Sesungguhnya, Rasulullah menyuruh kita agar suka memaafkan orang lain.
Selama hidup kita, suatu saat kadang kita merasa sakit hati karena ulah
orang lain. Sebaliknya, kita pun mungkin pernah berbuat salah terhadap
orang lain baik disadari atau tidak. Semua itu terjadi karena manusia
memang tak bisa lepas dari sifat khilaf dan lupa. Selain itu, setiap
jiwa memiliki keinginan, karakter dan temperamen yang berbeda-beda,
sehingga ada kalanya tidak cocok satu sama lain.
Saat
ini banyak sekali pertikaian terjadi, hanya karena orang tidak bisa
memaafkan kesalahan orang lain. Persoalan-persoalan sepele, seperti
ketidakcocokan, kesalahpahaman, bisa menimbulkan dendam dan membuat
orang saling bunuh. Hal tersebut sangatlah bertentangan dengan sunnah
Nabi.
Ketahuilah Rasulullah adalah seorang yang
sangat lapang dada dan suka memaafkan. Dulu ketika memulai dakwahnya,
beliau seringkali menerima penolakan-penolakan yang sangat kasar. Beliau
sering dihina dan disakiti. Namun beliau senantiasa menjadi insan
pemaaf, dan mengabaikan tanggapan negatif tersebut. Beliau tidak pernah
berpikir untuk membalas dendam terhadap kaum yang menentang.
Allah berfirman, "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan kebajikan serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh." (Al-A'raf: 199)
Menjadi Mulia dengan Memaafkan
Sebagian
orang mengira dirinya akan dianggap tak berdaya atau tidak ksatria,
bila tidak membalas kesalahan orang lain terhadapnya. Orang lain akan
menganggap remeh dirinya bila ia suka memaafkan. Sungguh yang seperti
itu adalah anggapan yang keliru. Memaafkan tidak identik dengan kehinaan
dan ketidakberdayaan. Sifat memaafkan justru merupakan cermin kebesaran
jiwa dan kekuatan hati,serta lapang dada. Sikap yang baik ini akan
menunjukkan rasa kebesaran jiwa, yaitu menumbuhkan ketenangan,
ketenteraman, kemuliaan dan keperkasaan jiwa, yang tidak akan dirasakan
ketika seseorang membalas dendam.
Rasulullah bersabda, "Dan tidaklah Allah menambah seorang hamba dengan kemudahan untuk memaafkan kecuali Allah akan memberinya akan memberinya izzah (kemuliaan)." (Riwayat Muslim)
Seorang
ulama bernama Ibnu Hibban berkata, "Betapa pentingnya seseorang melatih
diri untuk berlapang dada terhadap kesalahan manusia, tidak membalasnya
dengan kejelekan. Karena, tidak ada obat yang paling efektif dapat
meredam kejahatan orang lain melebihi perbuatan yang baik kepadanya. Dan
tidak ada faktor yang mampu menyalakan dan menyulut kejahatan, melebihi
apa yang dilakukan dengan kejahatan serupa."
Kisah Rasulullah
Dalam
perjalanan sejarah Islam, Aisyah pernah meriwayatkan sikap lapang dada
yang sangat fantastis pada diri Rasulullah. Aisyah bertanya kepada Nabi,
"Ya Rasulullah, pernahkan engkau melewati suatu hari yang lebih berat dari perang Uhud?"
Beliau menjawab: "Aku
telah mengalami gangguan dari kaummu. Peristiwa yang paling berat
kulalui adalah pada hari ('Aqabah thaif). Aku mendatangi Ibnu Abdil
Yalil bin Abdi Kilal, namun ia tidak menyambutku. Aku bergegas pergi
dalam keadaan sedih bukan kepalang. Aku baru menyadari ketika telah
sampai di daerah Qarnuts-Tsa'alib. Aku angkat kepalaku, dan tiba-tiba
terlihat awan yang menaungiku. Aku amati, dan muncullah Jibril seraya
berseru, 'Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan dan penolakan
kaummu. Dia telah mengutus malaikat penjaga gunung untuk siap engkau
perintah. 'Malaikat penjaga gunungpun memanggil dan mengucapkan salam
kepadaku, seraya berseru, 'Wahai Muhammad sesungguhnya Allah telah
mendengar penolakan kaummu. Dan aku penjaga gunung mendapat titah untuk
menerima perintahmu sesuai dengan kehendakmu. Jika engkau mau, maka aku
akan benturkan dua gunung ini di atas mereka."
(Mendengar
seruan Malaikat ini), beliau justru bersabda: "Sesungguhnya aku
berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang
beribadah kepada Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dengan apapapun."
(Riwayat Muslim)
Demikianlah sikap indah dan
pemaafnya Rasulullah. Beliau lebih memilih memaafkan mereka, meskipun
diberi kesempatan untuk membalas kelakukan buruk mereka.
Semoga
Allah memberi kita kekuatan dan kemampuan untuk mudah memaafkan
kesalahan orang lain, sebagaimana para sahabat dan ulama yang telah
berhasil meneladani Rasulullah.
Shalawat dan
salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada beliau, keluarga dan para
sahabatnya, serta pengikutnya yang setia hingga akhir zaman....
No comments:
Post a Comment