Panas
gurun pasir seakan membakar ubun-ubun, ketika seorang pemuda bernama
Fulan melangkah tanpa kenal lelah. Telah berpuluh kilo meter jarak yang
ia tempuh, namun semangatnya tak jua surut, demi mengikuti jejak seorang
Ahli Hikmah. Ada sesuatu yang begitu mengganjal hati si Fulan, dan ia
berharap Ahli Hikmah itu bisa menjawab semua pertanyaannya.
“Wahai,
Ahli Hikmah yang dimuliakan Allah! Telah begitu jauh jarak yang
kutempuh untuk mencarimu. Dan rupanya, di tempat inilah Allah berkenan
mempertemukan kita,” kata si Fulan penuh kelegaan. Si Ahli Hikmah yang
sedang berisitirahat di bawah pohon kurma tampak tertegun.
“Wahai, Pemuda! Siapakah engkau ini ? Ada perlu apa mencariku ?” tanyanya heran.
Si
Fulan duduk bersila di hadapannya. “Aku adalah si Fulan. Telah
berbilang masa aku mencarimu, demi mendapatkan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaanku. Aku ingin mendapatkan ilmu yang telah diberikan
Allah padamu,” jawab si Fulan santun.
“Semoga
Allah mencatat jerih payahmu sebagai pahala wahai, Fulan. Apakah
gerangan yang ingin kau tanyakan ?” tanya Ahli Hikmah itu ramah.
Si Fulan terdiam sejenak. “Ceritakanlah padaku tentang LANGIT, dan apakah yang lebih berat darinya.”
Ahli
Hikmah itu mengangguk. “Ketahuilah, Fulan. Bahwa KEBOHONGAN yang
dilakukan oleh orang-orang suci adalah lebih berat daripada langit.”
“Lalu ceritakanlah tentang BUMI, dan apa yang lebih luas darinya,” pinta si Fulan lagi bersemangat.
“Sesungguhnya, KEBENARAN adalah lebih luas daripada bumi,” jawab si Ahli Hikmah pula.
“Dan ceritakanlah tentang BATU, serta apa yang lebih keras darinya.”
“HATI orang kafir jauh lebih keras daripada batu wahai, Fulan.”
“Lalu, apakah yang lebih panas dari API wahai, Ahli Hikmah ?”
“Sungguh KERAKUSAN lebih panas daripada api.”
“Ceritakanlah pula tentang ZAMZAHIR (air yang dingin), dan apa yang lebih dingin darinya.”
“Wahai,
Fulan. Ketika kau sangat butuh pada orang yang kau cintai, tapi kau
DIACUHKAN, maka itu jauh lebih dingin daripada zamzahir.”
“Alangkah engkau sangat bijak wahai, Ahli Hikmah. Tapi ceritakanlah padaku tentang LAUT, dan apa yang lebih kaya darinya.”
“Ketahuilah, hati yang selalu QONA’AH jauh lebih kaya daripada laut dan segala isinya.”
“Terakhir, ceritakanlah apa yang paling dipandang hina"
“Orang yang suka menghasut, lalu perkara itu terbongkar di depan orang banyak, maka ia dipandang jauh lebih hina.”
Si
Fulan pun terdiam sejenak sambil menarik napas panjang. “Sungguh Allah
telah menganugerahkan kemuliaan dan ilmu yang tinggi padamu wahai,
Ahli Hikmah. Kini hatiku terasa tenang karena telah mendapatkan apa yang
kucari selama ini,” kata si Fulan kemudian. “Jika demikian, engkau
boleh kembali ke kampung halamanmu,” kata si Ahli Hikmah sambil
tersenyum.
“Tidak,
aku tak kan pergi ! Sungguh setelah mendengar semua jawabanmu, aku
tidak akan meninggalkanmu lagi. Sampai semua ilmu yang kau miliki kau
bagikan padaku,” jawab si Fulan mantap. Si Ahli Hikmah tertegun melihat
kekukuhan hati pemuda itu. Ia pun tak kuasa menolak.
Maka sejak itu jadilah si Fulan sebagai pengikut setianya hingga masa yang tak ditentukan.
dipublish ulang oleh islamsejuk, penulis asli tidak diketahui
No comments:
Post a Comment