hendak disampaikan di sini ialah jangan kata tidak ada langsung dari golongan Ahlus Sunnah wal-Jamaah yg bangun melawan pemerintah, tetapi ianya bukanlah dalam bentuk ketenteraan, penentangnya lebih kpd beberapa syeikh bersama para murid2nya dan beberapa ulama yg melawan secara individu. Dan ramai lagi kalau hendak dicatatkan semuanya maka berjela-jelalah artikel ini, insya’Allah di lain artikel akan diusahakan mengenengahkan ulama dari golongan Ahlus Sunnah wal-Jamaah yang bersama dgn ahlul-bait.

Kecelaruan Hadith
Dalam pada itu tentang kekalutan perpecahan ini maka ada pula yg jauh lebih berani lagi dan lebih buruk lagi apabila mengubah dan mengganti kalimat hadith dari sumber aslinya (iaitu ucapan RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam atau ucapan keluarga Baginda sallaLlahu’alaihi wassallam). Kita ambil contoh sebuah hadith iaitu Hadith Al-Kisa. Sumber pertama/aslinya hadith ini diriwayatkan oleh isteri Baginda sallaLlahu’alaihi wassallam sendiri yg bernama Ummu Salamah ra.. Ia menuturkan peristiwanya atas dasar kesaksiannya sendiri sebagai berikut:

“Pada suatu hari RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam berada di tempat kediamanku bersama ‘Ali, Fatimah, Hasan dan Husein. Mereka ku buatkan khuzairah (makanan terbuat dari tepung gandum dan daging). Setelah selesai makan mereka tidur, kemudian RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam menyelimuti mereka dgn Kisa (jenis pakaian yang lebar) atau qathifah (semacam kain halus). Beliau lalu berdoa: “Ya Allah, mereka itulah ahlu-baitku, hilangkanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya”. (Hadith riwayat Ath-Thabari di dalam ‘Tafsir-nya’).

Kata2 Ummu Salamah radhiyaLlahu’anhuma itu diriwayatkan juga melalui sumber2 lainnya dgn beberapa perubahan kalimat dan tambahan pada bahagian terakhir kalimat (iaitu setelah akhir kalimat ‘mereka sesuci-sucinya’), contohnya seperti berikut:

“Ketika itu Ummu Salamah bertanya:‘Apakah aku tidak termasuk mereka’? RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam menjawab: ‘Engkau berada dalam kebajikan’.”

Ada pula hadith yg sama dgn tambahan pada bahagian akhir kalimat seperti berikut:

“Ummu Salamah r.a. bertanya: ‘Aku, ya RasuluLlah, apakah aku tidak termasuk ahlul-bait’? RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam menjawab: ‘Engkau beroleh kebajikan, engkau termasuk isteri-isteri Nabiy’.

Hadith yg sama melalui sumber yg lain lagi dgn tambahan kalimat terakhir:

“Ummu Salamah berkata: ‘Ya RasuluLlah, masukkan aku bersama mereka’. RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam menjawab: ‘Engkau termasuk ahliku (ahlu-baitku)’.”

Hadith yg lain pula dgn tambahan kalimat terakhirnya seperti berikut:

“Ummu Salamah bertanya: ‘Apakah aku bersama mereka?’ RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam menjawab: ‘Engkau berada ditempatmu, engkau berada dalam kebajikan’.

Dan dari kumpulan hadith yg sama tetapi agak panjang sedikit, dgn tambahan kalimat terakhir seperti berikut:

“Ummu Salamah bertanya: ‘Ya RasuluLlah, dan aku’? Demi Allah, Baginda sallaLlahu’alaihi wassallam tidak menjawab; ‘Ya’. Baginda sallaLlahu’alaihi wassallam menjawab: ‘Engkau beroleh kebajikan’.

Demikianlah kita mengetahui dgn jelas, hadith2 di atas ada kesamaan dalam menyebutkan Syaidina ‘Ali, Fatimah az-Zahra, Hasan dan Husein r.a. sebagai ahlu-bait RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam. Akan tetapi dalam “apakah Ummu Salamah (isteri Nabiy sallaLlahu’alaihi wassallam) termasuk ahlu-bait RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam” tidak terdapat kesamaan! Ada yang akhir kalimatnya menyatakan, ‘Engkau berada dalam kebajikan’; ada yang menyatakan, ‘Engkau dalam kebajikan, engkau termasuk isteri-isteri Nabiy sallaLlahu’alaihi wassallam.’; ada pula lagi yg menyatakan; ‘Engkau termasuk ahliku (ahlu-baitku)’; ada pula yg menyatakan; ‘Engkau berada di tempatmu, engkau berada dalam kebajikan’; dan ada yang menyatakan; ‘Engkau beroleh kebajikan’. (sila lihat Tafsir ath-Thabari jilid XXII; 5,6,7,8 dan Tuhfatul-Ahwadzi jilid IX; 66 – ath-Thabari ialah ulama Ahlus Sunnah wal-Jamaah, beliau tidak mengurangkan atau menambah hadith yg beliau perolehi, dan beliau letakkan kesemuanya sekali, tidak seperti setengah pihak yg sengaja mengada2kan hadith yg tidak ada. Insya’Allah kita akan bincangkan pada artikel yg lain, saya akan paparkan hadith2 yg dikatakan sahih oleh mereka tanpa sanad dan terang2an terputus perawinya.)

Perbezaan dalam kedudukan isteri2 Nabiy sallaLlahu’alaihi wassallam Ummu Salamah r.a. yang diriwayatkan oleh hadith di atas masih tidak menampakkan kekalutan dalam penerimaannya, ini disebabkan walaubagaimana pun juga para isteri Nabiy sallaLlahu’alaihi wassallam adalah termasuk keluarga Baginda sallaLlahu’alaihi wassallam, soal layak atau tidak disebut ‘ahlul-bait’ itu terpulang kpd hujah masing2 yg jelas para isteri Nabiy tetap isteri Nabiy sallaLlahu’alaihi wassallam, dan kita harus menghormati mereka kerana mereka telah ditakdirkan oleh Allah Subhanawa Ta’ala untuk menjadi isteri Nabiy sallaLlahu’alaihi wassallam.

Yang sangat mengejutkan ialah hadith dari peristiwa yg sama yang memasukkan nama orang lain ke dalam ahlu-bait RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam.!! Marilah kita teliti hadith berikut di bawah ini:

“Abu ‘Ammar berkata: ‘Aku duduk di rumah Watsilah bin Al-Asqa bersama beberapa orang lain yang sedang membicarakan ‘Ali radhiyaLlahu’an dan mengecamnya. Ketika mereka berdiri (hendak meninggalkan tempat) Watsilah segera berkata: ‘Duduklah, kalian hendak ku beritahu tentang orang yang kalian kecam itu’ (Syaidina ‘Ali r.a.). Disaat aku sedang berada di kediaman RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam datanglah ‘Ali, Fatimah, Hasan dan Husein. Beliau kemudian melemparkan Kisa’nya (jenis pakaian yang lebar) kepada mereka seraya bersabda: ‘Ya Allah, mereka ini ahlul-baitku. Ya Allah, hapuskanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya’. Aku (Watsilah) bertanya: ‘Ya RasuluLlah, bagaimanakah diriku’? Beliau menjawab: ‘Dan engkau’! Watsilah bin Al-Asqa’ melanjutkan kata-katanya: ‘Demi Allah, bagiku peristiwa itu merupakan kejadian yang sangat meyakinkan’”. (Hadith ini tercantum dalam Tafsir ath-Thabari jilid XXII: 6, iaitu hadith dari Abu Nu’aim al-Fadhl bin Dakkain. Ia menerimanya dari ‘Abdussalam bin Harb ‘Abdussalam menerimanya dari Kaltsum al-Muharibi yang menerimanya dari Abu ‘Ammar).

Dari semua hadith yg tersebut di atas yang seakan sama tetapi berbeza dari segi lafaznya pada akhir hadith itu, dapat dimengertikan bahawa adanya tiga maksud yang hendak disampaikan oleh para perawinya:

Pertama: Para perawi semua sepakat bahawa Syaidina ‘Ali, Siti Fatimah, Hasan dan Husein [r.a.] adalah ahlul-bait RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam.

Kedua: Diantara para perawi tersebut ada yang memasukkan isteri Nabiy sallaLlahu’alaihi wassallam ke dalam ahlul-bait RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam dan ada yang tidak.

Ketiga: Ada pula diantara para perawi yang hendak memasukkan orang lain (pengikut Nabiy sallaLlahu’alaihi wassallam) ke dalam pengertian ‘ahlul-bait’. (mengenai makna ahlul-bait sila baca halaman selanjutnya)

Periwayatan para perawi yang berbeza2 ini dari peristiwa/kejadian yang sama itu menunjukkan dgn jelas, bahawa “kelainan tidak terletak pada peristiwanya, melainkan pada orang2 yang meriwayatkannya (para perawi)”. Samada kita sedar atau tidak, masing2 terpengaruh dgn suasana persilangan sikap dan pendapat akibat pertikaian politik di masa lalu dan permusuhan yg berpanjangan di antara sesama umat Islam. Kenyataan yang memprihatinkan itu mudah dimengertikan, kerana menurut riwayat pencatatan hadith baru dimulai pada tahun 160 Hijriah, iaitu setelah keruntuhan kekuasaan Daulah Bani Umayyah dan pada masa pertumbuhan kekuasaan Daulah Bani ‘Abbasiyyah.

Masalah hadith merupakan masalah yg sgt pelik dan rumit. Kepelikan dan kerumitannya bukan pada hadith itu sendiri, melainkan pada penelitian tentang kebenarannya. Identitas para perawi sangat menentukan, apakah hadith yang diberitakan itu dapat dipandang benar atau tidak. Untuk meyakini kebenaran hadith2 RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam, ada sebahagian mereka dari keturunan ahlul-bait Nabiy sallaLlahu’alaihi wassallam, dan para pengikutnya menempuh jalan yang dipandang termudah iaitu dgn menerima dan meyakini kebenaran hadith2 yang diberitakan oleh mereka yg dari kalangan ahlul-bait sendiri sahaja.

Cara demikian ini dapat difahami, kerana bagaimana pun juga mereka yg dari kalangan ahlul-bait pasti lebih mengetahui peri kehidupan RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam, mereka ini lebih menyedari kewajiban menjaga kemuliaan martabat dan kedudukannya di tengah kaum muslimin. Mereka ini tinggal sebumbung dengan Baginda sallaLlahu’alaihi wassallam, sejak dari kecil sehingga dewasa. Mereka ini adalah kalangan yg langsung berada di bawah asuhan RasuluLlah sallaLlahu’alaihi wassallam., langsung beroleh pendidikan dan pengajaran dari Baginda sallaLlahu’alaihi wassallam. Kita tidak menghadapi kesukaran utk membayangkan bagaimana hasil asuhan, pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh seorang Sayyidul-Anbiya wal Mursalin Muhammad sallaLlahu’alaihi wassallam.

Categories

Abu Bakr (Ruben) (1) Abu Nadjih bin Abasah Assulamy r.a. (1) Abu Talhah (1) Acai Berry (1) adab (6) adab islami (1) Agama Hindu (1) ahli hikmah (1) ahlul bait (1) Aidid Mu'addib (1) Aidilfitri (2) Aisyah binti Abu Bakar RA (1) ajar anak (1) Ajaran Syiah (2) akhlak (3) Al Fatihah (1) Al Ghaist (1) Al Hariths Al Muhasibi (1) Al-Jassasah (1) Al-Quran (1) alam (1) amalan (1) Anas Bin Malik (1) Ancaman Besar (1) As-Syamail Muhammadiyyah (1) Asyura (1) aurat (1) ayat seribu dinar (1) Badr (1) bahagia (1) bakhil (1) Bani Umayyah (1) bank rakyat (1) bergurau (1) Beri Acai (1) biola (1) blacklisted loans (1) buta (1) caci (1) cahaya (1) cela (1) cerita (1) cinta (5) cinta sejati (1) Dahri (1) Dajjal (2) doa (2) doa keluar rumah (1) duduk (1) falsafah Melayu (1) fasik (1) fiqh (1) fitnah (2) gaza (1) Ghibah (1) Habib Umar (1) hadis (21) hairan (1) haji (2) halal haram (2) halaqah (1) hari raya (1) harta (1) Hasan Al-Banna (1) http://ibnuyaacob.com (1) hukum (1) Human Touch Consultant (1) huraian (1) ibadah (1) Ibnu Mas'ud (1) ibu (3) ijtihad (1) ikhlas (2) ilmu (3) Imam Abu Hanifah (1) Imam Bukhari (1) Imam Hammad bin Abi Sulaiman Al-Asy’ari (1) Imam Ibnu Al-Jazari (1) Imam Ibnu Hajar (1) israk mi'raj (1) isteri (1) istidraj (1) istigfar (1) Istikharah (1) jana duit (1) jati diri (1) Jibril (2) kacang (1) kartini (1) kasih sayang (2) kata-kata hikmah (1) kaya (1) kebersihan (1) kejadian manusia (1) kekasih (1) Kelahiran Nabi Junjungan (3) kelebihan (1) keledai (1) keluarga (1) kenyang (1) kesopanan (1) Khadijah (1) Khairu Ummah (1) Khalifah Umar bin Abd al Aziz (1) khatamun nubuwwah (1) khilafah (1) kiamat (1) kikir (1) kisah (2) koperasi (1) kulit (1) LAMAN ASNAF PERMATA HATIKU (LIMPAH) (1) langit dan Bumi (1) lapar (1) Laut Yaman (1) lumayan (1) Luqmanul Hakim (1) maaf (1) madrasah (1) mahar (1) makan (2) makanan (1) Makkah (1) malaikat (1) masjid (1) masuk Islam (1) mati (1) mayat (1) mehnah (1) meja kayu (1) Melayu (1) membaca Al-Qur'an (1) menangis (1) menghulur sumbangan (1) menguap (1) menuntut ilmu (1) mimpi Nabi (1) miskin (1) Misykat (1) MLM (1) Muhammad saw (2) Muharram (1) muqarrobin (1) murah rezeki (2) muslimah (1) Nabi Ibrahim as (1) Nabi Muhammad s.a.w. (1) Nabi Musa as (1) nasihat (4) nikah (1) nikmat (1) panduan (1) pasangan hidup (1) pelaburan (1) pelajaran (1) pemaaf (1) penampilan (1) pengajian (1) pengemis (2) pengetahuan penting (1) pengurusan diri (1) pengurusna masa (1) penyakit hati (1) Perang Muslimin Versus Yahudi (1) perbaiki diri (1) perempuan (1) peringatan (1) perjalanan (1) Perjanjian Hudaibiyah (1) perkara tak manfaat (1) persinggahan (1) personal loans (1) pinjaman (1) pinjaman modal (1) Prof Dr Ahmad Syalabi (1) puasa (1) Qarnuts-Tsa'alib (1) qawa'id fiqhiyyah (1) Qiraat (1) Quran (1) qurban (2) Ramadhan (1) rantaian email (1) Rasulullah (13) rawatan (1) rawatan percuma (1) RED DEAD (1) rezeki (1) riak (1) riwayat (1) riya' (2) riyak (1) rumah (1) rumahtangga (1) Ruqyah Syar'iyyah (1) sahabat (2) Sahih Bukhari (1) Saidina Ali (1) Saidina Umar (1) Salafussoleh (1) Samiri (2) sedekah (1) sederhana (1) Sejarah (1) Selamatkan diri dari kebodohan (1) selawat (3) senarai produk haram (1) setekah wafat (1) Sheikh ‘Ali Jumaah (1) Sheikh Usamah As-Sayyid Al-Azhari (1) siddiqin (1) sikap (1) Sirah an-Nabawiyyah (1) Siti Aisyah r.a. (1) skandal melayu (1) solat (5) solat dalam kenderaan (1) Solat Jumaat (1) Solat sunat (1) solat yang diterima (1) solehah (2) solehin (1) sunnah (5) surah (1) Surah Al-Ikhlas (1) Surah Al-Kahfi (1) surah pendek (1) syair (1) syaqq (1) Syeikh Nuruddin Marbu Al Banjari (1) syukur (1) tabarruk (1) Tafsir Ya Sin (1) tahajjud (1) Tamak (1) tasawuf (2) tawadhu’ (1) tawaduk (1) tawaf (1) teknik kekal fokus (1) teknik mengingat (1) teman (1) Teratai (1) tidur (3) Tip mengurangkan tekanan (1) tudung (1) Umar Bin Abdul Aziz (2) Umm Sulaym (1) ummu (1) umpat (1) usahawan (1) video (1) wanita (5) wudhu (2) wuduk (1) www.akhirzaman.info/ (1) Yahudi (2) YouTube (1) zakat (1) zikir (2) zikir selepas solat (1) zulhijjah (1)

Senarai Update