Bismillahirramanirrahim.
foto dari sini :https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghz85qZOQU8WDoKfRb6pV6zUC2YzEnZuvpzciHWg1ifDGvzlIkDwcRhvccfjfZeESUFDSfd4VM06ucCtLFfLcMzA0u0alX1KL2geawxAmov4Px7XPDsgFRX8yOIdCvNy5NYxu4tFNGso9U/s320/Dad+and+baby.jpg
Ijinkan aku memulai tulisan ini dengan sebuah cerita, dari tayangan OPRAH di Metro tv hari minggu kemarin.
Dalam
tayangan itu, tersebutlah sebuah rumah yang keadaannya tidak terawat.
Di rumah tersebut tinggal seorang wanita bersama anak-anaknya. Suatu hari
sang tetangga melihat, ada seorang anak gadis dengan selimut kotor yang
berdiri di belakang kaca jendela pecah. Karena curiga ada sesuatu, maka
sang tetangga melapor kepada polisi. Tak lama datanglah polisi untuk
memeriksa, dan yang di temukan oleh polisi itu sangatlah mengagetkan.
Polisi
memasuki rumah yang tidak terawat itu, hingga sampai di sebuah kamar
yang sangat kotor. Pegas kasurnya terlihat mencuat, dan ada kotoran
dimana-mana. Dan di dalam kamar itu ada seorang anak gadis yang
meringkuk ketakutan ketika melihat polisi datang. Anak itu sangat kotor.
Ketika polisi tersebut mengangkatnya dari tempat tidur yang juga kotor, ia menemukan banyak serangga, telur kutu dan kutu di kepala sang gadis kecil itu.
Segera
mereka membawanya kerumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Mendapati dirinya berada di tengah-tengah manusia, gadis kecil itu
berlaku layaknya binatang yang terluka, ia memberontak.
Dan ternyata ia benar-benar seperti binatang, ia tidak bisa berbicara
dan berjalan secara normal, walau usianya telah 6 tahun. Penelantaran
itu telah berakibat serius terhadap kecerdasannya. Dokter yang berada disitu memvonis, bahwa dari segi kemampuan ia setara dengan bayi berusia satu bulan.
Setelah itu sang dokter yang berada di rumah sakit, memperlihatkan foto otak ( bukan gambar otak keseluruhan, tetapi irisannya
). Ada dua foto yang yang di perlihatkan dan di perbandingkan. Foto
otak dari anak usia 4 tahun yang normal pengasuhannya dan anak usia 4
tahun yang di telantarkan. Perbedaan otak anak yang di telantarkan
sangat jelas. Otak sang anak menciut, dan banyak ruang kosong berwarna
gelap didalam otaknya. Ruang-ruang yang menunjukkan tidak adanya neuron.
Sedangkan pada anak yang normal, ruang-ruang itu terisi. Neuron-neuron
tumbuh dan membentuk ikatan-ikatan yang mengisi otak.
Pada akhirnya sang gadis kecil di adopsi oleh sebuah keluarga. Kemudian kami di perlihatkan, hari-hari pertama sang
gadis. Berada di keluarga tersebut, sang anak yang berjiwa bayi selalu
meminta untuk di gendong setiap hendak bergerak, dia menolak untuk
berjalan. Lalu jika tiba waktu makan, maka ia akan terus makan selama
makanan masih ada hingga muntah, terus minum hingga muntah. Seolah-olah
ini adalah kesempatannya untuk makan, dan belum tentu akan ada makanan
lagi yang tersedia. Dan dalam sehari sang anak bisa berkali-kali
mengalami tantrum. Sehingga dalam mengasuhnya, keluarga ini benar-benar
sesabar jika menghadapi bayi sungguhan. Semua kemampuan awal seorang manusia di ajarkan kembali kepadanya.
Ya Allah, kisah sang anak gadis itu, bisa di katakan contoh ekstrim dimana seorang anak manusia di telantarkan secara fisik dan emosional. Amanah itu disia-siakan secara sengaja.
Sementara
di studio, nara sumber yang diundang oleh OPRAH mengatakan; bahwa saat
ini banyak anak-anak yang di telantarkan. Bahwa penelantaran seorang
anak terutama dalam masa tumbuh kembangnya, dapat menyebabkan turunnya
tingkat kecerdasan,
bahkan dapat menciptakan kondisi keterbelakangan mental. Hal ini
dijelaskan oleh sang nara sumber, sebagai bantahan terhadap kesaksian
sang ibu kandungnya. Yang menyatakan,
bahwa ia tidak menelantarkan sang anak, dan keterbelakangan mental sang
anak bukan di sebabkan olehnya. Dimana satu-satunya kesalahan yang dia
perbuat adalah membuat rumahnya kotor.
Whats
? gak perlu menjadi seorang doktor untuk geleng-geleng kepala mendengar
pernyataan sang ibu. Benar-benar tipikal penyanggahan dari orang yang
menolak bertanggung jawab.
Sang
narasumber melanjutkan bahwa, seorang anak yang dalam masa
pertumbuhannya kurang mendapat elusan di kepala, tepukan di bahu,
pelukan, ciuman, kata-kata sayang, bisa mengalami kemunduran kecerdasan.
Karena itu berarti sang anak di telantarkan secara emosional. Sementara
pemberian perlakuan seperti itu, akan merangsang pertumbuhan sel-sel
neuron, membentuk ikatan-ikatan dan pada akhirnya akan mencerdaskan si
anak.
Subhanallah,
ini penjelasan kedua dan sama yang kuperoleh mengenai kebaikan
mengekspresikan kehangatan kasih sayang pada anak-anak usia dini. Bahkan
rasulullah sudah mencontohkannya pada kita bukan? Di depan para
sahabat, beliau menciumi cucu-cucunya, dan menjadi kuda-kudaan untuk
mereka.
Sebelumnya
di sebuah seminar, mengenai pentingnya berkisah kepada anak-anak, Neno
Warisman yang menjadi pembicara menyampaikan hal ini: “ Setiap
bayi dilahirkan dengan 100 milyar sel neuron. Dan ketika proses
pertumbuhan, sel-sel neuron itu pun bertambah sesuai stimulasi yang di
berikan. Namun tahukah ? Jika kita berbuat baik kepada anak kita,
seperti mengatakan, “ anak ayah ganteng/cantik ya” atau “anak ibu baik
ya” atau “ subhanallah, anakku sholeh/ah ya” sambil kita mengelus kepala
mereka. Maka dalam sedetik itu, akan terbentuk 1.8 juta sambungan
neuron.
Dan
makin banyak sambungan neuron, maka kecerdasan anak akan meningkat.
Sehingga pada usia 7 tahun, jumlah sambungan bisa mencapai 1 juta
trilyun ( Allahu akbar ).Karenanya bisa di katakan, bahwa anak yang
cerdas, otaknya rimbun.”
Dan
jika di kaitkan dengan foto otak anak diatas, betapa perlakuan baik
kita ( orang tua, guru, dan pengasuh ) di usia awal seorang anak, bisa
mencegah terbentuknya ruang-ruang kosong itu. Dan sebaliknya ruang-ruang
itu akan di penuhi oleh sambungan-sambungan neuron. Mengapa sambungan
itu penting ? Karena di situlah informasi di terima, diolah, dan
disimpan. Makin banyak sambungan neuron berarti makin banyak informasi.
Dan
mengapa usia awal itu penting ? Karena diusia itulah otak tumbuh dan
prosesnya tidak bisa berulang. Sehingga kegagalan merawat anak di usia
awal kehidupannya akan berdampak di sepanjang sisa hidupnya. Karena anak
mulai belajar bukan sejak dia masuk sekolah, tetapi sejak ia di
lahirkan. Dan jika software mengenai keahlian dasar kehidupan tidak
ditanamkan, maka sampai dewasa dia tidak akan mempunyai keahlian itu.
Contohnya
seperti anak gadis diatas, karena tak ada yang pernah mengajaknya
bicara, maka sampai usia seperti itu ia tidak bisa berbicara.
Itulah
mengapa peran orang tua demikian penting. Karena orang tualah
sosok-sosok pertama yang hadir di awal-awal kehidupan seorang manusia.
Orang tualah yang menginstal semua software kehidupan, yang akan
mempengaruhi keseluruhan hidup seorang anak manusia kelak. Dan karenanya
tanamlah software yang benar sejak dari awal. Jangan pernah berkata : “
aaah dia kan masih bayi, mana ngerti, nyantai aja lah”. Ya memang
benar, saat itu bayi anda tidak mengerti. Tetapi software itu telah
tertanam, dan nanti pada saatnya ketika tiba waktunya berfungsi, dia
akan berfungsi sesuai dengan yang anda tanamkan.
Bayangkan,
jika saat itu anda tanpa sengaja/ memang sengaja menyepelekan seseorang
di depan bayi anda. Maka janganlah heran, jika suatu saat anak anda
yang sudah bisa berbicara tiba-tiba menyepelekan anda. Lalu anda panik
dan berkata :” siapa yang ngajarin kamu berbicara seperti itu?”
***
Ada
lagi satu percobaan yang menggambarkan dahsyatnya sebuah pengabaian.
Didalam buku, The True Power Of Water karya Masaru Emoto ada percobaan
yang bukan melibatkan air, tetapi menggunakan nasi. Ada tiga wadah yang
masing-masingnya di beri nasi. Wadah-wadah itu di tempatkan di tempat
yang berbeda.
Wadah pertama di tempat pertama, di beri perlakuan dengan pujian dan kata-kata baik.
Wadah kedua di tempat kedua, di beri perlakuan dengan makian, celaan dan kata-kata tidak baik.
Wadah ketiga di tempat ketiga di beri perlakuan dengan cara di abaikan.
Setelah
beberapa hari, ketiga wadah itu di periksa. Ternyata hasilnya cukup
mengejutkan. Wadah pertama yang di beri perlakuan kata-kata baik
ternyata nasinya tidak basi, tetap berwarna putih dan malah beraroma
harum. Sedangkan wadah kedua yang di beri perlakuan dengan kata-kata
tidak baik, ternyata basi. Namun wadah ketiga yang benar-benar di
acuhkan, ternyata adalah yang terburuk kondisinya. Nasi yang berada di
dalamnya basi, dan menghitam.
Keadaan
nasi yang diabaikan ternyata jauh lebih buruk dari pada nasi yang di
beri kata-kata negatif. Mengapa demikian ? Pada saat kata-kata buruk itu
di sampaikan, berarti ada energi yang di berikan, walaupun energinya
negatif! Namun pada saat diabaikan, berarti tidak ada energi yang
diterima oleh nasi itu.
Jika
kepada benda mati, hal itu bisa berdampak sedemikian rupa, bayangkan
jika hal itu di berlakukan kepada seorang manusia. Kita telah banyak
melihat contoh, anak-anak yang terstimulasi oleh kata-kata dan perlakuan
negatif, yang akhirnya tumbuh tidak seimbang. Sedangkan untuk anak yang
diabaikan,dan tidak mendapatkan stimulasi, contoh nyatanya telah kita
lihat dari kisah sang gadis kecil.
By: yunieza ( 101109)
Itulah
mengapa jika di kelas, terutama kelas-kelas kecil ( PG-TK B), kami
disini lebih ekspresif dalam bergaul dengan mereka. Pelukan erat tiap
pulang sekolah di playgroup dan tkA, adalah sesuatu yang rutin dituntut
oleh anak-anak itu. Elusan di kepala, gandengan tangan, memeluk pinggang
gurunya, panggilan dengan kata ‘ sayang’, pintar, sholeh.
Memanggil dan menyebut mereka nakal/ bodoh, serta membanding-bandingkan mereka adalah sesuatu yang terlarang disini.
Disini,
guru bukan hanya orang yang mentransfer ilmu, tetapi guru adalah orang
tua di sekolah. Keberadaan dua orang guru dikelas, dengan kombinasi guru
laki-laki dan guru perempuan, mencerminkan sosok ayah dan ibu. Sehingga
ada keseimbangan di dalam kelas.
***foto dari sini :https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghz85qZOQU8WDoKfRb6pV6zUC2YzEnZuvpzciHWg1ifDGvzlIkDwcRhvccfjfZeESUFDSfd4VM06ucCtLFfLcMzA0u0alX1KL2geawxAmov4Px7XPDsgFRX8yOIdCvNy5NYxu4tFNGso9U/s320/Dad+and+baby.jpg
No comments:
Post a Comment