Lebaran
tidaklah sama dengan natal, ia sangat jelas tertulis dalam quran dan
banyak disokong oleh hadis yang menceritakan pengalaman rasul dan
sahabat dalam merayakannya.
Dasar merayakan lebaran idul fitri dalam quran:
".......Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan
Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur." (al-baqarah 185).
Hadis-hadis yang terkait dengan perayaan idul fitri ada banyak sekali, kami kutipkan beberapa darinya
Dari
Abi Hurairah (ia berkata), sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam telah bersabda. "Shaum/puasa itu ialah pada hari kamu berpuasa,
dan (Idul) Fithri itu ialah pada hari KAMU BERBUKA. Dan (Idul) Adha
(yakni hari raya menyembelih hewan-hewan korban) itu ialah pada hari
kamu menyembelih hewan". (SHAHIH. Dikeluarkan oleh Imam-imam : Tirmidzi
No. 693, Abu Dawud No. 2324, Ibnu Majah No. 1660)
"Jabir
ra. Berkata : Rasulullah SAW datang ke Madinah, sedangkan bagi penduduk
Madinah ada dua hari yang mereka ( bermain-main padanya dan
merayakannya dengan berbagai permainan). Maka Rasulullah SAW bertanya : "
Apakah hari yang dua ini ? " Penduduk Madinah menjawab : " Adalah kami
dimasa jahiliyah bergembira ria padanya ". Kemudian Rasulullah bersabda :
" Allah telah menukar dua hari itu dengan yang lebih baik yaitu
Idul Adha dan Idul Fithri ". (HR Abu Dawud)
"Dahulu
kalian memiliki dua hari raya, dimana kalian bermain bersuka ria,
kini Allah telah menggantikan keduanya dengan hari raya yang lebih baik,
itulah hari raya 'idul-fithri dan 'idul adhha" (HR Nasai)
Bagaimana dengan kegiatan yang menampakkan suka cita pada hari lebaran?
Apabila
yang demikian dilakukan pada 'idul fitri/ 'idul adha maka boleh selama
dalam batasan-batasan syari'at. Seperti bersuka cita dengan
hidangan makan dan minum sebagaimana sabda Nabi (yang artinya) :
“Hari-hari Tasyrik adalah hari hari makan dan minum serta dzikrulloh."
Yaitu 3 hari setelah 'idul adha menikmati nikmat Allah azza wa jalla.
Demikian juga 'idul fitri selama dalam batasan batasan syar'i.
Memakai Pakaian yang Bagus dan Berhias dengannya
Diantara bentuk kegembiraan seorang muslim, dia mempersiapkan dan memakai pakaian baru di hari raya idul Fitri dan idul Adha
Ibnu
Qayyim berkata: "Rasulullah ` memakai pakaian terbagus yang beliau
miliki ketika akan pergi melaksakan shalat 'idul fithri dan 'idul adhha,
beliau memiliki baju khusus untuk hari raya" (Zadul Ma'ad:1/425).
Imam
Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Amara ia berkata: "Ummar
membawa baju kurung terbuat dari sutra tebal yang dijual di pasar, lalu
ia mendatangi Rasulullah dan berkata kepadanya: "Ya, Rasulullah belilah
baju ini untuk berhias pada hari raya dan menyambut para tamu"
Rasulullah menjawab: "Baju ini adalah milik orang yang tidak mendapatkan
bagiannya di akhirat kelak" Ummar lalu terdiam dalam beberapa lama
sampai Rasulullah mengirimkan kepadanya baju kurung terbuat dari sutra
pula, Ummar lalu membawa baju ini kepada Rasulullah dan berkata: "Wahai
Rasulullah engkau mengatakan bahwa baju ini adalah milik orang yang tak
mendapat bagiannya di akhirat kelak, dan sekarang engkau kirimkan kepada
saya baju ini?" Rasulullah menjawab: "Baju ini engkau jual dan uangnya
engkau gunakan untuk membeli kebutuhanmu" (HR. Bukhari). Rasulullah
tidak mengingkari mengenakan pakaian indah untuk berhari raya, namun
yang beliau ingkari adalah memakai baju terbuat dari sutra.
Sedang dasar pelaksaan lebaran idul adha ayatnya yang bisa dibaca yaitu di surrah assyaffat ayat 99-110.
Silahkan ditambahkan bila ada ditemui kekurangan dalam artikel ini