Thursday, August 16, 2012

Antara Adab-adab Penuntut Ilmu

Antara Adab-adab Penuntut Ilmu dari penulisan Syeikh Nuruddin Marbu Al Banjari dalam Makanat al Ilm wa al 'Ulama wa Adab Tolib al Ilm :

Berkata Imam al Khatib semoga Allah Ta'ala merahmatinya :

Hendaklah penuntut ilmu itu menjauhi bermain dan kerja yang sia-sia, silih berganti ketawa, terbahak-bahak, melakukan perkara-perkara ganjil dan selalu bergurau. Adapun ketawa yang sedikit adalah dibenarkan asalkan tidak keluar dari batasan adab dan tatacara menuntut ilmu. Dan banyak ketawa serta bergurau ini boleh mencacatkan kedudukan seseorang dan boleh menghilangkan maruahnya.

Kata Imam Malik, semoga Allah Ta'ala merahmatinya :

Sesungguhnya adalah menjadi satu kemestian ke atas penuntut ilmu itu bersifat sopan dan tetap pendirian, tenang, takut kepada Allah dan mengikuti jejak langkah ulama sebelumnya.

Kata Imam Nawawi di dalam al Tibyan :

Dan seharusnya penuntut itu juga dapat beradab bersama kawan-kawannya dan orang-orang yang menghadiri majlis syeikhnya kerana yang demikian ini juga bermakna beradab bersama syeikhnya, memelihara majlisnya, duduk di hadapan syeikhnya dengan duduk sebagai murid bukan sebagai guru.

Tidak mengangkat suara yang berlebihan tanpa hajat, tidak ketawa, tidak banyak bercakap tanpa hajat, tidak bermain-main dengan tangannya atau dengan yang lainnya. tidak menoleh ke kanan dan ke kiri tanpa hajat, bahkan hendaklah menghadap dengan tekun ke arah syeikhnya serta menumpukan pendengarannya dan tidak bertanya kepada syeikhnya sesuatu yang bukan pada tempatnya kecuali dia meyakini syeikhnya tidak akan membencinya.

Thursday, August 9, 2012

Penjagaan Dan Kasih Sayang ALLAH SWT Kepada Rasul SAW

MAWLEED.com
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ، وَلَنْ يُضَيِّعَنِي اللَّهُ أَبَدًا
(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah saw :
“Sungguh Aku Rasulullah (utusan Allah), dan tidak akan Allah membiarkanku dan mengecewakanku selama-lamanya(abadi penjagaan dan perhatian kasih sayang Allah swt padaku selamanya) ” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ وَاْلحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجمَعِ اْلكَرِيْمِ وَاْلحَمْدُلِلهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِيْ هَذِهِ الْجَلْسَةِ اْلعَظِيْمَةِ…

Limpahan puji ke hadirat Allah SWT, Yang maha mengumpulkan ruh jdan jiwa dalam keluhuran yang abadi, Yang maha mengundang hamba-hambaNya kepada cahaya keluhuran, sebagaimana Firman Allah SWT :

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ( البقرة : 186

“ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku“. ( QS. Al Baqarah : 186 )

Jika seorang hamba berdoa kepada Allah, maka Allah jawab dengan jawaban yang lebih agung dari setiap doa hambaNya, setiap kali hamba meminta kepada Allah maka berlimpah anugerah beribu kali lebih besar daripada permintaan hambaNya, demikian sang maha dermawan dan maha luhur .

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..

MAWLEED.com
Di bulan mulia Dzulqaidah ini yang mana Allah telah menjadikan bulan ini termasuk “ Asyhur Al Hurum” ( bulan-bulan mulia), yaitu Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab, empat bulan mulia di dalam setiap tahunnya. Dimana Sang Nabi SAW sangat banyak beribadah di bulan-bulan itu. Diriwayatkan oleh Hujjatul Islam Wabarakatul Anam Al Imam An Nawawy Ar (alaihi Rahmatullah : semoga baginya Rahmat Allah swt), di dalam kitab Syarah An Nawawiy ‘alaa Shahih Muslim teriwayatkan dalam beberapa hadits shahih bahwa Rasul SAW memperbanyak ibadah di bulan Muharram, memperbanyak ibadah apapun termasuk puasa dan lainnya. Oleh sebab itulah sampainya kita di bulan-bulan mulia ini ( Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram, Rajab) empat bulan yang disebut Asyhur Al Hurum yaitu bulan –bulan mulia, yang Allah SWT memuliakan hamba-hambaNya yang memperbanyak ibadah di bulan-bulan tersebut. Semoga Allah SWT memastikan kemuliaan padaku dan kalian di dalam keberkahan Zulqa’dah dan Zulhijjah di dalam cahaya Hajj dan umrah, Ya Rahman Ya Rahim.

Hadirin hadirat, maka sedemikian banyak saudara-saudara kita kaum muslimin muslimat yang diundang oleh Allah SWT menuju Baitul Haram, ke dalam kemuliaan ‘Arafah, ke dalam jamuan Haramain Makkah dan Madinah, di dalam medan Shafa dan Marwah, di dalam medan thawaf dan Mina di dalam langkah-langkah keluhuran, di dalam undangan kesucian, diantara mereka mendapatkan undangan jasadnya namun jiwanya tidak terundangkan dan tidak terikutkan untuk berangkat, jasadnya berangkat tapi ruhnya di dalam kehinaan dan keduniawian (misalnya yg niat hajinya hanya untuk gengsi dll, bukan karena Allah swt atau menunaikan rukun islam). Namun diantara mereka ada yang jasadnya tidak berangkat, tapi ruhnya berangkat menuju medan haji dan umrah, jiwanya bersama mereka yang di ‘Arafah , jiwanya bersama mereka yang di Haramain Makkah dan Madinah, jiwanya bersama mereka yang dalam ziarah ke Qabr As Syariif , jiwanya bersama mereka yang thawaf dan sa’i walaupun mereka hidup (tidak berangkat) di negerinya masing- masing.

Semoga aku dan kalian bersama mereka yang ruhnya selalu di dalam undangan keluhuran Ilahi. Inilah Di’aayaat Rahmaaniyyah, undangan-undangan kasih sayang Allah swt setiap waktu dan kejap sepanjang kehidupan kita.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..

Seruan kelembutan Ilahi tiada pernah terhenti sepanjang waktu dan saat, mengundang kita menuju keluhuran, maka naiklah (wahai hadirin hadirat) kepada keluhuran, maka teruslah menuju kesucian. Jadikan hari-hari Zulqa’dah dan Zulhijjah mulia ini, hari kita termuliakan pula dengan mereka yang termuliakan dalam kemuliaan hajj dan umrah . Jadikanlah jiwa kita turut dalam kemuliaan haji dan umrah, inilah saat-saat kita bertobat . Kalau bukan di waktu-waktu mulia seperti ini, kita masih menunda daripada lamaran Ilahi , maka sampai kapan kita akan terus menunda undangan cinta Rabbul ‘alamin SWT.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..

Bulan Zulqa’dah mengingatkan pula kepada kita Perjanjian Hudaibiyah, yaitu pada tahun ke-6 Hijriyah dimana Rasul SAW keluar dengan 1500 muslimin untuk menunaikan Umrah ke Makkah Al Mukarramah, dan tertahan di Dzil Hulaifah dan di saat itulah Rasul saw di tahan oleh kuffar qurays dan tidak diperbolehkan masuk ke Makkah Al Mukarramah . Maka Rasul saw diminta untuk membuat perjanjian oleh kuffar qurays dan Rasul setuju. Apa yang dituliskan? Sebagaimana riwayat Shahih Al Bukhari ; bahwa Rasulullah di dalam surat perjanjian itu menuliskan “ Muhammad Rasulullah”, maka mereka ( kuffar qurays ) berkata : “Jangan tulis “Rasulullah”, kami tidak mengakui bahwa kamu utusan Allah, tulis “Muhammad bin Abdillah”!!” . Maka Rasul SAW memerintahkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw untuk menghapus kalimat Rasulullah ( sebagaimana riwayat Shahih Al Bukhari), tapi Sayyidina Ali (menangis) bertahan jari-jarinya (terpaku gemetar) tidak mampu menghapus kalimat Rasulullah SAW, maka Rasul sendiri yang menghapus dengan tangannya saw, “Muhammad bin Abdillah”, ikuti apa yang mereka minta, kata Rasul SAW”. Maka perjanjian ditulis di antaranya adalah, kalau seandainya ada orang yang keluar dari Makkah untuk masuk Islam dari keluarga kuffar qurays maka harus dikembalikan kepada mereka, maka Rasul berkata ; “ setuju “, maka berkata Sayyidina Umar ibn Khatthab : “ Ya Rasulallah alasnaa ‘alal haqq, wa hum ‘alal baathil”? ( Wahai Rasulullah, bukankah kita dalam kebenaran dan mereka dalam kebathilan? ), maka Rasul menjawab : ” betul, kita dalam kebenaran dan mereka dalam kebathilan “. Maka berkata Sayyidina Umar : “ lantas kenapa kau masih membuat perjanjian, mereka mengatakan kalau ada orang masuk islam maka harus diserahkan kepada mereka lagi, entah dibantai atau dibunuh dan kau setuju?”, Rasul berkata :

ياَابْنَ الْخَطَّابْ : إِنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ وَلَنْ يُضَيِّعَنِيَ اللهُ أَبَدًا…!

“ Wahai Umar Ibn Khattab : Aku utusan Allah, Allah tidak akan pernah mengecewakanku selama-lamanya..! ”

Hadits ini yang baru kita baca, maka Sayyidina Umar Ibn Khatthab terdiam. Kemudian ia datang kepada Sayyidina Abu Bakr As Shiddiq ra dan berkata : “ Ya Aba Bakr, alasnaa ‘alal haqq wa hum ‘alal baathil?” ( bukankah kita dalam kebenaran, dan mereka dalam kebathilan?), maka Sayyidina Abu Bakr menjawab : “ Betul, lalu Rasulullah berkata apa ? “, Sayyidina Umar berkata : “ Rasul SAW mengatakan :

إِنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ وَلَنْ يُضَيِّعَنِيَ اللهُ أَبَدًا

“ Aku Utusan Allah, Allah tidak akan mengecewakanku selama-lamanya”

Maka Sayyidina Abu Bakr As Shiddiq berkata :

إِذَنْ, لَنْ يُضَيِّعَهُ اللهُ أَبَدًا

“ Kalau begitu, Allah tidak akan mengecewakan beliau selama-lamanya “
Allah tidak membiarkannya, Allah pasti menolongnya dalam keadaan apapun.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..

Hujjatul Islam Wa Barakatul Anam, Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Baari Bisyarh Shahih Al Bukhari mensyarahkan makna hadits ini, mengapa Sayyidina Umar mengatakan hal itu kepada Rasul SAW? maksudnya menginginkan ta’kid, agar diperjelas apa makna perjanjian hudaibiyah itu? maka Rasul saw memanggil Sayyidina Umar dan membacakan surah Al Fath sampai akhir surah, yang mana ayat diantaranya adalah :

إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ ( الفتح : 01

“Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah, Tangan Allah di atas tangan mereka” ( QS. Al Fath : 10 )

Mereka yang bersumpah setia kepada Nabi Muhammad dalam perjanjian Hudaibiyah, sungguh mereka telah bersumpah setia kepada Allah dan tangan pertolongan Allah di atas tangan mereka. Maka janji setia mereka kepada Rasul adalah janji setia Allah kepada mereka. Maka berkata Sayyidina Umar :

ياَرَسُولَ اللهِ هَلْ هُوَ اْلفَتْحُ ؟

“ Apakah ini janji kemenangan kita” ?,

Rasul saw menjawab : “Ya, ini janji kemenangan kita”.

Maka kuffar Qurays tidak mengijinkan mereka ke Makkah, dan tidak lama kemudian Rasululullah kembali ke Madinah.

Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, di saat itu mereka dalam kehausan maka Rasul diberi air satu bejana kecil dan Rasul saw minum, dan orang-orang berdiri di hadapan Rasul mengerubuti, Rasul bertanya : Ada apa dengan kalian ?, para sahabat berkata : “Ya Rasulullah tidak ada air selain itu yang dihadapanmu kita semua kehabisan air”, 1500 orang. Maka Rasul saw memerintahkan mengambil bejana yang lebih besar kemudian beliau menaruhkan jari-jarinya di dalam bejana besar itu, maka mengalirlah air dari jari-jari Rasulullah SAW , para sahabat berkata : “ kita minum dan kita wudhu, kita minum dan kita wudhu jumlah kami 1500 orang, seandainya kami 100.000 orang pastilah air itu mencukupi kami “, karena air itu terus mengalir dari jari-jari Nabi Muhammad Rasulullah saw.

Mengapa beliau menolak masuk ke Makkah dan mengikuti perjanjian kuffar qurays? , padahal beliau bisa mempunyai mukjizat sekali mengangkat tangannya untuk memendam kuffar qurays, pastilah kuffar qurays akan terpendam di dalam bumi.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Namun beberapa waktu kemudian datanglah waktu fath Makkah dan terbukalah Makkah untuk selama-lamanya, dan tidak disentuh kuffar selama-lamanya dari kesabaran Sayyidina Muhammad SAW. Nabi Muhammad saw mundur di perjanjian Hudaibiyah membuat kembalinya kemenangan di Makkah sampai kiamat tidak pernah ada dari kuffar qurays yang menaruh satupun berhala di Ka’bah, demikian kemenangan abadi Sayyidina Muhammad saw.

Apa makna sabda Rasulullah “ Aku utusan Allah, Allah tidak akan pernah mengecewakanku selama-lamanya “, makna dari kata selama-lamanya secara ringkas adalah walaupun beliau telah wafat , maka para pecinta dan pembela beliau tidak akan disia-siakan oleh Allah SWT selama-lamanya hingga hari kiamat. Maka seluruh pecinta Rasulullah, dan pembela Rasulullah tetap dalam kemuliaan “ Lan Yudhayyi’ani Allahu abadaa” ( Allah tidak akan mengecewakanku selama-lamanya ). Berkata Urwah ra di dalam Shahih Al Bukhari : “Aku melihat pengagungan rakyat terhadap kaisar Persia, aku melihat pengagunagn rakyat terhadap kaisar romawi , aku melihat pengagungan rakyat terhadap kaisar najasyi dan lain sebagainya, tapi tidak pernah kulihat pengagungan seperti pengagungan sahabat-sahabat Nabi Muhammad kepada Nabi Muhammad saw. Dan tiadalah beliau saw berwudhu’ kecuali para sahabat berebutan mengambil air bekas wudhu’ beliau dan mengusapkan di wajah mereka, dan tiadalah beliau saw mengeluarkan air ludahnya kecuali telah dipegang oleh tangan sahabat dan diusapkan ke wajahnya”, demikian riwayat Shahih Al Bukhari.

Al Imam Qadhi ‘Iyadh di dalam kitabnya As Syifaa’ mensyarahkan ketika cucu beliau saw Sayyidina Hasan ra & Husain ra (ra Radhiyallahu ‘anhu : Allah telah meridhoi mereka, gelar untuk para shabat nabi saw dan keluarga beliau saw yg hidup dizaman nabi saw dalam keadaan muslim) dalam keadaan sangat kehausan dan Rasul hanya punya air zamzam sedikit, maka Rasul saw memasukkan air itu ke mulutnya dan berkumur kemudian mengeluarkannya kembali, berkatalah Sayyidina Anas bin Malik : “ ketika air zamzam sudah dikumurkan di mulut beliau lalu dikeluarkan, maka wanginya lebih wangi dari misk dan rasanya lebih manis dari madu karena telah bersatu dengan air liur Sayyidina Muhammad saw”. Beliau adalah Ahsana Annaasi Khalqan wa Khuluqaa ( Paling indahnya manusia, budi pekerti dan parasnya ). Berkata Sayyidina Anas bin Malik:

مَاوَجَدْنَا رِيْحًا أَطْيَبُ مِنْ عِرْقِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“ Tidak pernah kami menemukan satu wewangian yang lebih wangi dari keringat Rasulullah SAW “

Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW telah wafat maka air yang digunakan untuk memandikan jenazah beliau, air itu menjadi wangi, maka menangislah Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw ketika memandikan jenazah sang Nabi seraya berkata :

طِبْتَ حَيًّا وَمَيِّتًا يَا رَسُوْلَ اللهِ

“ Engkau wangi dimasa hidup dan ketika wafat , wahai Rasulullah “

(ucapan itu diucapkan pula oleh Abubakar shiddiq ra dalam riwayat shahih Bukhari ketika beliau ra mencium jenazah Nabi saw) Inilah idolaku dan idola kalian Sayyidina Muhammad saw. Hadirin hadirat, diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, setelah wafatnya Rasulullah saw ketika seorang sahabat mengeluarkan sehelai rambut berwarna kemerah-merahan dan ditanya “ rambut siapa kemerah-merahan ini “?, maka sahabat itu menjawab : “ ini sehelai rambut Rasulullah saw “, kemudian sahabat lain berkata : “ kalau aku punya selembar saja rambut Rasulullah SAW ,maka itu lebih kusenangi dari semua harta, dunia dan seisinya “. Selembar rambut Nabi Muhammad saw lebih dicintai dari dunia dan seisinya, karena apa? Karena cinta beliau saw kepada ummatnya membuat ummatnya sangat mencintai beliau, dan cinta kepada beliau adalah kesempurnaan iman, sebagaimana sabda beliau saw :

لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالَدِهِ وَوَلِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

” Tiada sempurna iman kalian, sebelum aku (Rasulullah saw) lebih ia cintai dari anak2nya dan ayah ibunya dan seluruh manusia” (shahih Bukhari)

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Inilah malam-malam yang agung, hari-hari yang luhur untuk memperbanyak ibadah kita dan menjauhi segala kemunkaran, maka berusahalah.

Ini akhir penyampaian saya, karena kondisi saya sedang kurang fit dan juga ada tamu-tamu kita yang mereka juga dalam keadaan lelah.

Guru mulia kita Al Musnid Al Habib Umar bin Hafizh di dalam kitabnya Taujiihunnabiih Limardhaati Baariih, meriwayatkan salah satu atsaar yang mana Allah swt berfirman :

ياَدَاوُد لَوْ يَعْلَمُ الْمُدْبِرُوْنَ عَنِّيْ شَوْقِي لِعَوْدَتِهِمْ، وَمحبتي فِيْ تَوْبَتِهِمْ، ورغبتي في إنابتهم، لَطاَرُوْا شَوْقًا إِلَيَّ، يَادَاوُد هَذِهِ رَغْبَتِيْ فِى الْمُدْبِرِيْنَ عَنِّي، فَكَيْفَ تَكُوْنُ مَحَبَّتِيْ فِى الْمُقْبِلِيْنَ عَلَيَّ…؟،

“Wahai Daud : Sendainya orang-orang yg berpaling dari-Ku mengetahui kerinduan-Ku atas kembalinya mereka, dan cinta-Ku akan taubatnya mereka, dan besarnya sambutanku atas kembalinya mereka pada keridhoan Ku, niscaya mereka akan terbang karena rindunya mereka kepada-Ku. Wahai Daud, demikianlah cinta-Ku kepada orang-orang yg berpaling dari Ku (jika mereka ingin kembali), maka bagaimanakah cinta-Ku kepada orang-orang yg datang (mencintai dan menjawab cinta Allah ) kepada-Ku?”

Kalau para pendosa yang selalu menghindar dan berpaling dari Allah itu mengetahui rindu Allah terhadap kembalinya mereka kepadaNya, dan cinta Allah akan taubat mereka jika mereka mau bertobat, serta besarnya semangat sambutan Allah jika mereka mau kembali kepada Allah, mereka akan terbang dari rindunya kepada Allah, karena mereka tidak tahan menahan rindu, betapa indahnya cinta Allah untuk mereka yang berpaling dari Allah. Maka Allah meneruskan firmanNya :

يَادَاوُد هَذِهِ رَغْبَتِيْ فِى الْمُدْبِرِيْنَ عَنِّي فَكَيْفَ مَحَبَّتِيْ فِى الْمُقْبِلِيْنَ عَلَيَّ

Wahai Daud, inilah semangat dan keinginan kasih sayangKu kepada mereka pendosa, mereka yang selalu berpaling dariKu agar mereka kembali kepadaKu, maka bagaimana cintaKu kepada mereka yang selalu datang dan mendekat kepadaKu? Renungi kalimat terakhir ini, renungkan kalimat agung ini.

Hadirin hadirat, kita berdoa kepada Allah yang maha memuliakan hamba yang ingin dekat padaNya. Wahai yang memuliakan dan mencintai dan meminta para pendosa untuk kembali kepada taubat, kami kembali kepada keindahan dan kelembutanMu Rabbi. Panggillah nama yang maha indah, jawablah cinta dan rinduNya, jelanglah kebahagiaan dunia dan akhirah.

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا…

Katakanlah bersama-sama…

يَا اللهْ يَا اَللهْ يَا اللهْ…يَا اللهُ يَا رَحْمَنُ يَا رَحِيْمُ…لاَإلهَ إِلاَّ الله… مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوْتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأَمِنِيْنَ.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..

Yang perlu saya sampaikan pada malam hari ini adalah berkaitan datangnya instruksi dari guru mulia kita Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh, untuk memperluas dakwah di wilayah luar Jakarta, maka saya menghimbau para jamaah yang berkenan untuk mengambil acara Majelis Rasulullah pada bulan Januari dan selanjutnya, agar mempertimbangkannya karena jadwal kita akan mulai banyak di luar kota, mulai Januari 2010. Saya lihat di bulan November dan Desember ini masih ada beberapa hari yang kosong, jadi kalau ada yang ingin mengambil jadwal di bulan Januari maka pertimbangkan resiko barangkali kita di luar kota. Karena mulai bulan ini kita terus memperbanyak jadwal di luar kota, sebagaimana suksesnya tabligh akbar di Cimahi seminggu yang lalu, dan minggu yang akan datang tabligh akbar di Palembang dan esoknya tabligh akbar dan zikir jalalah se Jabodetabek di Masjid Raya Bogor tanggal 25 November 2009 di jalan Padjajaran, kemudian akan menyusul pula majelis di Denpasar dan majelis berkala Tabligh Akbar di Bandung serta majelis-majelis lainnya di luar kota. Dan bulan Januari dan seterusnya mungkin akan semakin padat majelis-majelis di luar kota. Oleh karena itu saya menghimbau para jamaah yang ingin mengambil jadwal untuk mengambil di bulan-bulan terdekat ini, karena dikhawatirkan jadwal majelis akan lebih padat di luar kota, karena solusi guru mulia kita untuk memperluas dakwah ke wilayah luar. Dan bulan Desember juga tabligh akbar di Masjid Agung Walikota Bekasi . Dan juga jadwal tabligh akbar di kota lainnya akan terus diperluas ke wilayah luar Jabodetabek, demikian yang bisa saya sampaikan. Dan kita doakan Al ‘Arif billah Munsib kita yang kita muliakan Al Habib Muhsin Hamid bin Ahmad Al Haddad semoga dilimpahi rahmat dan keberkahan oleh Allah SWT, dan Allah SWT panjangkan umur beliau dalam keberkahan dan rahmah, dan juga Al Habib Isa Al Kaff serta tamu-tamu lainnya Al Habib Abdul Qadir Al Junaid, Al Habib Muhammad Al Junaid semoga selalu dalam rahmat dan keberkahan.

Dan malam hari ini kita mohon ijazah dari Al Habib Muhsin Hamid bin Ahmad Al Haddad Munsib Al Imam Hujjatul Islam Wabarakatul Anam Al Imam Haddad untuk memberikan kita ijazah apa saja yang akan beliau ijazahkan yang sanadnya bersambung kepada Hujjatul Islam Al Imam Abdullah bin ‘Alawy Al Haddad,

Ucapan Al Habib Muhsin Hamid bin Ahmad Al Haddad :

بسم الله الرحمن الرحيم والصلاة والسلام على سيدناونبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين, بداية ألقي إليكم تحيات إخوانكم وأهلكم بمدينة تريم من علماء وأهلها وسكانها جميعا وخاصة منسب الإمام عبد الله بن علوي الحداد الحبيب حسن بن عمر بن عبد الله الحداد .

“Beliau menyampaikan salam rindu dari saudara-saudara kita dan para Ulama di Tarim , khususnya Munsib Al Imam Abdallah ‘Alawy Al Haddad Al Habib Hasan bin Umar bin Abdullah Al Haddad”.

وتلبية لطلبكم سأعطي إليكم الإجازة : أجيزكم بما أجاز بهم شيوخنا براتب الإمام عبدالله بن علوي الحداد وكذلك أوراده وكتبه وشعره وذلك فيما يتعلق باستخدامها للتبرك بها والتداوي بها النفسية والمعنوية وبكل نية صالحة أجيزكم إجازة شاملة كاملة .

“Aku ijazahkan kepada kalian ijazah Ratib Al Haddad dan semua doa dan wirid Al Imam Haddad, serta semua buku beliau dan semua ajaran-ajaran yang di ajarkan oleh beliau, dengan niat yang ikhlas ku ijazahkan semua itu kepada kalian”

Maka ucapakan Qabilnaa Al Ijaazah ( kami terima ijazahnya ). Apa itu Ijazah? Ijazah itu adalah izin dan persambungan ruhiyyah dengan Shahib Ar Ratib, kalau kita mendapatkan ijazah itu maka kita menyambungkan ruh kita, sanad keguruan kita, rantai keguruan kita kepada Shahib Ar Ratib Al Haddad yang mana Hujjatul Islam Al Imam Haddad itu serantai perguruannya, bersambung dari guru ke guru sampai kepada Rasulullah SAW . Demikian kita telah terima ijazah mulia ini, dan insyaallah menjadi rantai yang mengikat kita dalam keluhuran dunia dan akhirah, semoga terangkat segala musibah dan kesulitan kita, amiin allahumma amiin.

Jazakumullah Khair khairaljazaa’ fadhilah As Sayyid Al Walid Al Habib Muhsin Al Haddad atas ijazah yang telah diberikan, dan kami meminta untuk doa penutup setelah qasidah Muhammadun , Tafaddhal.

Tuesday, March 20, 2012

Ilham Rabbani Di kalangan Para Sahabat (Selawat Atas Nabi SAW)

Telah disentuh sebelum ini sedikit tentang keharusan berdoa dengan apa yang diilhamkan oleh Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya. Terdapat banyak dalil bahawa ianya diharuskan oleh syariat. Hal ini telah dikupas oleh al-’Allamah al-Muhaddith Syeikh Muhammad al-Hafiz al-Tijani dalam kitabnya (أهل الحق العارفون بالله) (hal. 242). Di dalam kitab (السنة والبدعة) oleh al-Habib ‘Abdullah bin Mahfuz al-Haddad juga menyebutkan banyak hujah-hujah yang berhubung dengan perkara ini. Apa yang menjadi batasan ialah ianya tidak mengandungi sesuatu yang terkeluar daripada syarak.

Lihatlah bagaimana Nabi SAW menegur seorang Arab badwi yang berdoa dari ilhamnya secara salah, namun baginda SAW hanya menunjukkannya cara yang betul dan tidak melarangnya berdoa dari ilhamnya. Dari Abu Hurayrah RA katanya: Pernah Rasulullah SAW berdiri dalam satu solat dan kami juga berdiri bersamanya. Lalu seorang Arab badwi berdoa dalam solatnya: (اللَّهُمَّ ارْحَمْنِى وَمُحَمَّدًا ، وَلاَ تَرْحَمْ مَعَنَا أَحَدًا) “Ya Allah, rahmatilah aku dan juga Muhammad, dan jangan Engkau rahmati bersama kami seorang pun”. Maka di kala Nabi SAW memberi salam baginda pun berkata kepada Arab badwi berkenaan: “Sesungguhnya kamu telah menyempitkan yang luas”, maksud baginda rahmat Allah. [HR al-Bukhari (6010), Abu Dawud, al-Nasa’i dan al-Tirmizi]


Ilham Rabbani Dalam Berselawat

Sumber : Blog Sawanih


Keharusan tersebut juga termasuk dalam berselawat ke atas Nabi SAW. Hujahnya, ada diriwayatkan daripada Sayidina 'Ali RA, ‘Abdullah bin ‘Umar RA, ‘Abdullah bin ‘Abbas RA dan ‘Abdullah bin Mas’ud RA selawat-selawat yang diilhamkan oleh Allah SWT kepada mereka. Maka jelas bahawa ianya bukan suatu perkara bidaah. Berikut adalah keterangannya:


1. Selawat Sayidina 'Ali RA


Ibn Kathir dalam Tafsirnya meriwayatkan satu athar dari Salamah al-Kindi katanya; bahawa ‘Ali RA pernah mengajarkan orang ramai doa (selawat) berikut, dengan diselitkan oleh penulis lafaz Ibn Jarir al-Tabari dan lafaz al-Tabarani bagi menunjukkan perbezaan riwayat atau manuskrip:


اللهم داحي المدْحُوَّات، وبارئ المسموكات، وَجَبَّار القلوب على فطْرَتها شقيها وسعيدها. اجعلْ شرائف صلواتك، ونوامي بركاتك، ورأفة تحننك، (الطبراني: ورافع تحيتك) على محمَّد عبدك ورسولك، الخاتم لما سبق، والفاتح لما أغلق، والمُعلن (الطبراني: والمعلوم) الحق بالحق، والدامغ جيشات الأباطيل، كما حُمِّل (الطبراني: كمل) فاضطلع بأمرك لطاعتك مستوفزاً (الطبراني: مستوفرا) في مرضاتك، غير نَكل (ابن جرير: لغير نَكل، الطبراني: بغير ملك) في قَدَم، ولا وهن في عزم، واعياً (الطبراني: داعيا) لوحيك، حافظاً لعهدك، ماضيا على نفاذ أمرك حتى أورى قبساً (الطبراني: تبسما) لقابس، آلاء الله تصل بأهله أسبابه، به هديت القلوب بعد خوضات (الطبراني: خرصات) الفتن والإثم، وأقام مُوضحات (ابن جرير: موضحات، الطبراني: بموضحات) الأعلام، ومُنِيرات (الطبراني: ومسرات) الإسلام، ونائرات (ابن جرير: وثائرات، الطبراني: وماثرات) الأحكام، فهو أمينك المأمون، وخازن علمك المخزون، وشهيدك يوم الدين، وبَعيثُك (الطبراني: ومبعوثك) نعمة، ورسولك بالحقّ رحمة، اللهمّ أفسح له مُفسحَات (ابن جرير: مفتسحا) في عدلك، واجزه مضاعفات الخير من فضلك، مهنَّآت له (ابن جرير: له مهنيات) غير مكدرات، من فوز ثوابك المعلول (الطبراني: المعلوم)، وجزل عطائك المحلول (ابن جرير: وجزيل عطائك المجمول، الطبراني: وجزيل عطائك المجلول)، اللهم أعل على بناء البانين بنيانه (ابن جرير: عل على بناء البنائين بناءه، الطبراني: أعل على بناء الباقين بناءه)، وأكرم مثواه لديك ونزله، وأتمم له نوره، واجزه من ابتعاثك له مقبول الشهادة، مرضي المقالة، ذا منطق عدل، وخُطَّة فصل (ابن جرير: وخطة فضل، الطبراني: وكلام فصل)، وحجة وبرهان عظيم.


Kata Ibn Kathir dalam Tafsirnya: Ia masyhur dari kata-kata ‘Ali RA.. tetapi pada sanadnya ada masalah. Kata syeikh kami, al-Hafiz Abu al-Hajjaj al-Mizzi: Salamah al-Kindi ini tidak dikenali, dan tidak pernah bertemu ‘Ali.

Athar ini telah diriwayatkan oleh Ibn Jarir al-Tabari dalam Tahzib al-Athar (352 - juz’ mafqud), Abu Nu’aym dalam ‘Awali Sa’id bin Mansur (18), dan al-Tabarani dalam al-Awsat (9089). Kata al-Haythami dalam Majma’ al-Zawa’id (10/164): Salamah al-Kindi riwayatnya dari ‘Ali adalah mursal dan baki para perawinya adalah para perawi al-Sahih. Juga diriwayatkan oleh Ibn Abi Syaibah dalam Musannafnya (28940), namun disebut dari seorang lelaki - tanpa disebutkan nama - dari ‘Ali RA, dan tidak disebut Salamah al-Kindi. Zahirnya, athar ‘Ali RA ini adalah daif. Namun, boleh diamalkan dalam bab fada’il amal. Malah ianya sudah pun masyhur sepertimana kata Ibn Kathir pada zaman beliau.


Berikut adalah riwayat Ibn Abi Syaibah, juga terdapat perbezaan lafaz serta sedikit tambahan di akhirnya:


اللَّهُمَّ يَا دَاحِيَ الْمَدْحُوَّاتِ، وَيَا بَانِيَ الْمَبْنِيَّاتِ، وَيَا مُرْسِيَ الْمُرَسِّيَاتِ، وَيَا جَبَّارَ الْقُلُوبِ عَلَى فِطْرَتِهَا، شَقِيِّهَا وَسَعِيدِهَا، وَيَا بَاسِطَ الرَّحْمَةِ لِلْمُتَّقِينَ، اجْعَلْ شَرَائِفَ صَلَوَاتِكَ، وَنَوَامِي بَرَكَاتِكَ، وَرَأْفَاتِ تَحِيَّتِكَ، وَعَوَاطِفَ زَوَاكِي رَحْمَتِكَ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ، الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ، وَالْخَاتَمِ لِمَا سَبَقَ، وَفَاتِحِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ، وَدَامِغِ جِيشَاتِ الْأَبَاطِيلِ كَمَا حَمَّلْتَهُ، فَاضْطَلَعَ بِأَمْرِكَ مُسْتَنْصِرًا فِي رِضْوَانِكَ، غَيْرَ نَاكِلٍ عَنْ قَدَمٍ، وَلَا مُئِنٍّ عَنْ عَزْمٍ، حَافِظٍ لِعَهْدِكَ، مَاضٍ لِنَفَاذِ أَمْرِكَ، حَتَّى أَرَى أَنْ أَرَى فِيمَنْ أُفْضِي إِلَيْكَ تَنْصُرُ بِأَمْرِكَ، وَأَسْبَابِ هُدَاةِ الْقُلُوبِ، بَعْدَ وَاضِحَاتِ الْأَعْلَامِ إِلَى خَوْضَاتِ الْفِتَنِ، إِلَى نَائِرَاتِ الْأَحْكَامِ، فَهُوَ أَمِينُكَ الْمَأْمُونُ، وَشَاهِدُكَ يَوْمَ الدِّينِ، وَبَعِيثُكَ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، اللَّهُمَّ فَسِّحْ لَهُ مُفْسَحًا عِنْدَكَ، وَأَعْطِهِ بَعْدَ رِضَاهُ الرِّضَى مِنْ فَوْزِ ثَوَابِكَ الْمَحْلُولِ، وَعَظِيمِ جَزَائِكَ الْمَعْلُولِ، اللَّهُمَّ أَتْمِمْ لَهُ مَوْعِدَكَ بِابْتِعَاثِكَ إِيَّاهُ مَقْبُولَ الشَّفَاعَةِ، عَدْلَ الشَّهَادَةِ، مَرَضِيَّ الْمَقَالَةِ، ذَا مَنْطِقٍ عَدْلٍ، وَخَطِيبٍ فَصْلٍ، وَحُجَّةٍ وَبُرْهَانٍ عَظِيمٍ، اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا سَامِعِينَ مُطِيعِينَ، وَأَوْلِيَاءَ مُخْلِصِينَ، وَرُفَقَاءَ مُصَاحِبِينَ، اللَّهُمَّ بَلِّغْهُ مِنَّا السَّلَامَ، وَارْدُدْ عَلَيْنَا مِنْهُ السَّلَامَ.


2. Selawat ‘Abdullah bin ‘Umar RA


Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’ sebagaimana dalam al-Matalib al-‘Aliyah oleh al-Hafiz Ibn Hajar (3332) dan mengisyaratkannya sebagai sahih, dari Thawbah/Thuwayr mawla Bani Hasyim katanya: Aku bertanya Ibn ‘Umar RA: Bagaimana berselawat ke atas Nabi SAW? Maka jawab Ibn ‘Umar RA:


اللَّهُمَّ اجْعَلْ صَلَوَاتِكَ وَبَرَكَاتِكَ وَرَحْمَتَكَ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِينِ، وَإِمَامِ الْمُتَّقِينِ، وَخَاتَمِ النَّبِيِّينَ، مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ، إِمَامِ الْخَيْرِ، وَقَائِدِ الْخَيْرِ، اللَّهُمَّ ابْعَثْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَقَامًا مَحْمُودًا يَغْبِطُهُ الْأَوَّلُونَ وَالْآخِرُونَ، وَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.


Kata al-Busiri: Ia mempunyai sokongan dari hadis Ibn Mas’ud RA (lihat no. 4) yang diriwayatkan oleh Ibn Abi ‘Umar, Abu Ya’la dan Ibn Majah dengan isnad yang hasan.


3. Selawat ‘Abdullah bin ‘Abbas RA


Diriwayatkan oleh ‘Abd al-Razzaq, ‘Abd bin Humayd dan Isma’il al-Qadi dalam Fadl al-Solat ‘ala al-Nabi SAW (52) dari Ibn ‘Abbas RA beliau mengucapkan:


اللهم تقبل شفاعة محمد الكبرى، وارفع درجته العليا، وأعطه سُؤْلَه في الآخرة والأولى، كما آتيت إبراهيم وموسى، عليهما السلام.

Kata Ibn Kathir dalam Tafsirnya: Suatu isnad yang baik, kuat lagi sahih.


4. Selawat ‘Abdullah bin Mas‘ud RA


Diriwayatkan oleh ‘Abd al-Razzaq, ‘Abd bin Humayd, Ibn Marduyah, Ibn Majah (906) dan al-Tabarani (8594) dari Ibn Mas’ud RA katanya: “Jika kamu berselawat ke atas Nabi SAW maka perelokkanlah berselawat ke atasnya. Sesungguhnya kamu tidak tahu kemungkinan ianya dipersembahkan kepadanya”. Jawab para pendengar: Maka ajarkanlah kami. Kata beliau: Ucapkanlah


اللهم اجعل صلواتك ورحمتك وبركاتك على سيد المرسلين، وإمام المتقين، وخاتم النبيين، محمد عبدك ورسولك، إمام الخير وقائد الخير، ورسول الرحمة. اللهم ابعثه مقاماً محموداً يَغْبِطُه به الأولون والآخرون، اللهم صل على محمد وعلى آل محمد، كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم، إنك حميد مجيد، اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد.


Kata al-Busiri dalam Zawa’id Ibn Majah (1/311): Isnad ini para perawinya thiqah kecuali al-Mas’udi dan namanya ‘Abd al-Rahman bin ‘Utbah bin Mas’ud, telah bercampur ingatan beliau di akhir hayatnya dan tidak dapat dibezakan hadisnya yang awal dengan yang akhir, maka beliau layak ditinggalkan menurut kata Ibn Hibban. Tetapi al-Mas’udi tidak berseorangan dalam meriwayatkannya dari ‘Awn bin ‘Abdullah kerana beliau diikuti (mutaba’ah) oleh Abu Salamah sebagaimana dalam riwayat ‘Abd al-Razzaq. Kata al-Hafiz al-Munziri: Diriwayatkan oleh Ibn Majah secara mawquf dengan isnad yang hasan.


Selawat yang hampir serupa juga diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amru atau ‘Abdullah bin ‘Umar menurut syak si-perawi, sebagaimana dalam riwayat Isma’il al-Qadi dalam Fadl al-Solat ‘ala al-Nabi SAW (62). Jika ianya dari ‘Abdullah bin ‘Amru, maka itu adalah sahabat yang ke-5 dalam penjelasan ini.


Juga ada diriwayatkan oleh al-Syirazi dalam al-Alqab dari Ibn Mas’ud RA katanya: Wahai Zayd bin Wahb, jangan kamu tinggalkan pada hari Jumaat berselawat ke atas Nabi SAW sebanyak seribu kali, kamu ucapkan: (اللهم صل على النبي الأمي).


Penutup


Berdasarkan dalil-dalil ini dan lainnya, ulama berpendapat harus menggubah selawat ke atas Nabi SAW, meskipun secara sepakatnya mereka menyatakan bahawa Selawat Ibrahimiyyah adalah selawat yang paling afdal. Perintah ayat al-Quran dan juga hadis-hadis yang memerintahkan berselawat secara umum turut menguatkan keharusan hukumnya. Ini kerana Selawat Ibrahimiyyah itu diajarkan oleh Nabi SAW di atas pertanyaan sahabat-sahabatnya dan tidak pula dinyatakan oleh baginda SAW supaya jangan berselawat dengan lafaz-lafaz yang lain. Dengan syarat ianya tidak terkeluar dari batasan syarak. Namun, para ahli tasawuf lebih cenderung mengamalkan selawat-selawat yang sudah pun masyhur dan mujarab.

Inilah pegangan ahli tasawuf mengenai keharusan mengamalkan doa-doa dan selawat-selawat yang diilhamkan oleh Allah SWT kepada imam-imam mereka yang telah dihimpunkan dalam banyak karangan. Antara istilah-istilah yang digunakan dalam disiplin kesufian ialah wirid seperti al-Wird al-Latif oleh Imam al-Haddad, awrad seperti Awrad Sayyidi Ahmad bin Idris, hizib seperti Hizb al-Bahr oleh Imam al-Syazili, wazifah seperti al-Wazifah al-Zarruqiyyah dan ratib seperti Ratib al-’Attas. رحمهم الله ورضي عنهم


Wallahu a’lam.

Monday, March 19, 2012

Akhlak Rasulullah saat makan dan minum

Petunjuk dan perilaku Rasulullah SAW saat makan dan minum tidak ada yang dipungkiri dan tidak ada yang hilang sia-sia. Apapun yang disodorkan dari makanan yang baik, maka beliau memakannya, kecuali jika makanan itu kurang berkenan di hatinya, maka beliau meninggalkannya tanpa mengharamkannya.

Beliau tidak pernah mencela suatu makanan pun. Jika berkenan, beliau memakannya. Dan jika tidak berkenan, beliau membiarkannya, seperti daging biawak yang ditinggalkannya, karena beliau tidak biasa memakannya.

Beliau biasa memakan manisan dan madu, dan beliau menyukainya. Beliau pernah makan daging sapi, domba, ayam, burung, kelinci, ikan laut, makan daging yang dipanggang, kurma basah dan kering, minum susu murni, makan adonan gandum, minum perahan kurma, makan adonan air susu dan tepung, roti campur daging dan lain-lainnya. Beliau tidak menolak makanan yang baik, dan tidak memaksakan diri untuk memakannya. Kebiasaan beliau adalah makan sekedarnya. Jika tidak mempunyai makanan, beliau bersabar, dan bahkan beliau pernah mengganjal perutnya dengan batu karena rasa lapar yang menyerangnya.

Beliau tidak makan sambil terlentang, entah telentang pada lambung, duduk seperti dalam tahiyat akhir, atau menumpulkan satu tangan di lantai dan satu lagi digunakan untuk makan. Ketiga cara ini tercela. Beliau biasa makan di lantai dengan beralaskan tikar, dan sekaligus sebagai tempat makannya. Sebelum makan beliau mengucapkan tasmiyah dan seusai makan mengucapkan hamdalah.

Ketika benar-benar rampung beliau mengucapkan doa,

“Alhamdulillaahi hamdan katsiiron thoyyiban mubaarokan fiihi ghoiro makfiyyin walaa muwadda’in walaa mustaghnan ‘anhu Robbanaa” (“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik dan penuh barokah di dalamnya, tidak ditelantarkan dan dibiarkan, serta dibutuhkan, wahai Tuhan kami”)

Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala aalihi wa sohbihi wa sallam…

Thursday, March 15, 2012

Detik detik MENYAMBUT KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW

 
Diriwayatkan dari Imam Shihabuddin Ahmad bin Hajar Al-Haitami Asy-syafi’i di dalam kitabnya “An-ni’matul Kubraa’alal Aalam” di halaman 61.

Telah disebutkan bahwa sesungguhnya pada bulan ke sembilan kehamilan Sayyidah Aminah (Rabiul Awwal) saat hari-hari kelahiran Baginda Nabi Muhammad saw sudah semakin mendekati, Allah swt semakin melimpahkan bermacam anugerahNya kepada Sayyidah Aminah mulai tanggal 1 hingga malam tanggal 12 Rabiul Awwal malam kelahiran Al-Musthofa Muhammad saw.

Pada Malam Pertama (ke 1) :

Allah swt melimpahkan segala kedamaian dan ketenteraman yang luar biasa sehingga beliau (ibunda Nabi Muhammad saw), Sayyidah Aminah merasakan ketenangan dan kesejukan jiwa yang belum pernah dirasakan sebelumnya.

Pada malam ke 2 :

Datang seruan berita gembira kepada ibunda Nabi Muhammad saw yang menyatakan dirinya akan mendapati anugerah yang luar biasa dari Allah swt.

Pada malam ke 3 :

Datang seruan memanggil “Wahai Aminah… sudah dekat saat engkau melahirkan Nabi yang agung dan mulia, Muhammad Rasulullah saw yang senantiasa memuji dan bersyukur kepada Allah swt.”

Pada malam ke 4 :


Sayyidah Aminah mendengar seruan beraneka ragam tasbih para malaikat secara nyata dan jelas.

Pada malam ke 5 :

Sayyidah Aminah bermimpi dengan Nabi Allah Ibrahim as.

Pada malam ke 6 :

Sayyidah Aminah melihat cahaya Nabi Muhammad saw memenuhi alam semesta.

Pada malam ke 7 :

Sayyidah Aminah melihat para malaikat silih berganti saling berdatangan mengunjungi kediamannya membawa kabar gembira sehingga kebahagiaan dan kedamaian semakin memuncak.

Pada malam ke 8 :

Sayyidah Aminah mendengar seruan memanggil di mana-mana, suara tersebut terdengar dengan jelas mengumandangkan “Bahagialah wahai seluruh penghuni alam semesta, telah dekat kelahiran Nabi agung, Kekasih Allah swt Pencipta Alam Semesta.”

Pada malam ke 9 :

Allah swt semakin mencurahkan rahmat belas kasih sayang kepada Sayyidah Aminah sehingga tidak ada sedikitpun rasa sedih, susah, sakit, dalam jiwa Sayyidah Aminah.

Pada malam ke 10 :


Sayyidah Aminah melihat tanah Tho’if dan Mina ikut bergembira menyambut kelahiran Baginda Nabi Muhammad saw.

Pada malam ke 11 :


Sayyidah Aminah melihat seluruh penghuni langit dan bumi ikut bersuka cita menyongsong kelahiran Sayyidina Muhammad saw.

Malam detik-detik kelahiran Rasulullah, tepat tanggal 12 Rabiul Awwal jam 2 pagi. Di malam ke 12 ini langit dalam keadaan cerah tanpa ada mendung sedikitpun. Saat itu Sayyid Abdul Mutholib (kakek Nabi Muhammad saw) sedang bermunajat kepada Allah swt di sekitar Ka’bah. Sayyid Aminah sendiri di rumah tanpa ada seorangpun yang menemaninya.

Tiba-tiba beliau, Sayyidah Aminah melihat tiang rumahnya terbelah dan perlahan-lahan muncul 4 wanita yang sangat anggun, cantik, dan jelita diliputi dengan cahaya yang memancar berkemilau serta semerbak harum memenuhi seluruh ruangan.

Wanita pertama datang berkata,”Sungguh berbahagialah engkau wahai Aminah, sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi yang agung, junjungan semesta alam. Beliaulah Nabi Muhammad saw. Kenalilah aku, bahwa aku adalah istri Nabi Allah Adam as, ibunda seluruh uamt manusia., aku diperintahakan Allah untuk menemanimu.”

Kemudian datanglah wanita kedua yang menyampaiakan kabar gembira, “Aku adalah istri Nabi Allah Ibrahim as diperintahkan Allah swt untuk menemanimu.”

Begitu pula menghampiri wanita yang ketiga,”Aku adalah Asiyah binti Muzahim, diperintahkan Allah untuk menemanimu.”

Datanglah wanita ke empat,”Aku adalah Maryam, ibunda Isa as menyambut kehadiran putramu Muhammad Rasulullah.”

Sehingga semakin memuncak rasa kedamaian dan kebahagiaan ibunda Nabi Muhammad saw yang tidak bisa terlukiskan dengan kata-kata. Keajaiban berikutnya Sayyidah Aminah melihat sekelompok demi sekelompok manusia bercahaya berdatangan silih berganti memasuki ruangan Sayyidah Aminah dan mereka memanjatkan puji-pujian kepada Allah swt dengan berbagai macam bahasa yang berbeda.

Detik berikutnya Sayyidah Aminah melihat atap rumahnya terbuka dan terlihat oleh beliau bermacam-macam bintang di angkasa yang sangat indah berkilau saling beterbangan.

Detik berikutnya Allah bangun dari singasanaNya dan memerintahkan kepada Malaikat Ridwan agar mengomandokan seluruh bidadari syurga agar berdandan cantik dan rapih, memakai segala macam bentuk perhiasan kain sutra dengan bermahkota emas, intan permata yang bergemerlapan, dan menebarkan wangi-wangian syurga yang harum semerbak ke segala arah. lalu trilyunan bidadari itu dibawa ke alam dunia oleh Malaikat Ridwan, terlihat wajah bidadari itu gembira.

Lalu Allah swt memanggil : “Yaa Jibril… serukanlah kepada seluruh arwah para nabi, para rasul, para wali agar berkumpul, berbaris rapih, bahwa sesungguhnya Kekasihku cahaya di atas cahaya, agar disambut dengan baik dan suruhlah mereka mnyambut kedatangan Nabi Muhammad saw.

Yaa Jibril… perintahkanlah kepada Malaikat Malik agar menutup pintu-pintu neraka dan perintahakan kepada Malaikat Ridwan untuk membuka pintu-pintu syurga dan bersoleklah engkau dengan sebaik-baiknya keindahan demi menyambut kekasihKu Nabi Muhammad saw.

Yaa Jibril… bawalah trilyunan malaikat yang ada di langit, turunlah ke bumi, ketahuilah KekasihKu Muhammad saw telah siap untuk dilahirkan dan sekarang tiba saatnya Nabi Akhiruzzaman.”

Dan turunlah semua malaikat, maka penuhlah isi bumi ini dengan trilyunan malaikat. Lalu ibunda Rasulullah saw di bumi, beliau melihat malaikat itupun berdatangan membawa kayu-kayu gahru yang wangi dan memenuhi seluruh jagat raya. Pada saat itu pula mereka semua berdzikir, bertasbih, bertahmid, dan pada saat itu pula datanglah burung putih berkilau cahaya mendekati Sayyidah Aminah dan mengusapkan sayapnya pada Sayyidah Aminah, maka pada saat itu pula lahirlah Muhammad Rasulullah saw dan tidaklah Sayyidah Aminah melihat kecuali cahaya, tak lama kemudian terlihatlah jari-jari Nabi Muhammad saw bersujud kepada Allah seraya mengucapkan, “Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Walhamdulillahi katsiro, wasubhanallahibukrotan wa asiilaa.”

Semakin memuncaklah kegembiraan seluruh alam dunia dan semesta dan terucaplah “Yaa Nabi Salam Alaika… Yaa Rasul Salam Alaika… Yaa Habib Salam Alaika… Sholawatullah Alaika.. ”

Matanya bagaikan telah dipakaikan sifat mata, senyum indah terpancar dari wajahnya dan hancurlah berhala-berhala dan bergembiralah semua alam semesta menyambut kelahiran Nabi yang mulia…

Wednesday, March 14, 2012

Kisah Malaikat Yang Dipatahkan Sayapnya Karena Tidak Berdiri Menyambut Rasulullah SAW

Bulan Mawlid / Rabiul Awal.
Sesungguhnya Malaikat Jibril AS datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Ya Rasulullah SAW, aku telah melihat seorang malaikat di langit berada di atas singgahsananya. Di sekitarnya terdapat 70.000 malaikat berbaris melayaninya. Pada setiap hembusan nafasnya Allah SWT menciptakan darinya seorang malaikat. Dan sekarang ini kulihat malaikat itu berada di atas Gunung Qaaf dengan sayapnya yang patah sedang menangis.

Ketika dia melihatku, dia berkata, “Adakah engkau mau menolongku?” Aku berkata, “Apa salahmu?” Dia berkata, “Ketika aku berada di atas singgahsana pada malam Mi’raj, lewatlah padaku Muhammad Kekasih Allah. Lalu aku tidak berdiri menyambutnya dan Allah menghukumku dengan hukuman ini, serta menempatkanku di sini seperti yang kau lihat.” Malaikat Jibril berikata, “Seraya aku merendah diri di hadapan Allah SWT, aku memberinya pertolongan.” Maka Allah SWT berfirman, “Hai Jibril, katakanlah agar dia membaca shalawat atas Kekasih-Ku Muhammad SW.” Malaikat Jibril berkata lagi, “Kemudian malaikat itu membaca shalawat kepadamu dan Allah SWT mengampuninya serta menumbuhkan kedua sayapnya, lalu menempatkannya lagi di atas singgahsananya.”

Fahamilah…Dengan ini kita dapat mengerti akan betapa keagungan shalawat, dan betapa pentingnya kita berdiri untuk menyambut dan menghormati saat Mahlul Qiyam atas kedatangan Rasulullah SAW dan para Ahlubait serta pewaris-pewarisnya..

Kitab Mukasyafatul Qulub Bab XIX,halaman 143,karangan Hujjatul Islam Al Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali Ath Thurthusy


Monday, March 5, 2012

Kesederhanaan Tidur dan Makan Rasulullah s.a.w.

Rasulullah saw tidur hanya beralaskan belulang iaitu kulit yg diisi pelepah tamar. Siti Aisyah r.a berkata bahawa alas tidur Rasulullah SAW adalah daripada kulit yang diisi dengan serabut [Riwayat Bukhari]. Apabila tidur, baginda berbaring disebelah kanan dan meletakkan tapak tangan kanannya di bawah pipinya.

Diriwayatkan oleh Abdullah Ibn Mas’ud RA bahawa Rasulullah SAW tidur di atas tikar dan bangun selepas itu dalam keadaannya badannya berbekas. Lalu dibawa kepadanya oleh sahabat hamparan yang lembut, Rasulullah SAW bersabda: Apakah kedudukan aku di dunia ini? Tidakkah aku di dunia ini melainkan seumpama seorang pengembara yang berteduh di bawah pokok kemudian berlalu meninggalkannya.

Sunnah Nabi ialah semasa makan ialah duduk di atas lantai dan bukannya di meja. Tidaklah salah makan di meja, cuma tidak mengikut sunnah. Semasa makan, Nabi duduk seperti duduk tahiyyat pertama atau duduk ‘bertinggung’.

Baginda tidak mempunyai meja makan. Makanan diletak di atas lantai. Baginda menyuap makanan yang ada dengan 3 jari. Baginda tidak pernah mencela makanan. [Riwayat Bukhari dan Muslim].

Anas bin Malik radiallahu ‘anhu berkata: Aku melihat Rasulullah sallallahu ‘alaihi wassalam duduk bertinggung sambil makan kurma. Duduk bertinggung ialah duduk di atas kedua tapak kaki dengan kedua-dua kaki berlipat dan punggung tidak menjejak tanah.

Aisyah r.a berkata, “Kadangkala sebulan berlalu namun kami tidak menyalakan api di dapur,. Kami hanya makan kurma dan air sahaja kecuali jika ada seseorang yang menghadiahkan sedikit daging kepada kami” [Riwayat Bukhari]

Rasulullah SAW hidup dalam keadaan yang amat sederhana, walaupun bukit dan gunung-ganang yang ada di sekitarnya pernah ditawarkan agar ia dijadikan emas dan perak, akan tetapi Rasulullah SAW menolaknya dan tetap memilih cara hidup yang sederhana.

Diriwayatkan dari Aisyah, Rasulullah S.A.W. berkata kepadaku ” Sesungguhnya Allah menawarkan kepadaku dataran Mekkah untuk dijadikan emas dan diberikan kepadaku, maka aku menolaknya, lalu aku berkata : Aku tidak mengharapkan itu semuanya Ya Allah, akan tetapi aku lebih senang sehari lapar dan sehari kenyang. Tatkala hari yang aku merasakan lapar, aku merendah diri dan berdo’a kepada-Mu, sementara tatkala hari yang aku merasakan kenyang, aku bersyukur dan memuji-Mu “

Sunday, March 4, 2012

Daya tarik Rasulullah SAW

Tufail bin Aun, kepala suku Ausith, adalah seorang penyair kenamaan dan terkenal bijaksana. Pada suatu ketika ia berkunjung ke kota Makkah. Kepala-kepala suku di kota Makkah keluar menyambutnya di pintu gerbang kota. Mereka khawatir kalau-kalau Tufail berhubungan dengan Rasulullah SAW dan kemudian terpengaruh ajaran-ajaran beliau. Mereka memperingatkannya supaya jangan dekat-dekat dengan Nabi SAW dan jangan sekali-sekali menemuinya.

“Ucapan-ucapan Muhammad telah menimbulkan kekacauan yang hebat di kota Makkah. Ia juga telah menyebarkan kejahatan di daerah-daerah luar, baik yang dekat maupun yang jauh,” demikian peringatan kepala-kepala suku Makkah kepada Tufail.

Tufail pun terpengaruh dengan hasutan-hasutan itu. Ia betul-betul menghindari setiap kemungkinan bertemu dengan Nabi SAW atau sahabat-sahabat beliau. Bilamana ia secara tidak sengaja bertemu Nabi SAW, ia palingkan mukanya sambil menutupi kedua telinganya dengan kedua tangannya.

Pada suatu hari Nabi SAW sedang berdoa di depan Ka’bah. Secara kebetulan Tufail lewat di tempat itu. Dengan tidak sengaja ia mendengar doa yang diucapkan Nabi SAW. Kata-kata dalam doa itu secara spontan menggetarkan hatinya. Ia pun begitu terkesan, sehingga lupa dengan hasutan kepala-kepala suku Makkah. Begitu tertariknya, setelah Nabi SAW selesai berdoa dan kembali ke rumahnya, ia pun mengikuti beliau dari belakang. Tak kuat menahan rasa ketertarikannya, ia masuk ke dalam rumah beliau dan meminta beliau untuk membaca lagi beberapa doa tadi yang tidak lain berisi ayat-ayat Al-Qur’an. Nabi SAW pun dengan senang hati mengabulkan permintaannya. Akhirnya saat itu juga, Tufail mengikrarkan dirinya masuk ke dalam Islam.

Lain halnya dengan Utbah, seorang kepala suku yang kaya. Dengan harapan untuk dapat menghentikan dakwah Rasulullah SAW, kepala-kepala suku Quraisy mengutus Utbah untuk menemui Rasulullah SAW dan membujuknya. Utbah lalu menemui Nabi SAW dan berkata,

“Keponakanku, jika engkau ingin mengumpulkan kekayaan dengan ajaran-ajaranmu ini, katakanlah, aku akan memberikan kepuasan kepadamu. Kalau engkau menginginkan martabat yang tinggi, kami bersedia mengangkatmu menjadi pemimpin. Kalau engkau menginginkan kerajaan, kami akan menjadikanmu raja. Kalau engkau menginginkan wanita-wanita yang cantik, silakan pilih gadis-gadis yang tercantik di antara suku-suku Quraisy.”

Nabi SAW pun menjawab,

“Saya tidak menginginkan apapun dari semuanya. Saya hanya mendapat wahyu dari Tuhan dan saya berkewajiban menyampaikannya kepada kalian.”

Nabi SAW lalu membacakan beberapa ayat Al-Qur’an di hadapan Utbah. Spontan ia terkesan dengan daya tarik ayat-ayat itu. Kembalilah Utbah kepada kepala-kepala suku Quraisy, lalu berkata,

“Saya telah mendengar suatu kalam, bukan syair, bukan sihir dan bukan juga nujum. Saya mengusulkan kepada tuan-tuan untuk membiarkan Muhammad menempuh jalannya sendiri.”

[Disarikan dari Rangkaian Tjeritera dari Sedjarah Islam, Ahmad DM., hal. 21-23]

Wednesday, February 29, 2012

Ingin bermimpi Nabi


Oleh : Ustadz Husin Nabil bin Najib Assegaf

Seorang murid berjalan menuju rumah syaikhnya. Tampak di wajahnya sedang menginginkan sesuatu. Ketika sampai di rumah syaikhnya, dia duduk bersimpuh beradab di hadapan sang syaikh tak bergeming sedikitpun. Kemudian dengan wajah dan suara yang berwibawa itu, bertanyalah syaikh kepada muridnya,

“Apakah yang membuatmu datang kepadaku di tengah malam begini?”

Dijawabnya dengan suara yang halus,

“Wahai syaikh, sudah lama aku ingin melihat wajah Nabiku SAW walau hanya lewat mimpi, tetapi keinginanku belum terkabul juga.”

“Ooh…itu rupanya yang kau inginkan. Tunggu sebentar,” jawab syaikh.

Dia mengeluarkan pena, kemudian menuliskan sesuatu untuk muridnya.

“Ini…bacalah setiap hari sebanyak seribu kali. Insya Allah kau akan bertemu dengan Nabimu.”

Pulanglah murid membawa catatan dari sang syaikh dengan penuh harapan ia akan bertemu dengan Nabi SAW.

Tetapi setelah beberapa minggu kembalilah murid ke rumah syaikhnya memberitahukan bahwa bacaan yang diberikannya tidak berpengaruh apa-apa. Kemudian syaikh memberikan bacaan baru untuk dicobanya lagi.

Sayangnya beberapa minggu setelah itu muridnya kembali lagi memberitahukan kejadian yang sama. Setelah berdiam beberapa saat, berkatalah sang syaikh,

“Nanti malam engkau datang ke rumahku untuk aku undang makan malam.”

Sang murid menyetujui permintaan syaikhnya dengan penuh keheranan. Dia ingin bertemu Nabi, tetapi kenapa diundang makan malam. Karena dia termasuk murid yang taat, dipenuhinyalah permintaan syaikhnya itu.

Datanglah ia ke rumah syaikhnya untuk menikmati hidangan malamnya. Tenyata syaikh hanya menghidangkan ikan asin saja dan memerintahkan muridnya untuk menghabiskannya.

“Makan, makanlah semua dan jangan biarkan tersisa sedikitpun!”

Maka sang muridpun menghabiskan seluruh ikan asin yang ada. Setelah itu ia merasa kehausan karena memang ikan asin membuat orang haus. Tetapi ketika ingin meneguk air yang ada di depan matanya, sang syaikh melarangnya,

“Kau tidak boleh meminum air itu hingga esok pagi, dan malam ini kau akan tidur di rumahku!” kata sang syaikh.

Dengan penuh keheranan diturutinya perintah syaikh tadi. Tetapi di malam hari ia susah untuk tidur karena kehausan. Ia membolak-balikkan badannya, hingga akhirnya tertidur karena kelelahan. Tetapi apa yang terjadi?. Ia bermimpi bertemu syaikhnya membawakan satu ember air dingin lalu mengguyurkan ke badannya. Kemudian terjagalah ia karena mimpi itu seakan-akan benar-benar terjadi pada dirinya. Kemudian ia mendapati syaikhnya telah berdiri di hadapannya dan berkata,

“Apa yang kau mimpikan?”

Dijawab olehnya,

“Syaikh, aku tidak bermimpi Nabiku SAW. Aku memimpikanmu membawa air dingin lalu mengguyurkan ke badanku.”

Tersenyumlah sang syaikh karena jawaban muridnya. Kemudian dengan bijaksana ia berkata,

“Jika cintamu pada Nabi seperti cintamu pada air dingin itu, kau akan bermimpi Nabimu SAW.”

Menangislah sang murid dan menyadari bahwa di dalam dirinya belum ada rasa cinta kepada Nabi. Ia masih lebih mencintai dunia daripada Nabi. Ia masih meninggalkan sunnah-sunnahnya. Ia masih menyakiti hati umat Nabi. Ia masih…masih…masih…..

“Ooh berapa banyak tenaga yang harus aku keluarkan untuk bertemu Nabiku. Aku sadari Nabiku bukan sesuatu yang murah dan mudah untuk dipetik atau dibeli dengan uang. Aku hanya berharap semoga Nabiku mendengar keluhan yang keluar dari hatiku ini dan menjemputku walau di dalam mimpi.”

Kelompok Kebenaran Dari Ummat Nabi Muhammad saw



قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
لَا يَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ (صحيح البخاري

Sabda Rasulullah saw : “selalu ada kelompok dari ummatku yang terus muncul dengan kebenaran, hingga mereka menghadap Allah mereka akan terus ada dan terlihat jelas” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Limpahan Puji Kehadirat Allah Maha Raja Langit dan Bumi, Maha Penguasa Tunggal dan Abadi, Maha Mengasuh seluruh hamba – hamba dan ciptaan-Nya sepanjang waktu dan zaman, Tunggal menuntun mereka di dalam kehidupan, mengasuh mereka dengan cahaya matahari dan bulan, daratan dan lautan dan semua hamba yang ada di bumi sebagai lambang kelembutan Ilahi. Terbit keindahan Allah dalam setiap waktu dan zaman, terbit kelembutan Allah dalam setiap waktu dan zaman, terbit kewibawaan Allah dalam segala waktu dan kejadian. Bagi mereka yang mau berfikir, mereka akan menemukan Cahaya Keagungan Allah dalam setiap waktu dan kejap. Yang setiap nafas mereka merupakan lambang Kasih Sayang Illahi, yang setiap detak jantung memanggil setiap hamba untuk mengenal Allah, yang memberinya kehidupan, yang menggetarkan jantungnya lebih dari 100.000X setiap harinya untuk mendukung seluruh gerakan dan kehidupan.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Jantung yang berdetak ini adalah milik Rabbul Alamin dan bukan kita yang menciptanya. Lisan yang kita pakai untuk berucap bukan pula kita yang menciptanya tapi Anugerah Illahi. Dan semua kehidupan yang kita gunakan siang dan malam adalah panggilan Allah agar mau mendekat mencapai Kasih Sayang-Nya, mencapai Kelembutan-Nya, mencapai Keridhoan-Nya yang abadi, kenikmatan yang abadi, keindahan yang abadi, kemewahan yang abadi dan puncak segala anugerah adalah Ridho Allah, Kasih Sayang Allah, Kelembutan Allah yang membuka kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan Sang Pemilik Kebahagiaan di dunia dan akhirat, Dialah Allah.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Allah Swt berfirman “Qul huwallahu ahad” katakanlah, kenalilah, fahamilah, dalamilah dan sadarilah dan renungkanlah dan dapatkanlah Cahaya Keagungan dari kalimat Dialah Allah Maha Tunggal; QS. Al Ikhlas : 1. Hanya Dialah (Allah) Yang Maha Ada dan selainnya adalah fana. Semua selain Allah, hakekatnya tiada walaupun tampaknya ada, karena keberadaan mereka terikat dan tergantung kepada Yang Maha Ada. Allah ada sebelum segala – galanya ada dan Allah Yang Maha Tunggal tetap ada ketika segala – galanya sirna. Hadirin – hadirat, kalimat yang pertama daripada firman Allah ini menembus kepada jantung tauhid, memberi kefahaman bahwa Dia (Allah) Maha Tunggal. Tidak sama dengan semua makhluk dan tidak ada yang menyerupainya. Dan ketika kita merenungkan kedalaman kalimat ini, akan muncul cahaya tauhid yang membimbing kita kepada ketenangan, kesejukan. “Alaa bidzikrillah tathma’innulquluub” dengan mengingat Allah akan tenanglah hati; QS. Ar-Rad : 28. Dan ketahuilah Allah itu Maha Tunggal. Maha Tunggal untuk dicintai, Maha Tunggal untuk dirindukan, Maha Tunggal untuk dimuliakan, Maha Tunggal untuk disembah, Maha Tunggal untuk diharapkan, Dialah (Allah).

“Allahusshamad” Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan; QS. Al Ikhlas : 2. Al Imam Ath-thabari alaihi rahmatullah menjelaskan bahwa makna “ashshamad” adalah yang tidak makan dan minum dan tidak menyerupai makhluk. Dalam penafsiran lainnya, Imam Ath-thabari menukil makna “ashshamad” adalah yang tidak berubah sebagaimana makhluk yang selalu berubah. Dari kecil ke besar, dari tua ke muda dan lain sebagainya. Allah tetap Maha Tidak Berubah. Al Imam Ibn Katsir menjelaskan di dalam tafsirnya menukil salah satu makna dari kalimat “ashshamad” adalah nurun yatala’ala’ cahaya yang berpijar. “Allahusshamad” Allah Yang Maha Tidak Berubah dan selalu ada dan merupakan cahaya yang berpijar dengan indahnya.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Tentunya yang dimaksud bukanlah Allah itu berwujud cahaya. Karena cahaya yang kita kenal hanyalah cahaya yang dikenal oleh mata dalam penerang dan penglihatan. Bagaimana dengan Allah cahaya yang berpijar, tidak terlihat oleh yang buta, tidak terlihat oleh manusia, bagaimana cahaya yang berpijar jika tidak terlihat? Tentunya maksud cahaya yang berpijar ini adalah cahaya kebahagiaan, cahaya keindahan, cahaya ketenangan yang menerangi kehidupan hamba – hambaNya dan itu jauh lebih agung dari makna cahaya yang kita kenal. Cahaya yang terang – benderang inilah menenangkan jiwa dengan setenang – tenangnya keadaan. Mengampuni banyak kesalahan dan dosa dan mengangkat derajat seluhur- luhurnya. Menjatuhkan sifat – sifat hina dari sanubari dan memunculkan sifat – sifat luhur, membangkitkan keinginan untuk bermunajat dan bersujud, mengundang manusia untuk terus semakin dekat kehadirat-Nya dan inilah Cahaya Penerang Yang Maha abadi.

“Lam yalid wa lam yuulad; Walam yakullahu kufuwan ahad” Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan; Dan tidak ada satupun yang menyerupai Allah; QS. Al Ikhlas : 3-4. Maha Tunggal dan Maha Abadi. Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika salah seorang sahabat mengadukan tentang seseorang yang selalu membaca Surah Al Ikhals. Ketika ditanyakan kepadanya, ia berkata “Li annahaa sifaturrahman” karena Al Ikhlas ini sifatnya Allah Yang Maha Pengasih, aku senang membacanya, mendalami maknanya, membuatnya semakin rindu kepada Allah, yang memang Maha Tunggal dan tiada makhluk lain mempunyai sifat Maha Tunggal melebihi Rabbul Alamin Yang Maha Tunggal. Aku asyik membacanya. Maka Rasul Saw berkata “akhbiruuh innallah yuhibbuh” kabarkan padanya bahwa Allah mencintainya. Karena ia suka menyebut Nama Allah Yang Maha Tunggal, karena ia senang menyebut Nama Allah, melafadzkan sifat – sifat Allah, mengulang – ulangnya karena rindu kepada Allah. Hadirin – hadirat, inilah Sang Maha Indah yang menghargai bibir dan jiwa yang selalu melafadzkan Nama-Nya dan mengingat-Nya.

Kalau sudah Sang Nabi saw mengabarkan “akhbiruuh innallah yuhibbuh” sampaikan kabar padanya bahwa Allah mencintainya. Subhanallah!! Cintanya Allah dikabarkan oleh Sang Nabi saw kepada orang itu bahwa Allah mencintainya. Dari mana ia mengenal kemuliaan Surah Al Ikhlas? Tentunya dari manusia yang paling dicintai Allah, Sayyidina Muhammad Saw. Semakin kita menggali dari rahasia kemuliaan tuntunan Sang Nabi saw, maka semakin dekat gerbang cinta Allah kepada kita. Maka kenalilah Muhammad Rasulullah Saw.

Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, Allah Swt berfirman di dalam hadits qudsiy, ketika salah seorang hamba berbuat dosa lantas ia beristighfar dan bertaubat kepada Allah. Allah Swt berfirman 15.53 “fa’alima abdiy anna lahu Rabban yaghfiruudzzunuuba wa ya’khudz bih, ghafartu li ‘abdiy” hamba-Ku, ia tahu setelah ia berbuat dosa, ia menyesal pada-Ku. Dialah (Allah) yang paling dekat kepada kita, Cintanya paling setia kepada kita, Kasih Sayang-Nya terindah kepada kita. Kita mengenal Kasih Sayang-Nya muncul setiap saat dan kejap. Buktinya adalah kehidupan kita yang itu semua bukti Cintanya Allah. Namun ketika kita mengkhianati Allah dengan dosa dan kesalahan maka ketika sang pengkhianat ini beristighfar memohon pengampunan-Nya, Sang Maha Baik menjawab “hamba-Ku tahu ada Tuhan yang selalu mengampuninya, ia mengenal Kasih Sayang-Ku, Ku-maafkan hamba-Ku”.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Adakah yang lebih baik dari Allah? Bukankah Allah Swt yang memberikan semua anugerah ini kepada yang taat pada-Nya dan pada yang tidak taat pada-Nya. Dan Allah masih menanti para pendosa yang selalu menantang kemurkaan-Nya untuk kembali kepada keluhuran dan bisa mencapai Cinta-Nya. Cinta yang terus dikecewakan oleh sang hamba, setiap waktu dan saat mereka terus mengetuk pintu kemarahan Allah. Jika mereka bertaubat, Sang Maha Lembut menerima taubatnya dan seindah – indah sambutan, tidak ada sambutan yang lebih agung melebihi sambutan Allah terhadap hamba-Nya yang bertaubat. Oleh sebab itu Sang Nabi saw, diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, beliau saw bertaubat lebih dari 100X setiap harinya. Karena apa? Karena ingin mencapai derajat orang – orang yang bertaubat padahal beliau saw memiliki derajat tertinggi. Tapi beliau saw tahu betapa cintanya Allah kepada orang yang bertaubat. Kalau yang tidak pernah berbuat dosa saja ingin selalu bertaubat. Semoga aku dan kalian diberi sifat yang selalu ingin bertaubat.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
“Innallaha yuhibbuttawwaabiin wa yuhibbul muthathahhiriin” Allah mencintai orang – orang yang suka bertaubat. Maka tentunya, sebagian dari kita merasa berat melakukan taubat. Karena apa? Karena merasa belum mampu meninggalkan dosa – dosanya. Justru dengan kita taubat dan mengadukan dosa – dosa yang belum mampu kita tinggalkan seraya meminta kepada Allah diberi kekuatan agar terhindar dari dosa – dosa itu, ia sudah mencapai kemuliaan taubat. Karena apa? Karena taubat itu adalah benci terhadap dosa, menyesal terhadap dosa, tidak mau melakukan dosa. Jika setelah itu ia kembali terjebak dalam dosa maka layaknya ia tidak bosan – bosa bertaubat bukan sebaliknya bosan bertaubat, tidak bosan – bosa bermaksiat. Semestinya sebaliknya, bosan bermaksiat karena kebanyakan taubat, bukan sebaliknya kebanyakan bermaksiat yang akhirnya bosan bertaubat. Sampaikan derajatmu kepada derajat yang selalu bertaubat dan bosan bermaksiat. Kalahkan maksiat itu dengan banyaknya taubat. 1 tetes, 2 tetes cahaya taubat hingga menjadi samudera taubat dan Allah membuka pintu Cinta-Nya kepadamu dan kau melewati kebahagiaan dunia dan akhirat. Kau akan jauh kepada api neraka.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Sampailah kita kepada hadits mulia ini, Hadits riwayat shahih bukhari : tiada henti – hentinya sekelompok dari umatku itu akan tetap ada dan akan tetap terlihat sampai mereka menjumpai Allah di hari kiamat, mereka tetap terlihat dengan jelasnya. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam kitabnya Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari mensyarhkan daripada makna haidts ini bahwa ada sekelompok dari umat Muhammad Saw, walaupun umat ini semakin bergeser menuju kerusakannya, menuju kehancuran dan semakin buruk. Janji Sang Nabi saw, ada kelompok yang tetap bertahan dari para pecinta Sayyidina Muhammad Saw. “wa hum dhaahiruun” mereka itu ada dan selalu terlihat muncul dan mereka itu tidak tersembunyi, selalu ada. Demikian janji Nabi Muhammad Saw dan ini memberikan semangat kepada majelis – majelis ta’lim dan majelis – majelis dzikir yang tentunya dibangun untuk pembenahan umat Nabi Muhammad Saw dengan niat yang ikhlas mengikuti tuntunan Sang Nabi saw, maka kelak dijanjikan oleh Sang Nabi saw bahwa kelompok itu ada dan terlihat. Maka setiap gerakan – gerakan pembenahan umat, demi bangkitnya dakwah Sang Nabi saw adalah bentuk daripada isyarat yang disampaikan oleh Sang Nabi saw dan kita berharap majelis ini merupakan salah satu sari kabar yang disampaikan oleh Nabi Saw. Bahwa dia ntara umatku akan terus ada, dan semoga majelis in terus ada. Dari mulai masa Sang Nabi saw, para pembela Rasul saw, shabatul kiram sampai pada tabi’in, tabiut tabi’in, ashlafunnaashalihin sampai kepda kita sampai kepada keturunan kita, selalu dijaga Allah dalam rahasia kemuliaan para pendukung Muhammad Rasulullah Saw.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Saya tidak berpanjang lebar menyampaikan tausiyah. Namun ada beberapa hal yang perlu disampaikan mengenai sebagian jama’ah yang mempertanyakan mengenai jaket yang bertuliskan “Majelis Rasulullah Saw” apakah boleh dibawa ke toilet? Tentunya kalau seandainya tulisan itu berbahasa arab maka sebaiknya tidak masuk ke toilet karena itu ada padanya Nama Allah Swt. Sebagian ulama mengatakan haram dan sebagian mengatakan makruh syiddatulkaraahah (sangat makruh dan dibenci) membawa lafadz Allah ke dalam toilet atau mendudukinya atau menginjaknya. Namun kalau bahasa latin maka bahasa latin itu (bahasa selain bahasa arab) tidak disebut di dalam syari’atul muthahharah. (maa yusammal harf) Syari’ah islamiyyah di dalam menghukumi hukum – hukum islam tidak menganggap bahasa selain bahasa arab karena bahasa islam adalah bahasa arab. Jadi kalau ditulis dengan huruf selain bahasa arab maka tidak termasuk ke dalam hal yang diharamkan. Oleh sebab itu saya menyetujuinya karena ditulis dengan huruf latin, karena tulisan selain huruf arab tidak diakui sebagai huruf dalam hukum syari’ah, maka tidak terkena hukum dari lafadz tersebut. Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah. Oleh sebab itu, baju yang bertuliskan Majelis Rasulullah Saw dengan huruf latin, kalau bisa jangan ditambahi dengan huruf arab. Karena jika ditambahi huruf arab tidak boleh masuk ke toilet. Demikian hadirin yang dimuliakan Allah. Ini masalah jaket.

Dan masalah selanjutnya adalah hadits Rasul saw riwayat Shahih Bukhari yang saya sampaikan di wilayah kwitang beberapa waktu yang lalu. Dan seorang yang bernama Nuaiman radiyallahu anhum yang selalu dihukum dan dihukum Karena tidak lepas – lepasnya minum arak. Ketika ia dilaknat oleh salah seorang sahabat, Rasul saw berkata “jangan kau laknat ia karena demi Allah aku menyaksikan demi Allah ia mencintai Allah dan Rasul-Nya”. Rasul saw mengakui cinta orang itu, walaupun ia seorang pemabuk. Tentunya ia sudah dihukum dan mendapatkan hukuman karena ia mabuk. Hukuman tidak dibebaskan, hukuman tetap dijalankan tapi cintanya kepada Allah dan Rasul tetap diakui oleh Nabi Saw. Jadi yang dimaksud, bukan seorang pemabuk itu bisa saja ia cinta Allah dan Rasul, cintanya akan tetap diterima Allah dan Rasul-Nya, ia diterima oleh Allah dan Rasul saw. Tapi hukumannya ada? Kalau tidak hukumannya di dunia, hukumannya di alam kubur, kalau tidak di alam kubur di barzah, tidak di barzah maka di yaumal qiyamah. Namun cintanya tetap diakui dari bentuk akhlak Sayyidina Muhammad Saw. Demikian yang dimaksudkan. Bagi mereka yang masih mengingkari hadits ini riwayat Shahih Bukhari dan boleh mengulang VCDnya yang mana saya menyampaikan hal ini di kwitang.

Dan yang ketiga adalah penyampaian pesan rindu dari Guru Mulia Al Musnid Al Hafidz Al Habib Umar bin Hafidz. Saya baru saja kemarin kembali dari sana dan beliau menyampaikan salam kepada hadirin semua dan mendoakan kita selalu dan muslimin khususnya di negeri kita ini dan beliau saw juga menghimbau muslimin – muslimat untuk tidak terlalu terguncang dengan apa – apa yang terjadi di negeri kita. Apakah itu berupa pemilu atau lainnya. Tetaplah berjalan dalam kedamaian dan jangan terpancing dalam permusuhan dan perpecahan dalam hal ini. Dan juga beliau menyampaikan tentang fitnah yang muncul atas nama Majelis Rasulullah Saw bahwa kepemimpinan harus ditangan Ahlul Bait Rasulullah Saw itu, beliau (Al Musnid Al Hafidz Al Habib Umar bin Hafidz) menyampaikan kepada saya tolong sampaikan kepada jama’ah bahwa tidak sepantasnya Ahlul Bait Rasul saw memperebutkan kepemimpinan. Demikian yang beliau sampaikan. Yang sebaiknya mereka mengayomi mulai rakyat sampai kepada penguasa. Tidak seyogyanya ulama dan ahlulbait Rasul saw ikut di dalam kancah untuk berebut kekuasaan, Biarkan yang berkuasa, berkuasa. Kita para ulama dan ahlulbait Rasul saw mengayomi mulai rakyat sampai penguasa. Demikian yang disampaikan oleh beliau dan tidak lupa salam beliau kepada kita dan semoga Allah Swt mengangkat derajat kita setinggi – tingginya dan juga majelis mulia ini semoga terus mendawamkan bagi kita rahasia keridhoan, rahasia cinta, rahasia taubat dalam setiap nafas kita, dalam hari – hari kita.

Rabbiy, limpahkan atas kami kebahagiaan dunia dan akhirat, ketenangan dunia dan akhirat, kedamaian dunia dan akhirat, kemakmuran dunia dan akhirat. Ampuni kami dari seluruh dosa, singkirkan kami dari segala kesalahan. Ya Rahman Ya Rahim, Ya Dzaljalali Wal Ikram Wahai Yang Maha Tunggal, Wahai Yang Maha Abadi, Wahai Cahaya yang terang – benderang, Wahai Yang selalu menerangi jiwa dengan sifat – sifat yang luhur. Malam ini kami bermunajat memanggil Nama-Mu Wahai Yang Maha Menerangi jiwa dengan keluhuran, Wahai Yang Maha Menerangi hari –hari dengan kebahagiaan, Wahai Yang Sellau terang – benderang menerangi alam semesta dengan kedermawanan, dengan keindahan dan kemuliaan, dengan pengampunan dan kelembutan.

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah.. Ya Rahman Ya Rahim..Ya Allah..

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah

Washollallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam.

Kita lanjutkan doa bersama dalam qasidah Ya Rahman Ya Rahim Farij A’lal Muslimin yang Guru Mulia kita selalu menyarankan kita sejak kemarin dan beliau menyarankan lagi kita terus mendoakan muslimin dan juga dalam doa ini doa untuk munculnya pemimpin yang baik bagi negeri kita. Dalam beberapa minggu ini tentunya penentuan dari keridhoan Illahi untuk memilihkan pemimpin bagi negeri muslimin terbesar di dunia ini. Semoga yang muncul pemimpin yang baik, membawa kedamaian, mencintai para shalihin dan menindas kedhaliman serta membela kelemahan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

http://www.majelisrasulullah.org/

Tuesday, February 28, 2012

Mencontohi Salafussoleh

Oleh : Al Harits Al Muhasibi (wafat 243 H)

Dapatkan sejarah peninggalan mereka yang bertambah takut dengan ilmu,
 bertambah celik dengan amalan dan bertambah kenal dengan akal.

Imam Ibnu Hajar di dalam Hadyus Sari Muqaddimatu Fathul Bari ada menyebut 
bahawa Muhammad bin Mansur pernah  menceritakan :

Pernah satu ketika kami menghadiri majlis Imam Bukhari, lalu ada orang 
mencampakkan kotoran yang ada di janggutnya ke lantai. 

Aku dapati, Imam Bukhari memerhati kotoran itu dan memerhatikan 
orang ramai, lalu apabila ia merasakan orang ramai sedang leka, ia 
mengambil kotoran tersebut dan memasukkan ke dalam bajunya. 
Dan apabila ia keluar dari masjid ia pun mencampakkan kotoran 
itu di atas tanah.

Andaikata kamu tidak dapat mengikuti cara mereka 
akibat kekurangan adab maka hendaklah kamu mencela dirimu sendiri. 
Sesungguhnya sifat orang yang ikhlas tidak akan tersembunyi 
dari orang-orang yang berilmu.

Ketahuilah bahawa setiap fikrah terdapat adab 
dan setiap isyarat terdapat ilmu.
Yang akan dapat membezakan demikian itu
hanyalah mereka yang dapat memahami kehendak ALlah 'azza wa jalla
dan dapat memetik buah-buah keyakinan dari firman-firmanNya.

Tanda-tanda demikian itu yang terdapat pada orang yang sodiq (benar) ialah :

1. Apabila ia melihat ia akan mengambil iktibar

2. Apabila ia berdiam ia akan berfikir

3. Apabila ia bercakap ia akan berzikir

4. Apabila ia terhalang ia akan sabar

5. Apabila diberi ia akan bersyukur

6. Apabila diuji ia mengucap tarji' إن لله و إنا إليه راجعون

7. Apabila dilakukan tindakan bodoh ke atasnya ia berlemah lembut

8. Apabila ada ilmu ia merendah diri

9. Penyayang apabila mengajarkan ilmu

10. Dan apabila ditanya ia berusaha untuk menjawab

Beliau adalah penawar kepada orang yang mengharapkan,
pembantu kepada yang meminta panduan,
sebagai rakan kebenaran,
gua kebaikan,
suka merelakan bagi hak dirinya
dan sangat tinggi kemahuannya pada hak ALlah subahanahu wa ta'ala.

Niatnya lebih baik dari amalannya,
amalannya pula lebih baik dari cakapnya,
dalamannya adalah kebenaran,
pengikatnya adalah malu,
dikenali sebagai warak,
penonjolannya diyakini,
ia mempunyai cahaya-cahaya kewarasan
yang digunakan untuk berpandangan,
mempunyai ilmu-ilmu yang benar
untuk diungkapkan dari dalil-dalil keyakinan untuk diperkatakan.

Yang akan mencapai peringkat ini hanyalah orang yang memujahadahkan dirinya (latihan dan usaha untuk melawan hawa nafsu agar tidak haloba terhadap dunia) kerana ALlah, mengistiqomahkan tekadnya untuk mentaati ALlah,
mentakuti ALlah dalam keadaan terdedah mahupun tersembunyi,
memendekkan angan-angan,
memperkemaskan ikatan ketelitian
dan ia menyelamatkan (diri dari kemurkaan ALlah) dengan tiupan angin keselamatan di lautan ibtihal (munajat dan memohon kepada ALlah).

Justeru waktunya dalam keuntungan, keadaannya sentiasa selamat, tidak akan terkabur dengan hiasan dunia yang menipu dan kilauan fatamorgana serta kelembutan bayu dunia tidak dapat melalaikannya tentang kedahsyatan hari kebangkitan.

Sedarilah bahawa orang yang berakal setelah jelas keilmuannya dan nyata keyakinannya akan mengetahui bahawa tidak ada sesuatu yang akan menyelamatkannya dari Tuhannya melainkan kejujuran, lantaran ia akan bertekun mendapatkannya dan akan mencari orang-orang yang jujur dengan harapan ia akan hidup sebelum matinya (memanfaatkan hidupnya dengan amalan dan kerja yang berfaedah), agar ia bersedia untuk hari yang kekal setelah matinya, maka ia menjual harta dan jiwanya kepada Tuhan, justeru ia pernah mendengar firmanNya :


Quote
إِنَّ ٱللَّهَ ٱشۡتَرَىٰ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَنفُسَهُمۡ وَأَمۡوَٲلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلۡجَنَّةَ‌ۚ


Ertinya : Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman akan jiwa mereka dan harta benda mereka dengan (balasan) bahawa mereka akan beroleh Syurga,


(Surah At Taubah : 111)

Lantas ia berilmu setelah kejahilan, kaya setelah fakir, terhibur setelah kesepian, dekat setelah kejauhan, lega setelah keletihan. Teraturlah sudah urusannya dan terkumpul sudah harapannya.

Slogannya adalah kepercayaan dan keyakinan dan keadaannya adalah berawasan (muraqabah) tidakkah kamu memerhatikan sabdaan RasuluLlah sallaLlahu 'alaihi wasallam :



Quote
أعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك

Ertinya : Sembahlah ALlah bagaikan kamu melihatnya, walau pun kamu tidak dapat melihatnya justeru (sedarlah sebenarnya) Dia sedang melihat kamu

(Riwayat Muslim)

Orang jahil menyangkanya seorang yang pekak dan lesu, 
kebijaksanaannyalah yang memekakkannya, 
orang menyangkanya seorang yang bodoh bercakap merapu, 
bernasihat kerana ALlah lah yang membuat ia berbicara, 
orang menyangkanya seorang yang kaya, 
sikap tidak memintalah yang mengkayakannya 
dan orang menyangkanya fakir, 
sikap tawadhuklah yang merendahkannya.

Dia tidak menyampuk sesuatu yang tidak berkenaan dengannya, 
tidak menggagahi lebih dari keperluannya, 
tidak mengambil apa yang tidak dihajati, 
tidak mengabaikan apa yang diamanahkan kepadanya. 

Orang ramai rasa senang dan tidak terganggu dengannya, 
sementara ia merasa letih berhadapan dengan nafsunya. 
Ia telah memautkan halobanya dengan warak. 
menyekat tamaknya dengan takwa 
dan menghilangkan hawa nafsunya dengan cahaya ilmu.

Bentuklah diri seperti ini, berkawanlah dengan orang-orang sedemikian,

Daripada Abu Hurairah radiyaLLahu 'anhu, daripada Nabi sallaLLahu 'alaihi wasallam sabdanya yang bererti :


Quote
ALlah mempunyai beberapa malaikat peronda yang sentiasa bergerak di atas bumi, apabila mereka naik ke langit ALlah subahanahu wa ta'ala akan bertanya kepada mereka, sedangkan Ia lebih mengetahui : Dari mana kamu datang ? Jawab mereka : Kami datang dari beberapa orang hambaMu di atas muka bumi yang sedang bertasbih, bertakbir dan bertahlil, bertahmid dan memohon doa dan keampunan dariMu. Lalu ALlah berfirman : Sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka, aku memberikan apa yang mereka minta dan aku melindungi mereka dari apa yang mereka mohon perlindungan. Para malaikat pun berkata : Tetapi, bersama mereka ada satu orang yang banyak melakukan kesalahan, dia hanya duduk bersama mereka secara kebetulan ia lintas di situ sahaja. Jawab ALlah : Kepadanya pun aku ampuni, mereka adalah kaum yang tidak akan mencelakakan orang yang duduk bersama mereka

(Riwayat Muslim)

jejakilah tauladan mereka dan beradablah dengan tingkahlaku mereka. 
Mereka adalah simpanan yang terjamin, 
membeli mereka dengan dunia adalah untung, 
mereka adalah senjata dalam kesusahan 
dan pendamping yang boleh dipercayai. 
Andai kamu kefakiran mereka akan mengkayakan kamu 
dan andai mereka berdoa kepada Tuhan kamu tidak akan dilupakan.


Quote
أُوْلَـٰٓٮِٕكَ حِزۡبُ ٱللَّهِ‌ۚ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (٢٢)

Ertinya : "Mereka adalah penyokong-penyokong (agama) ALlah, ketahuilah, sesungguhnya penyokong-penyokong agama ALlah itu adalah orang-orang yang berjaya"



(Surah al Mujadalah: 22)

Sumber Rujukan : Imam Harith Al Muhasibi, Risalah al Murtasyidin, Pent Ustaz Ilyas bin Haji Ismail, Cet 2006, Darul Fawwaz, Kedah.

Categories

Abu Bakr (Ruben) (1) Abu Nadjih bin Abasah Assulamy r.a. (1) Abu Talhah (1) Acai Berry (1) adab (6) adab islami (1) Agama Hindu (1) ahli hikmah (1) ahlul bait (1) Aidid Mu'addib (1) Aidilfitri (2) Aisyah binti Abu Bakar RA (1) ajar anak (1) Ajaran Syiah (2) akhlak (3) Al Fatihah (1) Al Ghaist (1) Al Hariths Al Muhasibi (1) Al-Jassasah (1) Al-Quran (1) alam (1) amalan (1) Anas Bin Malik (1) Ancaman Besar (1) As-Syamail Muhammadiyyah (1) Asyura (1) aurat (1) ayat seribu dinar (1) Badr (1) bahagia (1) bakhil (1) Bani Umayyah (1) bank rakyat (1) bergurau (1) Beri Acai (1) biola (1) blacklisted loans (1) buta (1) caci (1) cahaya (1) cela (1) cerita (1) cinta (5) cinta sejati (1) Dahri (1) Dajjal (2) doa (2) doa keluar rumah (1) duduk (1) falsafah Melayu (1) fasik (1) fiqh (1) fitnah (2) gaza (1) Ghibah (1) Habib Umar (1) hadis (21) hairan (1) haji (2) halal haram (2) halaqah (1) hari raya (1) harta (1) Hasan Al-Banna (1) http://ibnuyaacob.com (1) hukum (1) Human Touch Consultant (1) huraian (1) ibadah (1) Ibnu Mas'ud (1) ibu (3) ijtihad (1) ikhlas (2) ilmu (3) Imam Abu Hanifah (1) Imam Bukhari (1) Imam Hammad bin Abi Sulaiman Al-Asy’ari (1) Imam Ibnu Al-Jazari (1) Imam Ibnu Hajar (1) israk mi'raj (1) isteri (1) istidraj (1) istigfar (1) Istikharah (1) jana duit (1) jati diri (1) Jibril (2) kacang (1) kartini (1) kasih sayang (2) kata-kata hikmah (1) kaya (1) kebersihan (1) kejadian manusia (1) kekasih (1) Kelahiran Nabi Junjungan (3) kelebihan (1) keledai (1) keluarga (1) kenyang (1) kesopanan (1) Khadijah (1) Khairu Ummah (1) Khalifah Umar bin Abd al Aziz (1) khatamun nubuwwah (1) khilafah (1) kiamat (1) kikir (1) kisah (2) koperasi (1) kulit (1) LAMAN ASNAF PERMATA HATIKU (LIMPAH) (1) langit dan Bumi (1) lapar (1) Laut Yaman (1) lumayan (1) Luqmanul Hakim (1) maaf (1) madrasah (1) mahar (1) makan (2) makanan (1) Makkah (1) malaikat (1) masjid (1) masuk Islam (1) mati (1) mayat (1) mehnah (1) meja kayu (1) Melayu (1) membaca Al-Qur'an (1) menangis (1) menghulur sumbangan (1) menguap (1) menuntut ilmu (1) mimpi Nabi (1) miskin (1) Misykat (1) MLM (1) Muhammad saw (2) Muharram (1) muqarrobin (1) murah rezeki (2) muslimah (1) Nabi Ibrahim as (1) Nabi Muhammad s.a.w. (1) Nabi Musa as (1) nasihat (4) nikah (1) nikmat (1) panduan (1) pasangan hidup (1) pelaburan (1) pelajaran (1) pemaaf (1) penampilan (1) pengajian (1) pengemis (2) pengetahuan penting (1) pengurusan diri (1) pengurusna masa (1) penyakit hati (1) Perang Muslimin Versus Yahudi (1) perbaiki diri (1) perempuan (1) peringatan (1) perjalanan (1) Perjanjian Hudaibiyah (1) perkara tak manfaat (1) persinggahan (1) personal loans (1) pinjaman (1) pinjaman modal (1) Prof Dr Ahmad Syalabi (1) puasa (1) Qarnuts-Tsa'alib (1) qawa'id fiqhiyyah (1) Qiraat (1) Quran (1) qurban (2) Ramadhan (1) rantaian email (1) Rasulullah (13) rawatan (1) rawatan percuma (1) RED DEAD (1) rezeki (1) riak (1) riwayat (1) riya' (2) riyak (1) rumah (1) rumahtangga (1) Ruqyah Syar'iyyah (1) sahabat (2) Sahih Bukhari (1) Saidina Ali (1) Saidina Umar (1) Salafussoleh (1) Samiri (2) sedekah (1) sederhana (1) Sejarah (1) Selamatkan diri dari kebodohan (1) selawat (3) senarai produk haram (1) setekah wafat (1) Sheikh ‘Ali Jumaah (1) Sheikh Usamah As-Sayyid Al-Azhari (1) siddiqin (1) sikap (1) Sirah an-Nabawiyyah (1) Siti Aisyah r.a. (1) skandal melayu (1) solat (5) solat dalam kenderaan (1) Solat Jumaat (1) Solat sunat (1) solat yang diterima (1) solehah (2) solehin (1) sunnah (5) surah (1) Surah Al-Ikhlas (1) Surah Al-Kahfi (1) surah pendek (1) syair (1) syaqq (1) Syeikh Nuruddin Marbu Al Banjari (1) syukur (1) tabarruk (1) Tafsir Ya Sin (1) tahajjud (1) Tamak (1) tasawuf (2) tawadhu’ (1) tawaduk (1) tawaf (1) teknik kekal fokus (1) teknik mengingat (1) teman (1) Teratai (1) tidur (3) Tip mengurangkan tekanan (1) tudung (1) Umar Bin Abdul Aziz (2) Umm Sulaym (1) ummu (1) umpat (1) usahawan (1) video (1) wanita (5) wudhu (2) wuduk (1) www.akhirzaman.info/ (1) Yahudi (2) YouTube (1) zakat (1) zikir (2) zikir selepas solat (1) zulhijjah (1)

Senarai Update