بسم الله الرّحمن الرّ حيم
Sebenarnya
kata "meramal" untuk judul di atas tidak pantas, karena kata itu tentu
tidak enak didengar jika dinisbatkan kepada Rasulullah SAW. Kata
"meramal" itu mengandung pengertian, memperkirakan sesuatu di masa yang
akan datang dan kejadiannya tidak dapat dipastikan.
Sedang segala apa
yang pernah disabdakan oleh baginda Rasul saw, baik berupa keterangan
yang sedang terjadi, akan terjadi jauh di masa yang akan datang maupun
kejadian yang telah jauh telah terlewat waktu di masa lampau, tidak lain
merupakan (wahyu) keterangan atau
berita yang datang dari Allah swt.
yang dijamin kebenarannya dan keabsahannya.
وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى . إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
003. dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.
004. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), (SQ.53:3-4)
004. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), (SQ.53:3-4)
Mungkin kita tahu bahwa sebuah ramalan yang tidak tentu kebenarannya itu merupakan hasil perkiraan manusia, bahkan mungkin merupakan bisikan setan yang penuh dengan dusta.
Sebagaimana sabda Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Aisyah ra. :
Dari Aisyah ra, istri Nabi saw, dia mendengar Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya malaikat turun di awan, lalu malaikat itu menyebutkan urusan yang telah ditetapkan di langit. Lalu setan mencuri dengar, dan mendengarnya, dan setan itu menyampaikannya kepada para dukun, lalu mereka berdusta bersama (berita) itu seratus dusta dari diri mereka sendiri." (HR. Bukhary)
Hadits lain yang terkait dengan hal itu adalah:
Dari Abu Hurairah ra.: "Sesungguhnya Nabi Allah saw. bersabda: "Jika Allah telah memutuskan satu perkara di langit, maka malaikat-malaikat lama mengepakkan sayapnya sebagai tanda salut dengan firman-Nya, seolah-olah ia rantai di atas batu yang besar dan kuat. Maka jika hati mereka dihilangkan ketakutan, mereka berkata: "Apa yang telah difirmankan oleh Tuhan kalian"?. Mereka yang ditanya menjawab kepada yang bertanya: "Kebenaran, dan Dia adalah Dzat yang Maha Tinggi lagi Maha Besar". Lalu didengar oleh yang mencuri pendengaran sedangkan yang mencuri dengar seperti demikian, sebagian pencuri dengar berada di atas yang lain. Shofyan memberi sifat dengan telapak tangannya dan mencondongkannya ke pinggir merenggangkan jari-jemarinya, lalu ia mendengarkan kalimah (firman) lantas, diberikannya kepada yang berada di bawahnya kemudian yang bawahnya itu melontarkannya kepada yang lain sehingga akhirnya disampaikan kepada Tukang Sihir atau seorang dukun.
Oleh sebab itu terkadang bintang (meteor) menghantamnya sebelum ia mendapatkan lemparan perkara yang dicuri dengar itu. Dan terkadang, perkara itu sudah dilontarkan kepadanya namun ia belum sempat menerimanya, sehingga dia mencampurnya dengan seratus kebohongan, lantas dikatakan: "Bukankah ia sudah mengatakan kepada kita pada hari demikian dan demikian tentang demikian dan demikian? Maka ia membenarkan kata-kata yang ia dengar dari langit tersebut". (HR.Bukhary)
Nah, sekarang saya mau mengutip sebuah sabda Rasul saw. yang penting buat introspeksi diri kita, sbb:
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a.: “Ali bin Abi Thalib mengirimkan sebatang emas yang belum diangkat dari cetakannya kepada Rasulullah Saw. Rasulullah Saw. Membagikannya kepada empat orang: Uyainah bin Badr, Aqra’ bin Habis, Zaid Al-Khail, dan
yang keempat adalah ‘Alqomah atau Amir bin Thufail. Melihat hal itu salah seorang sahabatnya berkata, “Kami lebih berhak atas emas tersebut dari pada orang-orang ini,” Ketika kabar itu didengar Rasulullah Saw., Rasulullah Saw. Berkata, “ Tidakkah kalian mempercayaiku meskipun aku orang yang terpercaya di langit (surga)? Aku menerima kabar dari langit, baik pagi hari maupun sore hari.” Tiba-tiba seorang laki-laki dengan mata cekung, tulang pipi cembung, dahi menonjol, berjanggut tipis, berkepala gundul dan menggunakan ikat pinggang berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah! Takutlah kepada Allah.” Nabi Saw. Berkata, “Celaka kamu. Bukankah di muka bumi ini akulah yang paling takut kepada Allah?” Orang itu beranjak dari tempat duduknya. Khalid bin Walid berkata, “Ya Rasulullah! Izinkan kutebas lehernya.” Nabi Saw. Berkata, “Jangan, ia mengejakan shalat.” Khalid berkata, “Banyak orang yang shalat dengan lidahnya, bukan dengan hatinya.” Rasulullah Saw. Berkata, “Aku tidak diperintah Allah untuk menyelidiki hati seseorang atau mengetahui isi perutnya.” Kemudian Nabi Saw. Berpaling ke arah orang itu ketika orang tersebut hendak pergi dari situ dan berkata, “Dari keturunan orang ini kelak akan muncul orang-orang yang fasih dan elok membaca Al-Qur’an tapi hanya sampai tenggorokannya. Mereka berlepas dari agama (Islam) seperti melesatnya anak panah.” Aku kira Nabi Saw. Juga berkata, “Seandainya aku hadir pada masa itu, aku akan membunuh mereka sebagaimana bangsa Tsamud dibinasakan.” [ HR. Bukhari, 5:638-S.A.]
Membaca hadits di atas tadi, saya hanya dapat berdo'a memohon kepada Allah swt. agar kita tidak termasuk golongan orang-orang dari anak keturunan orang yang disebut Nabi saw. dalam hadits di atas sebagai orang-orang yang fasih dan elok membaca Al-Qur’an tapi hanya sampai tenggorokannya, dan berlepas dari agama (Islam) seperti melesatnya anak panah (dari busurnya).
______________________
merenung lagi
No comments:
Post a Comment